Selasa, 18 Januari 2011

Puisi Putih , Putih, Putih

SINOPSIS PUISI
Pengarang : Emha Ainun Najib
Tahun terbit : 1989
Judul : Putih , Putih, Putih

Meratap bagai bayi
Terkapar bagai si tua renta
Di padang mashyar
Di padang penantian
Di depan pintu penantian
Saksikan beribu-ribu jilbab
Hai! Bermilyar-milyar jilbab
Samudra putih
Lautan Cinta kasih
Gelombang sejarah
Pengembaraan amat panjang
Di padang mashyar
Menjelang hari penghitungan
Seribu galaksi
Hamparan jiwa suci
Bersujud
Putih, Putih, Putih
Bersujud
Menyeru belaian tangan kekasih
Bersujud
Dan alam raya
Jagad segala jagad
Bintang-bintang dan ruang kosong
Mendengar panggilan itu
Dengan telinga ilmu seratus abadi:
— Wahai jiwa bening !
Wahai Muthaminah
Kembalilah kepada Tuhanmu
Dengan rela dan direlakan
Masuklah ke pihakku
Masuklahn surgaku
Wahai jiwa, wahai yang telah jiwa !
Wahai telaga
Yang hening
Hingga tiada !

SINOPSIS NOVEL KUBAH

SINOPSIS NOVEL KUBAH
Karman amat canggung dan gamang. Kepada Komandan Karman membungkuk berlebihan. Karman mengerti harga dirinya tidak semahal kertas yang dibawanya, dan tidak semahal ruangan di mana kini ia berada.
Ia merasa asing, walaupun Karman sudah bebas, ia merasa ada pemisah antara dirinya dengan alam sekitarnya. Ia yakin itu, karena ia tahu bahwa dirinya adalah bekas tahanan politik. Nyatanya sejak dua belas tahun lalu Karman telah kehilangan diri dan pribadinya. Ia selalu merasa rendah diri.
Di bawah pohon beringin di tengah alun-alun Karman istirahat. Ia membayangkan peristiwa tujuh tahun yang lalu ketika Karman masih sebagai tahanan. Parta menceraikan istrinya dan kawin dengan Marni, istri Karman.
Pada waktu itu Marni meminta keikhlasan dan pengertian Karman agar diizinkan untuk kawin lagi dengan Parta. Karman hanya bisa termenung dan membagi kesusahannyadengan teman-temannya sebarak.
Tubuh dan jiwa Karman semakin layu. Ia tergeletak sakit. Ada seorang perwira, Kapten Somad, yang berusaha mengobati penyakit Karman. Usaha Kapten Somad itu pada akhirnya membawa hasil. Karman sembuh.
Karman hendak melanjutkan perjalannya ke rumah sepupunya. Rumah di pinggir kali itu telah berubah menjadi gedung yang bagus. Karman mendekati jendela rumah itu dan melihat Rudio, anaknya, tengah asyik membaca. Pertemuan antara Karman dengan Rudio dan Bu Gono sangatlah mengharukan. Bu Gono, sepupunya, meminta Karman untuk tinggal bersamanya. Bu Gono menjelaskan bahwaa Karman sudah tak punya apa-apa lagi di Pegaten. Rumah, tanah, istri sudah hilang dan anaknya yang kecil telah meninggal.
Geger Oktober 1965 telah dilupakan orang. Juga di Pegaten, tempat Marni tinggal bersama Parta dan anaknya, Tini. Tini adaalah kembang desa Pegaten dan telah menjalin hubungan dengan Jabir, cucu Haji Bakir.
Marni mengetahui bahwa suatu saat Karman akan datang. Marni selalu merasa bahwa suaminya, Karman, selalu menuntut kesetiaannnya. Apalagi Tini, anaknya, selalu menanyakan tentang ayah kandungnya itu.
Karman seorang anak mantri pasar. Ia lahir di Pegaten. Ayahnya merasa bahwa dirinya adalah seorang priyayi yang tidak pantas makan ubi rebus dan mengerjakan sawah. Pandangan ayah Karman yang demikian membuat keluarganya semakin menderita di masa pendudukan Jepang. Ia menukarkan sawahnya itu dengan padi milik Haji Bakir. Oleh karena desakan ekonomi, masa kecil Karman dihabiskan dengan membantu pekerjaan di rumah Haji Bakir. Sebagai upahnya, semua biaya hidup Karman ditanggung oleh Haji Bakir.
Tahun 1948 terjadi makar tetapi berhasil di gagalkan. Salah seorang dari kader partai ada yang melarikan diri ke Pagetan. Dia dikenal dengan nama Bung Margo. Di Pegaten dia dan teman-temannya berusaha menambah angota baru. Salah satu yang diincar untuk dijadikan anggota baru ialah Karman. Dengan berbagai berbagai cara, akhirnya Karman berhasil dijebak dan menjadi partai yang berkedudukan penting.
Bung Margo selalu berusaha menciptakan permusuhan menciptakan permusuhan antara Karman dengan Haji Bakir. Ia berusaha menjauhkan kehidupan Karman dari Haji Bakir. Semakin hari rasa curiga dan permusuhan di hati Karman terhadap Haji Bakir semakin bertambah. Apalagi sejak cintanya kepada Rifah ditolah oleh Haji Bakir. Perasaan curiga, benci, dan permusuhan semakin mengembang di hati Karman karena memang Karman sendirilah yang mengembangkan.
Suatu saat Karman merasa rindu dengan Rifa, anak Haji Bakir, yang sudah menjanda itu. Karman berada pada kebimbangan, hendak masuk ke rumah Haji Bakir tetapi ia dibencinya. Kalau tidak, ia merasa sangat rindu dengan pujaan hatinya itu. Akhirnya, ia berjalan berjingkat menuju kamar pujaan hatinya itu. Ia sudah mencapai jendela kamar Rifah yang berlubang itu. Melalui lubang jendela itu Karman memasukkan selembar surat.
Rifah memang membaca surat itu. Sebagai jawabannya Rifah meminta Karman untuk bertamu secara baik-baik. Karman disuruhnya untuk menemui ayahnya besok pagi. Rifah juga berjanji akan ikut menemuinya.
Rifah yang janda itu masih hamil, sama sekali tidak mengharapkan untuk menikah lagi. Tetapi Karman tidak berhasil mengatasi keraguannya. Ia masih sangat merindukan Rifah. Ssampai sekarang, ia belum berbaik kembali dengan Haji Bakir.
Melihat sikap Karman yang ingin mencoba untuk mendekati Rifah, Bung Margo merasa mendapatkan kesempatan. Disuruhnya Karman untuk melamar Rifah lagi. Bung Margo yang memang menjadi kader partai itu, sudah dapat meramalkan apa jaaban dari Haji Bakir. Dengan penolakan lamaran itu, semakin besarlah kebencian Karman terhadap Haji Bakir. Sekarang, kebencian Karman bukan hanya kepada Haji Baki saja. Tetapi juga terhadap para haji dan orang-orang kaya lainnya.
Desa Pegaten merupakan desa erpencil. Desa ini dibatasi rawa-rawa dan hutan jati yang lebat. Di desa ini, pada sat itu ada tiga kekuatan yang masing-masing memiliki lasykar. Salah satu kekuatan memang sedang surut yaitu kekuatan Ahmad Juhdi. Tetapi, kemunduran kekuatan ini sering dimanfaatkan oleh kekuatan lainnya untuk mengacaukan keamanan desa. RumahHaji Bakir dua kali dirampok. Haji Bakir ditahan dengan tuduhan bersekongkol dengan perampok. Kelak orang tah bahwa pengusulan penahanan itu diajukan oleh seorang pegawai kecamatan yaitu Karman.
Karman lebih sering terlibat dalam diskusi-diskusi dengan Margo dan kawan-kawannya. Di samping itu, ia secara cuma-cuma mendapatkan buku-buku mengenai doktrin-doktrin Marxis. Pandangan-pandangan serta pikiraan-pikirannya semakin mantap di jurang Marxis yang atheis itu.
Karman telah tahu bahwa dunia wanita bukan hanya Rifah saja. Marni, gadis kebanyakan, telah mendapatkan kedudukan di hati Krman. Perkawinan pun segera dilangsungkan. Tidak berapa lama Rudio, anak pertama pasangan Karman-Marni lahir. Hari-hari selanjutnya kehidupan keluarga muda itu seemakin mantap. Hanya ada satu yang tidak berkesesuaian di antara mereka, yaitu Marni merasa tidak bisa meninggalkan ibadahnya, sementara Karman secara terang-terangan mengaku sebagai atheis. Karena satu hal itulah Marni merasa kebahagiaan kurang utuh.
Karman sudah menduga suatu saat Marni akan menanyakan tentang ibadahnya. Karman memang tak pernah melarang Marni beribadah. Memang, seorang seperti Karman mudah menjadi mandul di hadapan keagungan kewibaan istrinya. Karema kelemahan ini dalam suatu kesempatan Bung Margo menyindirnya dengan pedas yang membuat Karman marah besar.
Kemiskinan dan kebobrokan moral melanda di seluruh negeri ini. Inflasi dan kemarau panjang semakin menambah beban berat rakyat jelata. Dalam keadaan yang demikian sulit itu, orang Pegaten sering meninggalkan pekerjaan guna menghadiri rapat-rapat umum. Panasnya politik saat itu barangkali lebih berpuluh kali lipat daripada panasnya matahari musim kemarau saat itu yang memanggang desa Pegaten.
Pada beberapa kesempatan Bung Margo menganjurkan orang untuk makan daging tikus. Ia menyebutkan bermacam-macam gizi yang terkandung di dalam tikus. Sebenarnya ia tidak bermaksud untuk menyehatkan penduduk Pegaten dengan makan tikus. Tetapi lebih dari itu ia menghendaki nilai-nilai moral yang telah tertanam itu menjadi goyah. Bung Margo yang ingin mengajari supaya orang Pegaten menghalalkan makanan yang haram itu.
Anak ketiga dari pasangan Karman-Marni lahir. Tono namanya. Baru tiga bulan lahir, peristiwa 1 Oktober 1965 tersebar kemana-mana, juga di Pegaten. Sejak saat itu Karman berubah menjadi pendiam. Ia mudah tersinggung dan tidak pernah lagi membopong Tono. Tidak ada senyum. Pohing yang mengetuk pintu isa saja membuatnya pingsan ketakutan.
Memang sudah banyak orang yang dtangkap. Bung Margo dan orang lainnya sudah dipaksa masuk ke liang kubur. Hanya yang membuat Marni merasa bersyukur ialah perubahan suaminya. Karman sholat, sesuatu yang telah lama diidamkannya.
Setiap detak jantung Karman adalah kegelisahan. Kalau malam tiba Karman bersembunyi di masjid atau di rumah ibunya. Pada suatu saat Karman memerlukan berpamitan kepada istrinya. Ia pasrahkan anak-anaknya kepada istrinya. Tangis sedu sedan menghiasi rumah itu.
Karman melarikan diri dan meninggalkan rumah. Ia meninggalkan anak. Ia meninggalkan istrinya. Ia meninggalkan desa, tempat kelahirannya. Polisi dan tentara melakukan pengejaran terhadapnya. Karman menyembunyikan dirinya di semak-semak belukar. Dengan demikian, Karman sekarang menjadi buronan.
Karman selalu merenungkan nasibnya. Ia mengetahui nasib apa yang bakal menimpanya kelak jika usaha pelariannya gagal. Apa yang sedang berlaku atas diri Karman adalah kehendak sejarah, yaitu sejarah politik. Dalam hal ini Karman telah salah perhitungan. Deengan masuk barisan Bung Margo, ia berharap sawahnya yang satu setengah hektar akan kembali. Ia juga ingin memperoleh cintanya Rifah. Sama sekali ia tak membayangkan peristiwa berdarah di benaknya. Ia juga tak meramalkan bahwa dengan masuk barisan Bung Margo akan menyeretnya ke jurang kehancuran. Kehancuran masa depannya sendiri. Hancurnya masa depan keluarganya. Serta membawanya kepada penderitaan.
Tini bersama Jabir baru saja menjemput ayahnya dari kota. Di perjalanan bersama Jabir membicarakan tentang kepulangan Karman, ayah Tini. Mereka berbicara tentang rumitnya permasalahan yang dihadapi oleh ibu Tini. Ibu Tini sudah kawin lagi dengan Parta. Sekarang Karman kembali setelah dua belas tahun hidup dalam pengasingan. Mereka juga tidak mengharapkan kejadian tersebut berulang pada pasangan Jabir-tini kelak, jika mereka sudah menikah.
Di rumah orng tuanya (Bu Marti), Karman banyak dikunjungi oleh para tetnggadan sanakfamilinya. Tiba-tiba semua diam, semua tegang, semua berbicara hanya kepada hatinya. Marni, istri yang lama dirindukannya itu hadir.
Tetapi tak lama kemudian Marni pingsan. Haji Bakir pun tiba berdua. Orang yang tak disangka-sangka hadir adalah Parta. Sehingga kedatangannya menambah kebisuan di rumah Bu Mantri. Semua tak tahu apa yag bakal terjadi.
Sekarang, Karman sudah berbaur kembali dengan warga desa Pegaten. Suatu hari Haji Bakir datang melamar. Karman, Paman Hasyim, Marni, dan Tini berkumpul di rumah Bu Mantri. Pada saat Haji Bakir menyampaikan lamarannya, Haji Bakir juga memberikan sawahnya yang satu setengah hektar kepada Tini. Memang, sawah tersebut dahulu adalah milik kakek Tini.
Pada suatu saat, masjid Haji Bakir yang telah tua itu diperbaiki kembali. Karman mendapatkan kesempatan membuat kubah masjid tersebut. Ia tidak mengambil upah sedikitpun dari pekerjaan itu. Ia hanya ingin mendapatkan kembali kepercayaan masyarakat yang telag sirna itu. Karman ingin mendapatkan kembali martabatnya sebagai manusia. Dengan kubah itu, Karman merasa memperoleh apa yang diharakannya. Selain itu Karman ingin merintis jalan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan.

