Jumat, 03 Desember 2010

analisis kalimat berdasarkan ciri -ciri, peran,dan fungsi S, P, O,K

BAGIAN I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Suatu pernyataan merupakan kalimat jika di dalam pernyataan itu sekurang – kurangnya terdapat predikat dan subjek, baik disertai objek, pelengkap, atau keterangan maupun tidak, bergantung kepada tipe verba predikat kalimat tersebut. Suatu untaian kata yang tidak memiliki predikat disebut frasa. Untuk menentukan predikat suatu kalimat, dapat dilakukan pemeriksaan apakah ada verba (kata kerja) dalam untaian kata itu. Selain verba, predikat suatu kalimat dapat pula berupa adjektiva dan nomina.
Dalam bentuk lisan, unsur subjek dan predikat itu dipisahkan jeda yang ditandai oleh pergantian intonasi. Relasi antar kedua unsur ini dinamakan relasi predikatif, yaitu relasi yang memperlihatkan hubungan subjek dan predikat. Sebaliknya suatu unsur disebut frasa jika unsur itu terdiri dari dua kata atau lebih, tidak terdapat predikat di dalamnya, dan satu dari kata-kata itu sebagai inti serta yang lainnya sebagai pewatas atau penjelas. Biasanya frasa itu mengisi tempat subjek, predikat, objek, pelengkap, atau keterangan. Relasi kata yang menjadi inti dan kata yang menjadi pewatas/penjelas ini dinamakan sebagai atributif. Contohnya sebagai berikut.
a) Anak kecil itu // pandai sekali.
Unsur anak kecil itu (subjek) yang menjadi intinya adalah anak karena dalam unsur itu anak tidak dapat ditiadakan dan kata itu dapat mewakili unsur subjek. Demikian juga, pandai sekali intinya adalah pandai karena kata pandai tidak dapat ditiadakan dan kata itu dapat mewakili unsur predikat. Contoh di atas merupakan kalimat karena terdapat dua unsur yang menjadi syarat dari suatu kalimat. Rangkaian kata anak kecil itu mewakili unsur subjek, sedangkan pandai sekali mewakili unsur predikat.
Jika dituliskan, kalimat diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda seru, atau tanda tanya. Dengan kata lain, untaian kata yang diawali dengan huruf kapital pada kata pertama dan diakhiri dengan tanda titik, tanda seru, atau tanda tanya adalah kalimat menurut pengertian kaidah ejaan.
Untuk mengecek apakah kalimat yang dihasilkan memenuhi syarat kaidah tata bahasa, perlu dikenal ciri-ciri subjek, predikat, objek, pelengkap dan keterangan. Kalimat yang benar harus memiliki kelengkapan unsur kalimat. Selain itu pengenalan ciri-ciri unsur kalimat ini juga berperan untuk menguraikan kalimat atas unsur-unsurnya.

1. 2 Topik Bahasan
Peran S, P, O, K dalam kalimat akan dibahas dalam makalah ini. Karena begitu pentingnya unsur – unsur S, P, O, K dalam sebuah kalimat. Sehingga para pembaca diharapkan bisa mengetahui kaidah – kaidah penulisan yang benar serta mengetahui unsur – unsur sebuah kalimat. Oleh karena itu, fokus permasalahan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Ciri – ciri Subjek, Predikat, Objek, dan Keterangan.
2. Analisis Kalimat Berdasarkan Fungsi, Kategori, dan Peran S, P, O, K


1.3 Tujuan Penulisan Makalah
Makalah ini dimaksudkan untuk membahas ciri – ciri serta fungsi dan peran S, P, O, K dalam kalimat. Dalam makalah ini saya ingin memaparkan dan menunjukkan fungsi dan peran S, P, O, K tersebut dalam kaidah penulisan dalam bahasa Indonesia. Saya berharap makalah yang saya buat ini dapat membantu pembaca dalam memperoleh pengetahuan tentang sintaksis sehingga kita bisa menulis sebuah kalimat sesuai dengan kaidah – kaidah bahasa Indonesia yang benar.