SINOPSIS NOVEL BURUNG – BURUNG MANYAR DAN ANALISIS INTRINSIKNYA

SINOPSIS NOVEL BURUNG – BURUNG MANYAR DAN ANALISIS INTRINSIKNYA
Pengarang : Y.B. Mangunwijaya
Judul novel : Burung-burung Manyar
Pengarang : Y.B. Mangunwijaya
Tahun terbit : 1981
Penerbit : Djambatan

Pada masa pemerintahan KNIL Belanda, kehidupan keluarga Teto (Setadewa) sangat berkecukupan. Dia dilahirkan dari keluarga terpandang. Segala kemauannya selalu dituruti oleh kedua orang tuanya. Ayahnya, Letnan Barjabasuki, adalah salah seorang Letnan tamatan Akademi Militer Breda di Belanda dan menjabat kepala Garnisun Devisi II di Magelang. Itulah sebabnya, Teto bebas bergaul dengan orang-orang inlander, anak-anak Belanda ataupun Indo-Belanda.
Kedua orang tua Teto bukanlah orang biasa. Ayahnya masih keturunan bangsawan keraton, sedangkan ibunya keturunan Indo-Belanda. Masa kecil Teto benar-benar berada dalam kejayaan orang tuanya. Itulah sebabnya Teto merasa sangat bangga pada ayahnya. Dia bercita-cita menjadi tentara KNIL Belanda seperti ayahnya. Ia beranggapan bahwa dengan bergabung dan mengabdi pada KNIL Belanda, maka kehidupanya akan menjadi lebih baik. Ia akan disegani, serta di hormati oleh masyarakat sekitarnya.
Karena masa kecilnya, yaitu zaman tentara KNIL Belanda, Teto hidup dalam kemewahan, maka ketika Jepang berhasil mengusir tentara KNIL Belanda dari Indonesia Teto merasa terpukul. Kehidupan keluarganya berubah menjadi kacau. Ayahnya ditangkap dan disiksa oleh tentara-tentara Jepang. Ia hampir dibunuh oleh tentara Jepang, kalau saja ibunya tidak menyelamatkanya. Ketika pimpinan tentara Jepang memberi pilihan pada ibunya untuk menjadi wanita penghibur pimpinan tentara Jepang atau nyawa suaminya akan melayang, ibu Teto memutuskan untuk menjadi wanita penghibur demi menyelamatkan nyawa suaminya. Berkat pengorbanan istrinya itu, Letnan Barjabasuki atau ayah Teto selamat serta dibebaskan oleh tentara Jepang.
Betapa hancur hati Teto menyaksikan kenyataan itu. Dia merasa gusar dan sangat dendam kepada tentara Jepang. Perlakuan tentara Jepang terhadap kedua orang tuanya dan telah menghancurkan rasa gemilang keluarganya melekat terus dalam hatinya. Dia bertekad untuk membalas semua perlakuan tentara Jepang tersebut sampai kapanpun.
Tiga tahun kemudian, Jepang hengkang dari Indonesia dan tentara KNIL dari Belanda datang kembali ke Indonesia dengan berlindung di balik tentara sekutu. Teto sangat gembira menyambut kedatangan mereka. Dia gembira sebab cita-citanya menjadi seorang tentara KNIL Belanda dapat menjadi kenyataan. Ia pun langsung bergabung dengan tentara KNIL. Berkat bantuan seorang mayor bernama Verbruggen, dia diterima menjadi tentara KNIL.
Betapa bangga hati Teto ketika dia menjadi tentara KNIL Belanda. Dia bekerja dengan penuh disiplin. Semua tugas yang dibebankan pimpinannya kepada pemuda itu selalu dapat diselesaikan dengan baik. Itulah sebabnya ia sangat di sayang oleh pimpinannya. Hanya dalam waktu dua bulan, dia diangkat menjadi komandan patroli dengan pangkat Letnan dua.
Lain nasib Teto, lain pula nasib ibunya, Maurice yang mempunyai nasib yang naas. Kerena tak tahan menanggung penderitaan lahir dan batin, ia mengalami gangguan jiwa dan menjadi pasien tetap di sebuah rumah sakit jiwa di Bogor. Sedangkan nasib Letnan Barjabasuki, ayah Teto, tidak jelas. Namun, menurut informasi Mayor Verbruggen, dia bergabung dengan tentara Republik. Dengan demikian, dia termasuk buronan tentara KNIL Belanda. Ini berarti bahwa Letnan Barjabasuki menjadi buronan anaknya sendiri, Letnan dua Teto.
Kejayaan Letnan dua Teto sebagai komandan patroli tentara KNIL Belanda tidak berjalan lama. Tentara KNIL Belanda makin lama makin lemah. Perlawanan rakyat Republik Indonesia terhadap gempuran-gempuran mereka tidak pernah surut. Lama-kelamaan tentara KNIL Belanda menjadi frustasi. Belanda yang hendak menguasai seluruh wilayah Indonesia akhirnya mengalah dan memutuskan kembali ke negerinya.
Kekalahan tentara KNIL Belanda membuat hati Teto menjadi ciut. Dia merasa malu pada dirinya, malu terhadap Larasati wanita yang sangat dicintainya. Bila Larasati berjuang membela bangsanya sendiri, dia malah membela musuh. Pada saat itu Larasati mengabdi di depertemen luar negeri. Kerena perasaan malunya itu, Teto memutuskan untuk keluar dari Indonesia dan berangkat ke Amerika. Di negara tersebut, dia masuk Universitas Harvard mengambil jurusan komputer dan mendapat gelar doktor.
Setamat dari Universitas Harvard, Teto bekerja di sebuah perusahaan besar di Amerika bernama Pacifik Oil Wells Company sebagai tenaga analisis komputer. Perusahaan Pacifik Oil Wells Company tempat ia bekerja menjalin hubungan kerja sama dengan pemerintah Indonesia. Selama bekerja di perusahaan itu, kesejahteraan Teto sangat terjamin. Bahkan, ia kemudian menikah dengan Barbara, putri salah seorang direktur perusahaan itu. Namun semua itu tidak membuat hatinya tenang. Dia tidak bahagia hidupnya di negeri orang. Hatinya terus bergejolak untuk kembali ke tanah air. Dia sangat merindukan orang-orang yang dicintainya. Dia teringat kepada ibunya. Dia juga rindu pada Larasati, kekasih yang sangat dicintainya itu. Hasrat Teto kembali ke tanah air semakin menjadi-jadi ketika dia menemukan kecurangan di perusahaan tempat dia bekerja. Dia bertekat membuka kecurangan tersebut. Apapun resikonya walaupun harus di berhentikan dari pekerjaannya.
Akhirnya, Teto benar-benar kembali ke Indonesia setelah ia bercerai dengan Barbara. Sesampainya di tanah air hatinya gelisah. Perasaannya bergelora ketika melihat perkembangan Indonesia. Tanah airnya telah mengalami kemajuan pesat di berbagai bidang. Ia juga mengingat semua kejadian yang pernah dialaminya. Dia mengingat dirinya yang telah salah langkah dan berjuang membantu pihak Belanda, dan bukan membantu tanah airnya sendiri. Dia juga ingat akan kejayaannya semasa ia masih bersama kedua orang tuanya. Dia juga ingat bagaimana ibunya berkorban demi menyelamatkan nyawa ayahnya.
Dia juga teringat Larasati, kekasih yang sangat dirindukannya. Semua itu berkecamuk dalam hatinya. Dia merasa malu kepada Larasati dan takut bertemu dengannya. Namun ia sangat merindukannya. Dua perasaan yang saling bertentangan berkecamuk dalam dadanya.
Secara diam-diam, Teto menghadiri acara presentasi gelar dokter yang akan dilakukan Larasati di Jakarta. Selama presentasi tersebut, dia hanya diam dan bersembunyi di balik orang-orang yang hadir. Setelah selesai membacakan disertasinya, Larasati mendapat sambutan yang hangat dari semua yang hadir. Ketika orang-orang berebutan memberi ucapan selamat kepadanya, Teto tidak berani melakukannya. Padahal, dia sangat ingin menyentuh tangan kekasaihnya itu. Perasaan malu dan bersalah dalam dirinya semakin memuncak saat dia mendengar disertasi yang dibacakan Larasati. Disertasi itu membahas tentang burung-burung manyar dan tingkah lakunya. Dia begitu malu sebab tingkah laku burung-burung manyar itu persis seperti tingkah laku dirinya.
Walaupun Teto berusaha keras untuk tidak menemui Larasati, namun nasib berkehendak lain karena keesokan harinya, Larasati dan suaminya datang ke rumahnya. Betapa terkejutnya Teto melihat kedatangan mereka, hatinya berdebar-debar ketika bertatapan mata dengan wanita yang sangat dicintainya itu. Sebenarnya, Larasati pun memiliki perasaan yang sama. Bagaimanapun dia pernah menaruh hati kepada Teto ketika mereka masih remaja. Teto menyadari bahwa ia pun masih mencintai Larasati. Namun, Larasati kini telah menjadi milik Janakatamsi, anak seorang Direktur Rumah Sakit Jiwa Keramat. Di rumah sakit itulah, ibunya dirawat sampai akhir hayatnya.
Janakatamsi memahami bahwa antara istrinya dan Teto terdapat kisah tertentu. Dengan bijaknya, dia menawarkan kepada Teto untuk menjadi kakaknya. Mendengar ajakan tersebut, hati Teto menjadi terharu dan dia pun menerimanya.
Atas ajakan Janakatamsi, Teto mengunjungi rumah ibu Antana, ibunya Atik di Bogor. Kedatangan Teto di sambut hangat oleh ibu Antana. Ia memang sudah mengenalnya sebab sejak kecil keluarga Atik telah bersahabat dengan keluarga Teto. Kedua keluarga itu sering saling mengunjungi.
Ketika diberi tahukan tentang kecurangan perusahaan tempat Teto bekerja, Janakatamsi mendukung niat Teto untuk membongkar kasus kecurangan yang terjadi dalam perusahaan Pacifik Oil Wells Company. Atas bantuannya pula Teto berhasil membongkar kecurangan keuangan yang dilakukan perusahaan asing tersebut walaupun kemudian dia diberhentikan dari perusahaan itu.
Belum habis kesedihan Teto akibat pemutusan hubungan kerja tersebut, datang lagi kesedihan baru. Larasati dan suaminya meninggal dunia karena kecelakaan pesawat sewaktu berangkat ke Mekah untuk menunaikan ibadah haji. Pesawat mereka jatuh di Colombo. Demi membalas kebaikan yang telah diberikan Atik dan suaminya, Teto memutuskan untuk mengasuh ketiga anak Atik. Dia berjanji untuk menjaga dan mendidik mereka menjadi anak yang berbakti pada bangsa dan negara.

Analisis Intrinsik
Tokoh dan Penokohan
1. Teto atau Setadewa seorang pemuda yang berpendidikan tinggi. Dia adalah seorang doktor tamatan Universitas Harvard yang menjadi ahli komputer di sebuah perusahaan besar di Amerika. Dia adalah anak seorang kepala garnisun II pada masa KNIL Belanda. Ia lebih mencintai Belanda daripada negerinya sendiri. Berdasarkan frekuensi kehadiran atau keterlibatannya, Satadewa atau Teto merupakan tokoh sentral dalam cerita itu. Dari episode novel yang ada, ternyata Teto mendominasinya, ia hampir selalu hadir dan terlibat dalam setiap episode, kecuali pada episode 4, 9, 11, 13 dan episode 14. Jadi, tokoh Teto terlibat dalam 17 episode novel yang ada. Oleh karena itu, tokoh Teto dapat dinyatakan sebagai tokoh sentral. Ketidakhadiran tokoh sentral dalam kelima episode tersebut mempunyai fungsi tersendiri.
Ketidakhadiran tokoh sentral di dala episode 4 dalam Burung-Burung Manyar berfungsi memberi kesempatan pada tokoh feriferal Atik (Larasati) dan kedua orang tuanya untuk membicarakan tokoh sentral. Walaupun dalam episode ini Mangunwijaya tidak secara ekplisit menunjuk pada nama tertentu, pembicaraan antara tokoh-tokoh feriferal mengisyaratkan bahwa pokok permasalahannya ditujukan untuk menanam rasa simpati ketiganya pada tokoh sentral.
Ketidakhadiran tokoh Teto dalam episode 9 adalah untuk memaparkan atau meng-gambarkan Atik dan ayahnya, untuk memberi kesempatan kepada tokoh lain buat membicarakan tokoh sentral, dan untuk menunda komplikasi dan atau ketegangan cerita. Episode 9 ini sesungguhnya menceritakan meninggalnya ayah Atik yang disebabkan oleh serangan Belanda. Artinya, kematian itu secara tidak langsung juga disebabkan oleh tokoh sentral Teto. Sementara pada saat yang bersamaan sesungguhnya Tetopun ikut dalam penyerbuan ke Yogya tersebut.
Dalam episode 11, ketidakhadiran tokoh sentral berfungsi untuk melukiskan akibat-akibat yang ditimbulkan oleh prilaku-prilaku Belanda, dimana tokoh sentral termasuk di dalamnya. Dan episode 13, ketidakhadiran tokoh sentral berfungsi memberikan kesempatan pada tokoh feriferal Atik dan Ibunya (Bu Antana) untuk membicarakan tokoh sentral. Pembicaraan ini terfokus pada tebalnya rasa simpati mereka pada tokoh sentral.
Dalam episode 14, ketidahadiran tokoh sentral berfungsi untuk membeberkan situasi sesudah perang kemerdekaan dan memberikan kesempatan kepada tokoh feriferal, Tuan Ambasador melihat-lihat kemajuan pembangunan yang telah dicapai oleh Indonesia. Kehadiran tokoh feriferal Tuan Ambasador berfungsi untuk merambah jalan bertemunya tokoh sentral dengan tokoh feriferal Atik (Larasati).
2. Larasati atau Ati seorang perempuan modern yang berpendidikan tinggi. Selama hidupnya, ia selalu mengabdi pada nusa dan bangsa. Ia mempunyai tiga orang anak. Pada masa agresi Belanda kedua, ia bekerja di departemen luar negeri. Jabatan terakhir yang disandangnya adalah kepala direktorat alam.
3. Janakatamsi Pemuda medern yang berpendidikan tinggi. Dia termasuk anak seorang kaya yang berhati baik. Dialah suaminya larasati. Ayahnya adalah seorang direktur Rumah Sakit Jiwa Kramat.
4. Letnan Barjabasuki adalah seorang kepala Garnesun II dimasa KNIL Belanda dengan pangkat letnan. Gelar itu diperolehnya dari Akademi Breda Belanda. Dia adalah keturunan keraton dan merupakan ayah kandung Teto.
5. Ibu Teto atau Istri Letnan Barjabasuki adalah wanita berhati mulya keturunan Indo-Belanda. Demi menyelamatkan suaminya, dia rela mengorbankan jiwa raganya. Dia rela menjadi wanita pemuas nafsu tentara-tentara Jepang. Karena tidak sanggup menahan penderitaan lahir batin, akhirnya dia menjadi penghuni rumah sakit jiwa.
6. Mayor Verbruggen salah seorang pimpinan tentara KNIL Belanda ketika agresi Belanda kedua.
7. Bu Antana seorang ibu yang baik. Dia ibu kandung Atik atau Larasati.
8. Barbara adalah istri Teto, dia anak seorang direktur pacifik Oil Wells Company.
Tema
Kisah seorang anak manusia yang merasa gagal dalam menjalani hidup karena trauma masa lalu.
Latar/Setting
Terjadi pada zaman modern dengan berlatar belakang kehidupan berbagai masa: masa lalu, masa revolusi, dan masa penjajahan jepang maupun belanda. Cerita ini terjadi di Indonesia (Jakarta dan Bogor).
Alur
Alur cerita dalam novel Burung-Burung Manyar yaitu menggunakan alur maju, dimana setiap kejadian selalu bergerak maju sesuai dengan perputaran waktu.
Sudut Pandang
Tokoh Teto atau Satadewa dipandang sebagai pemuda yang gagal dalam hidupnya. Ia dianggap sebagai sosok yang sikapnya sesuai dengan burung-burung manyar. Ia lebih mengutamakan kepentingan bangsa Belanda dibanding dengan bangsanya sendiri, bahkan ia ikut serta dalam pemberontakan terhadap tentara Republik.
Tokoh Larasati adalah seorang wanita yang berpendidikan tinggi. Ia adalah seorang yang setia terhadap Nusa Bangsanya sendiri. Dalam hidupnya ia pergunakan untuk mengabdi terhadap Tanah Airnya.
Amanat
Pesan pengarang yaitu ingin memperlihatkan kepada masyarakat pada saat itu bahwa pengabdian terhadap Bangsa sendiri lebih baik dan lebih terhormat dari pada mengabdi kepada Bangsa lain (Belanda). Hal ini di contoh oleh tokoh yang bernama Satadewa yang dalam hidupnya mengabdikan diri kepada Belanda, akhirnya ia harus menanggung malu terhadap Bangsanya sendiri.
Gaya Penulisan/Majas
Bahasa yang digunakan dalam novel Burung-Burung Manyar adalah bahasa gaul atau bukan bahasa baku