BAGIAN II
PEMBAHASAN

2.1 Ciri – Ciri Subjek, Predikat, Objek, dan Keterangan
2.1.1 Ciri-Ciri Subjek
Subjek adalah unsur pokok yang terdapat pada sebuah kalimat di samping unsur predikat. Dengan mengetahui ciri – ciri subjek secara lebih terperinci, kalimat yang dihasilkan dapat terpelihara strukturnya. Jawaban atas Pertanyaan Apa atau Siapa
Penentuan subjek dapat dilakukan dengan mencari jawaban atas pertanyaan apa atau siapa yang dinyatakan dalam suatu kalimat. Untuk subjek kalimat yang berupa manusia, biasanya digunakan kata tanya siapa.
1. Disertai Kata Itu
Kebanyakan subjek dalam bahasa Indonesia bersifat takrif (definite). Untuk menyatakan takrif, biasanya digunakan kata itu. Subjek yang sudah takrif misalnya nama orang, nama negara, instansi, atau nama diri lain dan juga pronomina tidak disertai kata itu. Contoh : Kucing itu (S) mengejar tikus.
2. Mempunyai Keterangan Pewatas Yang
Kata yang menjadi subjek suatu kalimat dapat diberi keterangan lebih lanjut dengan menggunakan penghubung yang. Keterangan ini dinamakan keterangan pewatas. Contoh : Yang dibangun(S) rumah pribadi.
3. Tidak Didahului Preposisi
Subjek tidak didahului preposisi, seperti dari, dalam, di, ke, kepada, pada. Orang sering memulai kalimat dengan menggunakan kata-kata seperti itu sehingga menyebabkan kalimat-kalimat yang dihasilkan tidak bersubjek. Contoh : Di bangunan(S) itu dibuatkan jendela besar.
4. Berupa Nomina atau Frasa Nominal
Subjek kebanyakan berupa nomina atau frasa nominal. Di samping nomina, subjek dapat berupa verba atau adjektiva, biasanya, disertai kata penunjuk itu.
6. Jika diubah menjadi kalimat tanya S tidak dapat diberi partikel –kah dan tidak dapat dipertegas dengan partikel –lah
7. Bagian yang diterangkan predikat.
Subjek dapat dicari dengan pertanyaan ‘Apa atau Siapa yang tersebut dalam predikat’. Sedangkan predikat adalah bagian kalimat yang menerangkan subjek. Predikat dapat ditentukan dengan pertanyaan ‘yang tersebut dalam subjek sedang apa, berapa, di mana, dan lain-lain’.
Contoh:
Sedang belajar(P) mereka itu(S).
Fungsi tersebut bisa dibuktikan dengan pertanyaan ‘Siapa yang sedang belajar? Jawabannya ‘mereka itu’.

2.1.2 Ciri-Ciri Predikat
Predikat juga merupakan unsur utama suatu kalimat di samping subjek.
Bagian ini khusus membicarakan ciri-ciri predikat secara lebih terperinci.
1. Jawaban atas Pertanyaan Mengapa atau Bagaimana
Dilihat dari segi makna, bagian kalimat yang memberikan informasi atas pertanyaan mengapa atau bagaimana adalah predikat kalimat. Pertanyaan sebagai apa atau jadi apa dapat digunakan untuk menentukan predikat yang berupa nomina penggolong (identifikasi). Kata tanya berapa dapat digunakan untuk menentukan predikat yang berupa numeralia (kata bilangan) atau frasa numeralia.
2. Kata Adalah atau Ialah
Predikat kalimat dapat berupa kata adalah atau ialah. Predikat itu terutama digunakan jika subjek kalimat berupa unsur yang panjang sehingga batas antara subjek dan pelengkap tidak jelas.
3. Dapat Diingkarkan
Predikat dalam bahasa Indonesia mempunyai bentuk pengingkaran yang diwujudkan oleh kata tidak. Bentuk pengingkaran tidak ini digunakan untuk predikat yang berupa verba atau adjektiva. Di samping tidak sebagai penanda predikat, kata bukan juga merupakan penanda predikat yang berupa nomina atau predikat kata merupakan.
4. Dapat Disertai Kata-kata Aspek atau Modalitas
Predikat kalimat yang berupa verba atau adjektiva dapat disertai kata-kata aspek seperti telah, sudah, sedang, belum, dan akan. Kata-kata itu terletak di depan verba atau adjektiva. Kalimat yang subjeknya berupa nomina bernyawa dapat juga disertai modalitas, kata-kata yang menyatakan sikap pembicara (subjek), seperti ingin, hendak, dan mau.
5. Unsur Pengisi Predikat
Predikat suatu kalimat dapat berupa:
Kata, misalnya verba, adjektiva, atau nomina.
Frasa, misalnya frasa verbal, frasa adjektival, frasa nominal, frasa numeralia (bilangan).
6. Predikat dapat diberi partikel –kah.
Contoh:
Merka itu (S) sedang belajar(P).
Sedang belajarkah mereka itu?
Merekakah sedang belajar? (salah)