MENELAAH KARYA SASTRA INDONESIA PERIODE 1980 – an

MENELAAH KARYA SASTRA INDONESIA
PERIODE 1980 – an

I. LATAR BELAKANG
Sastra Indonesia, adalah sebuah istilah yang melingkupi berbagai macam karya sastra di . Istilah "Indonesia" sendiri mempunyai arti yang saling melengkapi terutama dalam cakupan geografi dan sejarah poltik di wilayah tersebut.
Sastra Indonesia sendiri dapat merujuk pada sastra yang dibuat di wilayah . Sering juga secara luas dirujuk kepada sastra yang bahasa akarnya berdasarkan (dimana bahasa Indonesia adalah satu ). Dengan pengertian kedua maka sastra ini dapat juga diartikan sebagai sastra yang dibuat di wilayah (selain Indonesia, terdapat juga beberapa negara berbahasa Melayu).
Karya sastra di Indonesia di bagi kedalam beberapa periode yaitu Pujangga Lama, Sastra “Melayu Lama”, Angkatan Balai Pustaka,Pujangga Baru, Angkatan ‘45, Angkatan 50-an, Angkatan 66-70-an, Dasawarsa 80-an, Angkatan Reformasi
Dalam bab ini, akan dibahas karya sastra pada periode 80-an. Yaitu dengan menelaah karakteristik karya-karya sastra yang muncul pada angkatan tersebut. Mulai dari puisi, drama hingga novel.
Kelahiran periode 80-an bersifat mendobrak keberadaan. Dilahirkan dari konsepsi individual yang mengacu pada satu wawasan kelompok.Setelah melewati ujian bertahun-tahun Sutarji Colzoum Bahri mengatakan bahwa kata bukanlah alat pengantar pengertian, tetapi adalah pengertian itu sendiri.Kata bebas menentukan diri sendiri,bebas dari penjajahan dan bebas dari ide-ide.
Konsep di atas telah menitikberatkan pada kata, tetapi Danarto justru pada pendiriannya.Hal ini sangat menarik dan membawa pada pemikiran yang lain dalam wawasan yang estetik periode 80-an.Dimana pada periode sebelumnya telah terjadi pergeseran wawasan dan pergeseran estetik khususnya pada kata.Dasar tersebut menyebabkan lahirnya periode 80-an menekankan pada pemikiran dan cara penyampaian dalam karya sastra.
Periode 80-an ini merupakan sastra yang dinamik yang bergerak bersama masyarakat Indonesia untuk menuju kehidupannya yang baru dengan wawasan konstitusional.Seperti yang dikatakan Putu Wijaya bahwa kasusastraan itu adalah alat untuk mencurahkan makna agar dapat ditumpahkan pada manusia secara utuh dan makna itu hendaknya disalurkan agar mengalami proses mengembang dan mengempis masuk ke dalam kehidupan serta mengembangkan hal-hal yang sebelumnya belum terpikirkan oleh manusia.
Periode 80-an lahir dari konsepsi improvisasi dalam penggarapan karya sastra menuju hasil dan bobot maksimal serta baru dari konsep yang menentang pada satu kehidupan.Para sastrawan mengikuti perkembangan jaman yang dituntut adanya keberanian dan kreativitas untuk berkarya.Banyak karya sastra yang dijadikan drama drama radio.Pada periode 80-an ini karya sastra film juga berkembang pesat.Perfilman Indonesia banyak ditonton dan diminati oleh masyarakat dan para sutradara pun aktif menciptakan film-film baru.Misal film yang bertemakan percintaan remaja yaitu Gita Cinta SMA ini banyak mempunyai penggemar baik dikalangan muda maupun tua.

II. KARAKTERISTIK
2.1 Genre yang muncul prosa, puisi, drama, sajak, film, kritik, dan esai.
2.2 Pada sajak cenderung mengangkat tema tentang ketuhanan dan mistikisme.
2.3 Puisi yang dihasilkan bercorak spiritual religius.Misal Kubakar Cintaku karya Emba Ainun Najib.
2.4 Novel yang dihasilkan mendapat pengaruh kuat dari budaya barat, dimana tokoh utamanya mempunyai konflik dengan pemikiran timur dan mengalahkan tokoh antagonisnya.
2.5 Bahasa yang digunakan realistis, bahasa yang ada dimasyarakat dan romantis.
2.6 Karya sastra yang dihasilkan mengangkat masalah konsep kehidupan sosial masyarakat yang memuat kritik sosial, politik, dan budaya.
2.7 Para sastrawan menggunakan konsep improvisasi.
2.8 Dalam karya sastra terdapat konsepsi pembebasan kata dari pengertian aslinya.

III. PARA PENGARANG DAN KARYANYA
Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1980
• Ahmadun Yosi Herfanda
o Ladang Hijau (1980)
o Sajak Penari (1990)
o Sebelum Tertawa Dilarang (1997)
o Fragmen-fragmen Kekalahan (1997)
o Sembahyang Rumputan (1997)
• Y.B Mangunwijaya
o Burung-burung Manyar (1981)
• Darman Moenir
o Bako (1983)
o Dendang (1988)
• Budi Darma
o Olenka (1983)
o Rafilus (1988)
• Sindhunata
o Anak Bajang Menggiring Angin (1984)
• Arswendo Atmowiloto
o Canting (1986)
o Airlangga (1985)
o Akar Asap Neraka (1986)
o Anak Ratapan Insan (1985)
o Canting: sebuah roman keluarga (1986)
o Dua Ibu (1981)
o Dukun Tanpa Kemenyan (1986)
o Garem Koki (1986)
o Indonesia From The Air (1986)
o Lukisan Setangkai Mawar: 17 cerita pendek pengarang Aksara (1986)
o Pacar Ketinggalan Kereta (skenario dari novel "Kawinnya Juminten" (1985)
o Pengkhianatan G30S/PKI (1986)
o Saat-saat Kau Berbaring di Dadaku (1980)
o Senopati Pamungkas (1986/2003)
o Serangan Fajar: diangkat dari film yang memenangkan 6 piala Citra pada Festival Film Indonesia (1982)
o Telaah tentang Televisi (1986)
o Tembang Tanah Air (1989)
• Hilman Hariwijaya
o Lupus - 28 novel (1986-2007)
o Lupus Kecil - 13 novel (1989-2003)
o Olga Sepatu Roda (1992)
o Lupus ABG - 11 novel (1995-2005)
• Dorothea Rosa Herliany
o Nyanyian Gaduh (1987)
o Matahari yang Mengalir (1990)
o Kepompong Sunyi (1993)
o Nikah Ilalang (1995)
o Mimpi Gugur Daun Zaitun (1999)
• Gustaf Rizal
o Segi Empat Patah Sisi (1990)
o Segi Tiga Lepas Kaki (1991)
o Ben (1992)
o Kemilau Cahaya dan Perempuan Buta (1999)
• Remy Sylado
o Ca Bau Kan (1999)
o Kerudung Merah Kirmizi (2002)
• Ahmad Thohari
Ahmad Tohari dilahirkan di Banyumas, Jawa Tengah, 13 Juni 1948. Pernah bekerja sebagai redaktur majalah Keluarga dan Amanah.
Karya-karyanya: Kubah (1980; memenangkan hadiah Yayasan Buku Utama 1980), Ronggeng Dukuh Paruk (1982), Lintang Kemukus Dini Hari (1985), Jantera Bianglala (1986; meraih hadiah Yayasan Buku Utama 1986), Di Kaki Bukit Cibalak (1986; pemenang salah satu hadiah Sayembara Mengarang Roman Dewan Kesenian Jakarta 1979), Senyum Karyamin (1989), Bekisar Merah (1993), Kiai Sadrun Gugat (1995), Lingkar Tanah Lingkar Air (1995), Nyanyian Malam (2000). Novelis yang karya-karyanya telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa asing ini adalah salah seorang alumnus International Writing Program di Iowa University, Amerika Serikat, dan pada 1985 dianugerahi SEA Write Award.
Para pengarang yang dilahirkan oleh Horison, Kompas dan Suara Pembaruan dekade 1980-an, di antaranya : Leila S. Chudori dengan kumpulan cerpennya Malam Terakhir (Grafitti: 1989); Seno Gumira Adjidarma kumpulan cerpennya Manusia Kamar (Gramedia: 1989); dan Yanusa Nugroho dengan kumpulan cerpennya Bulan Bugil Bulat (Grafitti:1990).

IV. ANALISIS KARAKTERISTIK KARYA SASTRA NOVEL BURUNG – BURUNG MANYAR
Kisah seorang anak manusia yang merasa gagal dalam menjalani hidup karena trauma masa lalu. Terjadi pada zaman modern dengan berlatar belakang kehidupan berbagai masa: masa lalu, masa revolusi, dan masa penjajahan jepang maupun belanda. Cerita ini terjadi di Indonesia (Jakarta dan Bogor). Alur cerita dalam novel Burung-Burung Manyar yaitu menggunakan alur maju, dimana setiap kejadian selalu bergerak maju sesuai dengan perputaran waktu. Tokoh Teto atau Satadewa dipandang sebagai pemuda yang gagal dalam hidupnya. Ia dianggap sebagai sosok yang sikapnya sesuai dengan burung-burung manyar. Ia lebih mengutamakan kepentingan bangsa Belanda dibanding dengan bangsanya sendiri, bahkan ia ikut serta dalam pemberontakan terhadap tentara Republik.
Tokoh Larasati adalah seorang wanita yang berpendidikan tinggi. Ia adalah seorang yang setia terhadap Nusa Bangsanya sendiri. Dalam hidupnya ia pergunakan untuk mengabdi terhadap Tanah Airnya. Bahasa yang digunakan dalam novel Burung-Burung Manyar adalah bahasa gaul atau bukan bahasa baku. Pesan pengarang yaitu ingin memperlihatkan kepada masyarakat pada saat itu bahwa pengabdian terhadap Bangsa sendiri lebih baik dan lebih terhormat dari pada mengabdi kepada Bangsa lain (Belanda). Hal ini di contoh oleh tokoh yang bernama Satadewa yang dalam hidupnya mengabdikan diri kepada Belanda, akhirnya ia harus menanggung malu terhadap Bangsanya sendiri.
Karakteristik karya sastra Drama Naga Bonar yang dibintangi oleh Dedi Mizwar ini cenderung mengarah kearah perjuangan atau bersifat Nasionalisme. Dalam drama ini dikisahkan seorang pencopet yaitu Naga Bonar yang menjadi jendral yang membela daerahnya dari penjajahan Inggris.Drama ini lebih banyak bercerita tentang perjuangan pahlawan nasional dalam membela tanah airnya.Meskipun dalam drama ini banyak terdapat komedi atau cerita lucu tetapi cerita lucu disini mendidik tidak seperti cerita-cerita komedi sekarang ini yang membubuhi ceritanya dengan adegan porno.Drama Naga Bonar ini menggunakan dialek batak karena setting cerita ini berada di Sumatra.Jadi logat serta kebiasaan dan kebudayaan yang banyak ditonjolkan dalam drama ini adalah kebudayaan batak.Yang cara berbicaranya keras berbeda dengan orang jawa.
Karakteristik novel Kubah karya Imam Tohari ini memuat kritik sosial dan politik. Novel ini dibuat untuk mengkritik kebobrokan pemerintahan orde baru penuh dengan makar di mana-mana. Novel ini menceritakan Karman, seorang bekas tahanan politik akibat makar di tahun 1965. Penyebabnya adalah kekecewaan atas penolakan pinangan atas Rifah. Ia terjerumus ke aliran Marxisme yang notabene atheis. Berhari-hari ia dikejar polisi, sampai akhirnya ia tertangkap. Selama dua belas tahun ia terisolasi dari dunia luar. Keluar dari tahanan, ia berusaha merubah paradigma masyarakat Pegaten dengan membuat kubah masjid di sana.
Puisi ”Putih, Putih, Putih” adalah puisi yang bertema religius (keagamaan). Larik Putih, Putih, Putih adalah simbol kesucian yang mengacu pada warna jilbab kaum muslimah.Penyair menyebutkan kata-kata Padang Mashyar / padang penantian di depan pintu gerbang janji keabadian, untuk mengajak kita merenungkan bahwa semua manusia akan berkumpul di Padang Mshyar setelah hari kiamat untuk menjalani pengadilan.Semua tampak Putih, Putih, Putih yang bisa mengacu pada arwah yang berkumpul di padang itu. Di padang Mashyar itu, penyair membayangkan seribu jilbab, bahkan bermilyar-milyar jilbab. Padang itu menjadi lautan putih dan lautan cinta kasih. Penyair membayangkan seolah-olah seribu galaksi / hamparan jiwa suci / bersujud / Putih,
Putih, Putih. Dalam suasana hening penyair membayangkan alam raya / jagat segala jagat / bintang-bintang dan ruan kosong / mendengarkan panggilan itu.
Panggilan yang disebut oleh penyair adalah panggilan dari Tuhan di Padang mashyar dengan suara yang didengar oleh telinga seratus abad. Tuhan bersabda Wahai jiwa bening / wahai muthmainah / kembalilah pada Tuhanmu / Masuklah ke pihak-Ku / Masuklah sorgaku / Wahai telaga /yang bening / hingga tiada. Manusia yang suci dan Mutmainah berhak atas sorga dalam keabadian.

V. PENUTUP
Situasi periode 80-an masih diwarnai dengan aturan-aturan yang ketat dan politik masih berpengaruh. Hal ini dapat kita lihat di Taman Ismail Marzuki yang merupakan pusat kesenian tidak seleluasa seperti tahun-tahun sebelumnya. Karena beberapa pelanggaran pertunjukan kesenian yang terjadi. Majalah Djaja yang terkenal waktu itu berhenti terbit, padahal majalah tersebut memuat masalah-masalah budaya bangsa dan kesenian Indonesia.
Periode 80-an merupakan periode dimana Orde Baru semakin memantapkan posisi dengan slogan pengembangan negara. Ternyata sulit sekali mengidentifikasikan tahun tersebut. Yang terlihat jelas adalah figur kesenian kewalahan memperjuangkan diri menghadapi desakan ekonomi.
Demikian makalah tentang wawasan Nusantara yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi kita semua.

DAFTAR RUJUKAN
• (online)http://www.sumpahpalapa.com/ (lihat link sastra)
• (online)http://www.geocities.com/tumpal_feui/CIPTA.html
• (online)http://www.cybersastra.net/
• (online)Sastra Romantis dari Jogja
• Rosidi, Ajip.1986.Ikhtiar Sejarah Sastra.Bandung: Angkasa.
• Eneste, Panusuk.1988.Sastra untuk SMA.Jakarta: Djambatan.

Menyimak Cerpen

MENYIMAK CERPEN

Penyimak Yang Ideal
Menyimak pernah dianggap dan diperlakukan oleh para ahli, guru bahasa, dan orang awam sebagai suatu hal yang akan dikuasai oleh manusia normal pada waktunya. Perlakuan demikian didasari oleh asumsi bahwa keterampilan menyimak akan dikuasai secara otomatis. Sebagai mana orang dapat bernafas tanpa mempelajari cara bernafas, begitu pula menyimak tidak perlu dipelajari karena pada saatnya orang akan dapat menyimak. Penelitian mengenai menyimak jarang dilakukan. Buku teks jarang ditulis. Pada gilirannya pengajaran menyimak diabaikan.
Lama-kelamaan para ahli menyadari bahwa asumsi yang dipegang selama ini mengenai menyimak, ternyata keliru. Manusia memang dilahirkan dengan potensi dapat menyimak. Namun, potensi itu perlu dikembangkan melalui latihan sistematis, terarah, dan berkesinambungan supaya menjadi kenyataan. Potensi itu akan tetap merupakan potensi bila tidak dipupuk, dikembangkan, atau dibina.
Mulai tahun lima puluhan, menyimak mulai banyak diperhatikan. Menyimak dengan segala aspeknya diteliti. Buku teks menyimak bermunculan. Pengajaran menyimak mulai diperhatikan. Bahkan lebih dari itu, menyimak diperlakukan sebagai mata pelajaran yang mandiri. Sebagai mata pelajaran yang mandiri, menyimak dilaksanakan tersendiri. Tujuan, bahan, metode, media, dan penilaian menyimak direncanakan, dilaksanakan, dan dinilai tersendiri pula.
Dalam pokok bahasan faktor penentu keberhasilan menyimak, sudah dijelaskan faktor-faktor penentu keberhasilan menyimak itu mencakup:
(1) pembicara
(2) pembicaraan
(3) situasi
(4) penyimak
Faktor penyimak ini akan dibicarakan sekali lagi. Fokus pembicaraan mengenai ciri-ciri atau karakteristiknya.
Pengenalan, pemahaman, dan penghayatan ciri-ciri penyimak yang baik atau ideal sangat berguna bagi setiap penyimak. Bagi penyimak yang belum berpengalaman, pengetahuan tentang ciri penyimak ideal itu dapat digunakan sebagai pedoman dalam melatih diri menjadi penyimak yang ideal. Bagi penyimak yang sudah berpengalaman, pengetahuan tersebut dapat digunakan sebagai bahan perbandingan. Yang bersangkutaan dapat menggunakan hal yang dianggap perlu dan membuang hal yang dianggap tak perlu.
Dari hasil pengamatan penulis, paling sedikit ada lima belas ciri penyimak ideal. Berikut ini akan disajikan ciri-ciri tersebut beserta penjelasannya.
(1) Siap fisik dan mental
Penyimak yang baik adalah penyimak yang benar-benar bersiap untuk menyimak. Fisiknya segar, sehat, atau dalam kondisi prima. Mentalnya stabil, pikiran jernih.
(2) Berkonsentrasi
Penyimak yang baik adalah penyimak yang dapat memusatkan perhatiannyakepada bahan simakan. Yang bersangkutan harus dapat menyingkirkan hal-hal lain selain materi simakan.
(3) Bermotivasi
Penyimak yang baik selalu mempunyai motivasi yang kuat dalam menyimak. Yang bersangkutan mungkin mempunyai tujuan menambah pengetahuan, mau belajar tentang sesuatum mau menguji tentang sesuatu dan sebagainya. Hal itulah yang dijadikannya sebagai motivasi atau pemacu, pendorong, penggerak, dalam menyimak.
(4) Objektif
Penyimak yang baik adalah penyimak yang berprasangka, tidak berat sebelah. Yang bersangkutan bukan melihat siapa yang berbicara tetapi apa yang dikatakannya. Bila yang dikatakan itu memang benar, ia terima, bila salah, ia menolak siapapun yang mengatakannya.
(5) Menyeluruh
Penyimak yang baik ialah penyimak yang menyimak bahan simakan secara lengkap, utuh, atau menyeluruh. Ia tidak menyimak meloncat-loncat ataupun terputus-putus, atau hanya menyimak yang disenangi saja.
(6) Menghargai pembicara
Penyimak yang baik ialah penyimak yang menghargai pembicara. Ia tidak menganggap enteng, menyepelakan apa yang disampaikan oleh pembicara. Ia pun tidak mengaggap diri tahu segalanya dan pengetahuannya melebihi pembicara. Penyimak yang baik selalu menghargai pendapat pembicara, walaupun mungkin pendapat itu berbeda dengan pendapatnya.
(7) Selektif
Penyimak yang baik tahu memilih bagian-bagian penting dari bahan simakan yang perlu diperhatikan da diingat. Tidak semua bahan yang diterima diteln mentah-mentah, tetapi dipilihnya bagian–bagian yang bersifat inti.
(8) Sungguh-sungguh
Penyimak yang baik selalu menyimak bahan simakan dengan sesungguh hatinya. Ia tidak akan berpura-pura menyimak padahal hatinya dan perhatiannya ke tempat lain. Yang bersangkutan benar-benar menyimak pesan pembicara walau pesan itu kurang menarik baginya.
(9) Tak mudah terganggu
Penyimak yang baik tak mudah diganggu oleh hal-hal lain di luar bahan simakan. Yang bersangkutan dapat membentengi diri dari berbagai gangguan kecil seperti kebisingan. Kalaupun sekali waktu ia mendapat gangguan yang tak terelakan, ia dengan cepat kembali kepada tugas semula, yakni menyimak.
(10) Cepat menyesuaikan diri
Penyimak yang baik ialah penyimak yang tanggap terhadap situasi. Ia cepat menghayati dan menyesuaikan diri dengan inti pembicaraan, irama pembicaraan, dan gaya pembicara.
(11) Kenal arah pembicaraan
Penyimak yang baik selalu mengenal arah pembicaraan, bahkan sudah dapat menduga ke arah mana pembicaraan berlangsung. Biasanya, pada menit-menit pertama awal pembicaraan, penyimak yang baik sudah mengetahui arah pembicaraan dan barangkali sudah dapat menduga isi pembicaraan.
(12) Kontak dengan pembicara
Penyimak yang baik selalu mengadakan kontak dengan pembicara. Misalnya dengan cara memperhatikan pembicara, memberikan dukungan atau dorongan kepada pembicara melalui ucapan singkat, ya, ya; benar, saya setuju, atau saya sependapat, dan sebagainya. Hal yang sama dapat pula disampaikan melalui gerak-gerik tubuh seperti mengagguk-angguk, mengacungkan jempol dan sebagainya.
(13) Merangkum
Penyimak yang selalu dapat menangkap sebagian besar isi bahan simakan. Hal itu terbukti dari hasil rangkuman penyimak yang disampaikan secara lisan atau tertulis setelah proses menyimak selesai.
(14) Menilai
Penyimak yang baik selalu menilai, menguji, mengkaji, atau menelaah isi bahan simakan yang diterimanya. Fakta yang diterima dikaitkan atau dibandingkan dnegan pengetahuan dan pengalamannya.
(15) Merespons
Sebagai tindak lanjut dari kegiatan penilaian hasil simakan, penyimak menyatakan pendapat terhadap isi pembicaraan tersebut. Yang bersangkutan mungkin setuju atau tidak setuju, sependapat atau tidak sependapat dengan si pembicara. Reaksi atau tanggapn penyimak itu dapat berwujud dalam bentuk mengagguk-angguk, menggeleng-geleng, mengerjakan sesuatu, dan sebagainya.
Ciri-ciri penyimak ideal biasanya diterapkan kepada orang lain. Artinya, bila seseorang menilai apakah orang lain penyimak ideal atau tidak, maka penilai memeriksa karakteristik penyimak yang dinilainya. Patokan penilaian adalah ciri penyimak yang sudah dibicarakan

Sabtu, 15 Januari 2011

RANGKUMAN TEORI SASTRA

RANGKUMAN TEORI SASTRA
SIFAT – SIFAT SASTRA
Salah satu batasan “Sastra” adalah segala yang tertulis dan tercetak.Edwin Greenlaw mendukung gagasan ini “Segala sesuatu yang berkaitan dengan sejarah kebudayaan termasuk dalam wilayah kita “.Ilmuwan sastra tidak terbatas pada cetakan atau tulisan dalam mempelajari periode atau kebudayaan dan kerja ilmuwan sastra harus dilihat dari sumbangannya pada sejarah sastra.Istilah “sastra”paling tepat diterapkan pada seni sastra,yaitu sastra sebagai karya imajinatif.Istilah lain “fiksi” dan “puisi” terlalu sempit pengertiannya.Istilah “Imajinatif” agak kurang cocok dan bias memberikan pengertian yang keliru.Sedangkan Bahasa adalah bahan baku kesusastraan, seperti batu dan tembaga untuk seni patung,cat untuk lukisan dan bunyi untuk seni musik.Tetapi harus disadari bahwa bahasa bukanlah benda mati melainkan ciptaan manusia dan mempunyai muatan budaya serta linguistik dari kelompok pemakai bahasa tertentu.
Bahasa Sastra penuh dengan ambiguitas dan homonim serta memiliki kategori-kategori yang tidak beraturan dan tidak rasional.Dengan kata lain bahasa sastra sangat konotatif sifatnya.Bahasa sastra bukan sekadar bahasa referential yang hanya mengacu pada satu hal tertentu.Bahasa sastra mempunyai fungsi ekspresif,menunjukkan nada dan sikap pembicara atau penulisnya.Bahasa sastra berusaha mempengaruhi ,membujuk dan pada akhirnya mengubah sikap pembaca.Yang dipentingkan dalam bahasa sastra adalah tanda,simbolisme suara dari kata-kata untuk mempengaruhi atau menarik perhatian pembaca kepada kata-kata karya sastra.
Sifat-sifat khas sastra muncul paling jelas bila dilihat dari aspek referensialnya.Genre sastra tradisional seperti lirik, epik, dan drama.Dalam ketiga jenis sastra itu, acuannya adalah dunia fiksiPernyataan dalam sebuah novel, puisi atau drama tidak dapat dianggap benar secara harfiah dan juga bukan merupakan proposisi logis.Organisasi, ekspresi pribadi, pengolahan dan penyampaian melalui medium, tujuan yang tidak praktis, fiksionalitas merupakan pengulangan dari istilah-istilah estetika yang sudah tua seperti kesatuan dalam keragaman, penciptaan kerangka seni, ciptaan, imajinasi dan kreasi.Tiap istilah mengacu pada aspek karya sastra,satu sifat khas dari kecenderungan semantik karya sastra tetapi tidak satu pun istilah di atas dengan sempurna menerangkan sifat sastra.Ada sebuah kesan umum yang timbul yaitu karya sastra bukan objek yang sederhana melainkan objek yang kompleks dan rumit.
Sastra mencerminkan kenyataan yang berarti Mimesis.Mimesis mempunyai maksud perhatian diarahkan kepada hubungan antara gambar dan apa yang digambarkan.Tetapi bila kita membaca teks-teks sastra,kita berhadapan dengan dengan tokoh-okoh dan situasi-situasi yang hanya terdapat dalam khayalan si pengarang. Tidak setiap teks mengandung unsur khayalan lalu menjadi teks fiksi.Bila kita menegaskan bahwa sebuah teks fiksi menciptakan suatu dunia sendiri yang harus kita bedakan dari kenyataan maka seketika timbul pertanyaan bagaiman ahubungan antara dunia itu dengan kenyataan.Dengan kata lain sejauh mana dunia fiksi berbeda dengan dunia nyata.Di sini fiksionalitas dijadikan tolak ukur untuk menentukan apa yang termasuk sastra dan apa yang tidak.
Tetapi tidak kurang pentingnya keterikatan seorang penulis,demikian pula pembaca yang diakibatkan oleh bahan-bahan yang mau tidak mau harus dipakai dalam karya itu yaitu bahasa.Bahasa sebelum dipakai penulis sudah merupakan sisem tanda,sistem semiotik.Setiap tanda,unsur bahasa itu mempunyai arti tertentu yang secara konvensi disetujui,diterima oleh anggota masyarakat dan mempunyai sistem kemaknaan yang berbeda-beda menurut bahasa yang kita pakai sebagai anggota sebuah masyarakat tertentu.
Dalam ilmu sastra modern (yang disebut strukturalissemiotik) peranan konvensi dalam perwujudan sastra dan karya sastra sangat ditekankan bukan sebagai sistem yang beku dan ketat tetapi sistem yang luwes dan penuh dinamika.Konvensi itu sangat berbeda-beda sifatnya ada yang sangat umum ada pula yang sangat khas dan spesifik dan yang terbatas pada jenis atau golongan karya sastra tertentu.

Rabu, 12 Januari 2011

Cerpen PACARKU TUKANG OJEK – KU

“PACARKU TUKANG OJEK – KU”

Oleh : Adipta Novamta M (Majalah Kreatif SMA Gondang Tulungagung Edisi 59)

OST Sheila On7::Sephia>>Mungkin sekarang banyak cowok tuh yang rela ngelakuin apa aja halal or haram asal sang pujaan hatinya klepek-klepek ke dirinya.Nah,seperti yang kisah yang satu ini yang bercerita perjalanan Cinca cowok yang rela ngelakuin apa aja demi sang cewek.
Sang Mentari mulai menampakkan batang hidungnya.Hari ini hari yang cerah untuk memulai segala aktivitas .Tapi tidak dengan Si Toton yang masih enak mlungker diatas ranjangnya.Nah,otomatis nich sang Babe langsung-ae nyiram pake air biar Toton bangun.”Weee..tolong-tolong banjir!”teriak Toton.”Banjir pale loe! Cepat sana mandi pergi kesekolah! ”O..h Babe to kirain ada banjir”
Si Toton ini terkenal bodoh,pemalas,jelek,item,pokoknya yang jelek-jelek deh tapi dia itu jagonya naklukin hati cewek(kok bisa ya?).Disekolah Si Toton punya genk namanya GTK(Genk Katrok Kommunity) yang beranggotakan Toton,Dono,Deren.Mereka disebut genk itu amarga mereka overacting banget gitu.
“Hey,Ton Met pagi,Kenapa tuh mat aloe masih tembeb gitu?enggak mandi ya?”kata Deren.”Enggak mandi pale loe! Tadi gue enak-enak tidur disiram Babe gue!”.”Weee bagus donk loe pasti tadi kayak ayam gering ya?”.Udah jo bahas itu lagi gue boring!”sahut Si Toton.Lalu Si Dono dateng”Hey,choy apa kabar loe-loe semua?”.Ini lagi kutu kupret dateng!”.”Eh,jangan gitu donk ton!gini-gini gue punya pacar 2 tahu!”.”O..alah pasti pacar loe model drum semuane?”.”Syut..diam ada cewek cakep tuh?”.”We..e..Onde-onde!”emang sapa ya dia?gue kok gak pernah liat?”kata Toton.”Kalo gak salah dia itu si Rere anak kelas X-9 yang terkenal zemox”.”Wuiih,emang body gitar dari atas kayak Lindsay Lohan,Tengah Dewi persik,bawah Trio Macan.Wee,Onde-onde!”sahut Toton.”Oh,gue entar Tp-Tp ah dikelas X-9.Kalo gue pasti bisa ini lho jagonya naklukin cewek”kata Toton dengan sombong.
Si Toton langsung aze ngelancarin agresi pedekatenye.Dia pun udah persiapan 1 hari 1 malem tirakat.Si Toton puny aide buat dapetin hatinya Si Rere.Dia nyuruh 3 orang preman buat godain si Rere.Rencana pun dilakukan.Preman-preman tadi godain Si Rere.Otomatiskan Si Rere minta tolong nich,lha Si Toton pun dating kayak Superman lalu menghajar preman-preman itu dengan actingnya.”Hay,thanks ya?mungkin kalo gak ada kamu,aku tadi gak tahu jadi apa!”.Oh,sama-sama .Kitakan sesame manusia jadi harus tolong menolong”.”Eh,kenalin namaku Rere,kamu sapa?”.”Kalo aku Tori nama kerennya Toton!Eh,aku anterin ya pulang sampe kerumah kamu?”.
Semenjak kejadian itu Si Toton dan Rere tambah akrab aza.Sampai akhirnya Si Toton udah jadian ama Rere.”Hey Ton!loe udah jadian to ama Si Rere?”Tanya si Deren.”Ya,Donk sapa dulu sang Penakluk?”.”Wee,Selamat dech tapi entar kalo udah bosen kasih ke aku ya?”.”Beres itu bisa diatur!”.Saking saying dan Cincanya ama Rere,Si Toton selalu setia antar jemput Rere kesekolah,Les,mall dsb pake motor kesayangannya Si Jagur.Entah kenapa dia tidak menjual motor zaman Belandanya tersebut padahal Orang tua Toton termasuk orang terkaya didesanya.Katanya motor tersebut adalah motor warisan yang jika dijual akan sial 7 turunan.Pokoknya Si Toton tadi kayak tukang ojeknya Rere gitu.Suatu malam di saat Ultahnya Rere,Si Toton bikin kejutan untuk Si Rere.Dia bikin Spanduk besar didepan rumah Rere bertuliskan”Happy Birthday My Angel”Oh..so.Sweat.Emang Si Toton tipe cowok nyang Romantis gitu.Udah deh tambah sayang tuh Si Rere ama Toton.
Waktu demi waktu terlewati udah 6 bulan Toton jadian ama Si Rere.Keduanya terlihat mesra-mesra aja.Tapi apa yang terjadi saudara..saudara ternyata dibelakang Toton,Rere selingkuh ama cowok yang guanteng 100% disbanding Toton.Si Toton sich awalnya enggak percaya tapi lama-kelamaan dia penasaran juga.Si Toton lalu mengikuti Rere ke suatu Cafe yang terkenal dikalangan anak muda.Disana Si Toton melihat Si Rere bermesraan dengan pria lain.Oh,hancur dech hati Si Toton.Dia langsung nyamperin cowok itu dan Si Rere.”Hey,Re apa sich maksud loe bermesra-mesraan dengan dia?Dasar cewek munafik loe enggak anggap gue pacar loe?”.”Cowok apa?Gue dari dulu itu cuma jadiin loe sebagai Tukang Ojek gue!Gue itu udah muak liat mika loe yang katrok gitu!.Loe dapetin gue itu Alhamdulillah tapi bagi gue itu Musibah tahu!”.”Dasar Cewek…(sensor)!!”.
Kasihan banget dech nasib Si Toton,semenjak kejadian itu dia termenung sedih.Udah dijadiin Tukang Ojek e…di duain juga.Ya,itulah Cinta kadang bisa bikin senang kadang juga bikin sedih.Jadi pesen pengarang pilih pasangan yang terbaik bagi loe bukan dari fisik doing tapi juga hatinya.Ok!

Unsur – unsur Intrinsik Karya Sastra

Unsur – unsur Intrinsik Karya Sastra

1. Tema
Merupakan gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra dan yang terkandung di dalam teks sebagai stuktur semantis dan yang menyangkut persamaan-persamaan atau perbedaan-perbedaan. Tema disaring dari motif- motif yang terdapat dalam karya yang bersangkutan yang menentukan hadirnya peristiwa-peristiwa, konflik, dan situasi tertentu. Tema dalam banyak hal bersifat ”mengikat” kehadiran atau ketidakhadiran peristiwa, konflik serta situasi tertentu termasuk berbagai unsur intrinsik yang lain. Tema menjadi dasar pengembangan seluruh cerita, maka tema pun bersifat menjiwai seluruh bagian cerita itu. Tema mempunyai generalisasi yang umum, lebih luas dan abstrak.

2. Alur Cerita
Sebuah cerpen menyajikan sebuah cerita kepada pembacanya. Alur cerita ialah peristiwa yang jalin-menjalin berdasar atas urutan atau hubungan tertentu. Sebuah rangkaian peristiwa dapat terjalin berdasar atas urutan waktu, urutan kejadian, atau hubungan sebab-akibat. Jalin-menjalinnya berbagai peristiwa, baik secara linear atau lurus maupun secara kausalitas, sehingga membentuk satu kesatuan yang utuh, padu, dan bulat dalam suatu prosa fiksi. Lebih lanjut Stanton mengemukakan bahwa plot ialah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab-akibat, peristiwa yang disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain.Plot ialah peristiwa-peristiwa yang ditampilkan dalam cerita yang tidak bersifat sederhana, karena pengarang menyusun peristiwa-peristiwa itu berdasarkan kaitan sebab-akibat.
Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa alur cerita ialah jalinan peristiwa yang melatari sebuah prosa fiksi yang dihubungkan secara sebab-akibat.

3. Penokohan
Dalam pembicaraan sebuah cerita pendek sering dipergunakan istilah-istilah seperti tokoh dan penokohan, watak dan perwatakan, atau karakter dan karakterisasi secara bergantian dengan menunjuk pengertian yang hampir sama. Tokoh cerita ialah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama , yang oleh pembaca ditafsirkan memilki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diespresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Sedangkan penokohan ialah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita Dengan demikian, istilah penokohan lebih luas pengertiannya daripada tokoh atau perwatakan, sebab penokohan sekaligus mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan, dan bagaimana penempatan dan pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca. Penokohan sekaligus menunjuk pada teknik perwujudan dan pengembangan tokoh dalam sebuah cerita.

4. Setting
Sebuah cerita pada hakikatnya ialah peristiwa atau kejadian yang menimpa atau dilakukan oleh satu atau beberapa orang tokoh pada suatu waktu tertentu dan pada tempat tertentu. Menurut Nadjid (2003:25) latar ialah penempatan waktu dan tempat beserta lingkungannya dalam prosa fiksi Menurut Nurgiyantoro (2004:227—233) unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, antara lain sebagai berikut.
a. Latar TempatLatar tempat mengacu pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang dipergunakan mungkin berupa tempat – tempat dengan nama tertentu serta inisial tertentu.
b. Latar WaktuLatar waktu berhubungan dengan masalah ” kapan ” terjadinya peristiwa – peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Masalah ”kapan” teersebut biasanya dihubungkan dengan waktuc. Latar SosialLatar sosial mengacu pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku social masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup yang cukup kompleks serta dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap. Selain itu latar sosial juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan.

5. Sudut Pandang
Sudut pandang (point of view) merupakan strategi, teknik, siasat, yang secara sengaja dipilih pengarang untuk mengemukakan gagasan dan ceritanya. Segala sesuatu yang dikemukakan dalam karya fiksi memang milik pengarang, pandangan hidup, dan tafsirannya terhadap kehidupan. Namun kesemuanya itu dalam karya fiksi disalurkan lewat sudut pandang tokoh, lewat kacamata tokoh cerita. Sudut pandang adalah cara memandang tokoh-tokoh cerita dengan menempatkan dirinya pada posisi tertentu.
Ada beberapa pertanyaan yang dapat digunakan untuk membedakan sudut pandang. Pertanyaan tersebut antara lain sebagai berikut.
1. Siapa yang berbicara kepada pembaca (pengarang dalam persona ketiga atau pertama, salah satu pelaku dengan ”aku”, atau seperti tak seorang pun)?2. Dari posisi mana cerita itu dikisahkan (atas, tepi, pusat, depan atau berganti – ganti)?3. Saluran informasi apa yang dipergunakan narator untuk menyampaikan ceritanya kepada pembaca (kata-kata, pikirn, atau persepsi pengarang; kata-kata, tindakan, pikiran, perasaan, atau persepsi tokoh)?4. Sejauh mana narator menempatkan pembaca dari ceritanya (dekat, jauh, atau berganti-ganti)? Selain itu pembedaan sudut pandang juga dilihat dari bagaimana kehadiran cerita itu kepada pembaca: lebih bersifat penceritaan, telling, atau penunjukan, showing, naratif atau dramatik. Pembedaan sudut pandang yang akan dikemukakan berikut berdasarkan pembedaan yang telah umum dilakukan orang yaitu bentuk persona tokoh cerita: persona ketiga dan persona pertama.a. Sudut pandang persona ketiga : ”Dia”Pengisahan cerita yang menpergunakan sudut pandang persona ketiga gaya ”Dia”, narator adalah seorang yang berada di luar cerita yang menampilkan tokoh-tokoh cerita dengan menyebut nama, atau kata gantinya: ia, dia, mereka. Nama-nama tokoh cerita, khususnya yang utama, kerap atau terus menerus disebut, dan sebagai variasi dipergunakan kata ganti. Hal ini akan mempermudah pembaca untuk mengenali siapa tokoh yang diceritakan atau siapa yang bertindak. Sudut pandang ”dia”dapat dibedakan ke dalam dua golongan berdasarkan tingkat kebebasan dan keterikatan pengarang terhadap bahan ceritanya. Di satu pihak, pengarang, narator dapat bebas menceritakan segala sesuatu yang berhubungan dengan tokoh ”dia”, jadi bersifat mahatahu, di lain pihak ia terikat, mempunyai keterbatasan ”pengertian” terhadap tokoh ”dia” yang diceritakan itu, jadi bersifat terbatas, hanya selaku pengamat saja.1) ”Dia” mahatahuDalam sudut pandang ini, cerita dikisahkan dari sudut ”dia”, namun pengarang, narator dapat menceritakan apa saja hal-hal yang menyangkut tokoh ”dia” tersebut. Narator mengetahui segalanya, ia bersifat mahatahu (omniscient). Ia mengetahui berbagai hal tentang tokoh, peristiwa, dan tindakan, termasuk motivasi yang melatarbelakanginya. Ia bebas bergerak dan menceritakan apa saja dalam lingkup waktu dan tempat cerita, berpindah-pindah dari tokoh ”dia”yang satu ke ”dia” yang lain, menceritakan atau sebaliknya ”menyembunyikan” ucapan dan tindakan tokoh, bahkan juga yang hanya berupa pikiran, perasaan, pandangan, dan motivasi tokoh secara jelas, seperti halnya ucapan dan tindakan nyata.2) ”Dia” terbatas, ”Dia” sebagai pengamatDalam sudut pandang ”dia” terbatas, seperti halnya dalam”dia”mahatahu, pengarang melukiskan apa yang dilihat, didengar, dialami, dipikir, dan dirasakan oleh tokoh cerita, namun terbatas hanya pada seorang tokoh saja atau terbatas dalam jumlah yang sangat terbatas. Tokoh cerita mungkin saja cukup banyak, yang juga berupa tokoh ”dia”, namun mereka tidak diberi kesempatan untuk menunjukkan sosok dirinya seperti halnya tokoh pertama.
b. Sudut Pandang Persona Pertama: ”Aku”
Dalam pengisahan cerita yang mempergunakan sudut pandang persona pertama (first person point of view), ”aku”. Jadi: gaya ”aku”, narator adalah seseorang yang ikut terlibat dalam cerita. Ia adalah si ”aku” tokoh yang berkisah, mengisahkan kesadaran dirinya sendiri, mengisahkan peristiwa atau tindakan, yang diketahui,dilihat, didengar,dialami dan dirasakan, serta sikapnya terhadap orang (tokoh) lain kepada pembaca. Jadi, pembaca hanya dapat melihat dan merasakan secara terbatas seperti yang dilihat dan dirasakan tokoh si ”aku” tersebut.
1) ”Aku” tokoh utama
Dalam sudut pandang teknik ini, si ”aku” mengisahkan berbagai peristiwa dan tingkah laku yang dialaminya, baik yang bersifat batiniah, dalam diri sendiri, maupun fisik, hubungannya dengan sesuatu yang di luar dirinya. Si ”aku”menjadi fokus pusat kesadaran, pusat cerita. Segala sesuatu yang di luar diri si ”aku”, peristiwa, tindakan, dan orang, diceritakan hanya jika berhubungan dengan dirinya, di samping memiliki kebebasan untuk memilih masalah-masalah yang akan diceritakan. Dalam cerita yang demikian,si ”aku” menjadi tokoh utama (firstperson central).2) ”Aku” tokoh tambahanDalam sudut pandang ini, tokoh ”aku” muncul bukan sebagai tokoh utama, melainkan sebagai tokoh tambahan (first pesonal peripheral). Tokoh ”aku” hadir untuk membawakan cerita kepada pembaca, sedangkan tokoh cerita yang dikisahkan itu kemudian ”dibiarkan” untuk mengisahkan sendiri berbagai pengalamannya. Tokoh cerita yang dibiarkan berkisah sendiri itulah yang kemudian menjadi tokoh utama, sebab dialah yang lebih banyak tampil, membawakan berbagai peristiwa, tindakan, dan berhubungan dengan tokoh-tokoh lain. Setelah cerita tokoh utama habis, si ”aku”tambahan tampil kembali, dan dialah kini yang berkisah. Dengan demikian si ”aku” hanya tampil sebagai saksi saja. Saksi terhadap berlangsungnya cerita yang ditokohi oleh orang lain. Si ”aku” pada umumnya tampil sebagai pengantar dan penutup cerita.

6. Gaya Bahasa dan Nada
Bahasa dalam cerpen memilki peran ganda, bahasa tidak hanya berfungsi sebagaipenyampai gagasan pengarang. Namun juga sebagai penyampai perasaannya. Beberapa cara yang ditempuh oleh pengarang dalam memberdayakan bahasa cerpen ialah dengan menggunakan perbandingan, menghidupkan benda mati, melukiskan sesuatu dengan tidak sewajarnya, dan sebagainya. Itulah sebabnya, terkadang dalam karya sastra sering dijumpai kalimat-kalimat khas. Nada pada karya sastra merupakan ekspresi jiwa.

Sabtu, 08 Januari 2011

Cerpen Cinta"The Story of Love"

“The Story Of Love”

Saat tahun pelajaran baru aku pindah sekolah karena mengikuti orang tuaku yang pindah tempat kerja .Disinilah awal cerita cintaku dimulai.Bel tanda masuk telah berbunyi aku dengan sedikit ragu melangkahkan kaki ku kedalam kelas ditemani oleh seorang wali kelas.”Nah anak–anak hari ini kedatangan seorang murid baru dari Jogja,selanjutnya kita persilahkan dia untuk memperkenalkan dirinya“kata Bu Endang guru kimia yang merangkap sebagai wali kelas“Baiklah,saya akan memperkenalkan diri saya. Nama saya Diajeng Putri Ningtyas.Saya biasa dipanggil Tyas,saya pindah kesini karena mengikuti orang tua”kataku.“Ok,perkenalannya cukup segitu saja untuk selanjutnya kamu bisa duduk disamping Evant”suruh Bu Endang. Tiba –tiba seorang anak berdiri dan mengangkat tangan.Anak itulah yang bernama Evant.Sambil berucap”Saya tidak setuju Bu!saya tidak ingin dia duduk disebelah saya!ibu tahu sendirikan tidak ada yang bisa menggantikan tempat duduk Echa disebelah saya!”.“Evant,keras kepala sekali kamu padahal Tyas cuma berbagi tempat duduk dengan kamu tapi daripada menimbulkan masalah,Tyas lebih baik kamu duduk disebelah Junot!”kata Bu Endang dengan kesal.”Baik Bu”jawabku.Padahal kupikir bisa duduk disebelah Evant tapi dia sombong banget.
“Hai,gue Junot nama kamu Tyas ya?udah masalah Evant tadi gak usah dipikirin.Si Evant itu emang gitu orangnya.Sejak kematian ceweknya yang namanya Echa enggak ada seorang cewek pun yang bisa mendekatinya”kata Junot.”Ya ,namaku Tyas .Nama kamu Junot?nama yang bagus,maksud kamu tadi dengan kematian ceweknya itu apa? “tanyaku.“Nanti aku ceritain waktu istirahat di kantin dech,sebagai tanda perkenalan kita
aku akan traktir kamu.Sekarang mendingan kita dengerin pelajarannya bu Endang ini ,soalnya dia termasuk dalam 10 guru paling galak di SMAN ini” kata Junot. Saat istirahat tiba aku kekantin sama Junot membicarakan masalah tentang Evant yang tadi .”Eh ,Junot gimana tentang cerita kamu yang tadi?kamu lanjutin dong?”pintaku.“Ok-ok,gini ya ceritanya awalnya dulu si Evant itu punya cewek namanya Echa itu Tapi Evant itu dulunya play boy padahal Echa itu cewek yang perfect banget tapi sama Evant,Echa cuma dibuat main–main.Saat ulang tahunnya Echa,Evant itu malah dateng ke pestanya dengan menggandeng cewek lain.Ya,marahlah si Echa tadi terus dia lari kejalan tanpa mikirin keadaan sekitar.Tiba –tiba ada mobil yang melaju dengan kencang menuju ke arahnya. Echa meninggal akibat tabrakan itu, Evant yang sangat terpukul karena kejadian tersebut.Sejak saat itu menutup dirinya dari cewek dan berjanji enggak akan mendekati cewek manapun lagi dalam hidupnya dia hanya milik Echa seorang yang dulu pernah mencintainya dan duduk satu bangku dengannya.Kejadian itu terjadi setengah tahun yang lalu.Aku yang dari kecil udah kenal banget sama dia tahu banget sifatnya”kata junot. “jadi gitu ya?”pikirku yang tanpa sadar aku jadi trenyuh mendengar cerita dari Junot.Bel masuk pun berbunyi ,dikelas aku terus menatap Evant.Dia terus kuperhatikan sehingga tanpa sadar aku sudah dipanggil guruku sampe tiga kali.
Sampai dirumah aku masih terbayang cerita dari Junot tadi.Aku merasa dalam diri Evant dia diliputi rasa bersalah atas kematian Echa. Besoknya saat masuk sekolah tiba- tuba Junot datang dengan mengagetkanku.”Hai!,ini loh aku kasih kamu undangan ultahku.Dateng ya besok malem?acaranya seru kok,asik dech pokoknya.Evant juga dateng loh “.“Apa sich maksud loch?enggak penting banget”kataku.”Awas loh kalo enggak datang!gue kawinin ama kambing..he..he”katanya sambil berlari.Karena saat itu aku lempar dia pake kamus.
Pesta yang diadain sama Junot memang sangat meriah banget,yang mulai dari band,child,atau lainnya bener-bener asik.Tapi ada seorang cowok yang sejak tadi kuperhatikan.Dia terus menatap bintang yang ada dilangit seolah-olah bintang itu mengerti akan kesedihannya.Pesta yang meriah ini pun akhirnya selesai.Aku yang pulangnya tidak ada yang menjemput minta bantuan sama Junot agar mengantarku pulang.Tapi dia malah menyuruh Evant agar yang mengantarku pulang.Lalu terjadilah keributan antara Evant dengan Junot.”Heh, you kan tahu Not kalo gue enggak mau ngedeketin cewek selain Echa!”kata Evant.”Eh,Vant tapi Echa itu udah mati!kamu sadar enggak sich?”bentak Junot.”You itu kalo ngomong jangan sembarangan ya!bagiku selamanya Echa itu masih hidup.Kalo nomong itu diatur!jaga itu mulut!”kata Evant.”Heh!kalian berdua bisa enggak sich berhenti bertengkarnya!.Kalo enggak ada yang mau anterin ya udah aku engak apa-apa kok naik kendaraan umum”kataku.”Tapi Tyas malem-malem gini naik angkot itu berbahaya”kata Junot.”Junot ngapain juga kamu mikirin Tyas sampe segitunya,biarin aja dia naik angkot,peduli apa?”kata Evant.Aku yang saat itu kesal sama kata-katanya Evant barusan langsung lari meninggalkan mereka berdua.”Vant!loe nyadar enggak sich kata-kata loe yang barusan itu nyakitin Tyas tahu!.Mendingan loe kejar dech Tyas daripada dia ada apa-apa.Loe enggak mau kan kejadian yang dulu terulang lagi”kata Junot.
Saat itu aku berlari tanpa peduliin apapun dan tanpa sadar ada mobil yang melaju dengan cepat menuju kearahku.Saat itu kupikir aku akan mati tapi disaat-saat terakhir Evant menyelamatkanku.Dia mendorongku menjauh dari mobil itu tapi dia jadi tidak bisa menghindari mobil tersebut.
Evant langsung dilarikan kerumah sakit.Aku berharap tidak terjadi apa-apa.Karena perbuatankulah yang menyebabkan dia menjadi seperti sekarang ini.”Kumohon Evant kamu cepatlah sadar”kataku lirih.Beberpa saat kemudia Evant sadar.Aku dan Junot diberi kesempatan untuk menemuinya.”Tyas,maafin perbuatanku selama ini ke kamu ya?kamu tahu enggak aku tadi bertemu dengan Echa dalam mimpiku .Dia sudah maafin aku,dia juga punya satu permintaan untuk kamu.Dia pingin kamu menggantikannya disisiku”.