2.1.3 Ciri-Ciri Objek
Unsur kalimat ini bersifat wajib dalam susunan kalimat aktif transitif yaitu kalimat yang sedikitnya mempunyai tiga unsur utama, subjek, predikat, dan objek. Predikat yang berupa verba intransitif (kebanyakan berawalan ber- atau ter-) tidak memerlukan objek, sedangkan verba transitif yang memerlukan objek kebanyakan berawalan me-. Ciri-ciri objek ini sebagai berikut.
1. Langsung di Belakang Predikat
Objek hanya memiliki tempat di belakang predikat, tidak pernah mendahului predikat.
Dapat Menjadi Subjek Kalimat Pasif
Objek yang hanya terdapat dalam kalimat aktif dapat menjadi subjek dalam kalimat pasif. Perubahan dari aktif ke pasif ditandai dengan perubahan unsur objek dalam kalimat aktif menjadi subjek dalam kalimat pasif yang disertai dengan perubahan bentuk verba predikatnya.
1) Tidak Didahului Preposisi
Objek yang selalu menempati posisi di belakang predikat tidak didahului preposisi. Dengan kata lain, di antara predikat dan objek tidak dapat disisipkan preposisi.
2) Objek Berupa Frasa Nomina atau Pengganti Frasa Nomina
Objek mengikuti predikat yang berupa verba transitif (memerlukan objek) atau semi-transitif dan pelengkap mengikuti predikat yang berupa verba intransitif(tidak memerlukan objek).
Contoh:
a. Transitif (memerlukan objek)
1. Orang itu(S) menjual(P). (Salah)
2. Orang itu(S) menjual(P) es kelapa muda(O)
b. Semi-transitif (bisa atau tidak perlu objek)
1. Orang itu(S) minum(P).
2. Orang itu(S) minum(P) es kelapa muda(O).
3. Es kelapa muda(S) diminum(P) orang itu(O).

2.1.4 Ciri – Ciri Keterangan
Keterangan merupakan unsur kalimat yang memberikan informasi lebih lanjut tentang suatu yang dinyatakan dalam kalimat; misalnya, memberi informasi tentang tempat, waktu, cara, sebab, dan tujuan. Keterangan ini dapat berupa kata, frasa, atau anak kalimat. Keterangan yang berupa frasa ditandai oleh preposisi, seperti di, ke, dari, dalam, pada, kepada, terhadap, tentang, oleh, dan untuk. Keterangan yang berupa anak kalimat ditandai dengan kata penghubung, seperti ketika, karena, meskipun, supaya, jika, dan sehingga. Berikut ini beberapa ciri unsur keterangan.
1. Bukan Unsur Utama
Berbeda dari subjek, predikat, objek, dan pelengkap, keterangan merupakan unsur tambahan yang kehadirannya dalam struktur dasar kebanyakan tidak bersifat wajib. Keterangan adalah bagian kalimat yang menerangkan subjek, predikat, objek atau pelengkap. Berupa frasa nomina, preposisi, dan konjungsi.
2. Tidak Terikat Posisi
Di dalam kalimat, keterangan merupakan unsur kalimat yang memiliki kebebasan tempat. Keterangan dapat menempati posisi di awal atau akhir kalimat, atau di antara subjek dan predikat.
Contoh:
Dulu(Ket) orang itu(S) menjual(P) es kelapa muda(O) di jalan surabaya(Ket).

Analisis Kalimat Berdasarkan Fungsi, Kategori, dan Peran S, P, O, K
Dalam analisis fungsional klausa dianalisis berdasarkan fungsi unsur-unsurnya menjadi S, P, O, Pel dan Ket dalam analisis kategorial telah dijelaskan bahwa fungsi S terdiri dari N, fungsi P terdiri dari N, V, Bil, FD, fungsi O terdiri dari N, fungsi Pel terdiri dari N, V, Bil dan fungsi ket terdiri dari Ket, FD, N.
Fungsi-fungsi itu disamping terdiri dari kategori-kategori kata atau frase juga terdiri dari makna-makna yang sudah barang tentu makna unsur pengisi fungsi berkaitan dengan makna yang dinyatakan oleh unsur pengisi fungsi yang lain.

Contoh :
Dinda Menemani Adiknya Di tempat tidur Beberapa saat
F S P O Ket 1) Ket 2)
K N V N FD N
P Pelaku Perbuatan Penderita Tempat Waktu

Ket
F : Fungsi
K : Kategori
P : Peran

Fungsi, Kategori, dan Peran S, P, O, Pel, K dalam Kalimat
Predikat Subjek Objek (1) Objek (2) Pelengkap Keterangan
Perbuatan
Keadaan
Keberadaan
Pengenal
Jumlah
Perolehan
Sebab
Penderita
Hasil
Tempat
Penerima
Pelaku
Alat
Sebab
Penderita
Hasil
Tempat
Penerima
Objektif
Dikenal
Terjumlah Penderita
Penerima
Tempat
Alat
Hasil
Pelaku
Hal Penderita
Hasil
Alat
Penderita
Alat
Peserta
Asal
Hal
Keadaan
Jumlah Tempat
Waktu
Cara
Penerima
Peserta
Alat
Sebab
Pelaku
Keseringan
Perbandingan
Perkecualian
Tujuan
Syarat
Kondisional
Akibat
Arah

1. Makna Unsur Pengisi P
a. Menyatakan makna "Perbuatan"
Contoh : Dinda sedang belajar.
Frase sedang belajar yang menduduki fungsi P menyatakan makna "Perbuatan" yaitu perbuatan yang sedang dilakukan oleh "pelakunya" yaitu 'Dinda'
b. Menyatakan makna "Keadaan"
Contoh : 1) Rambutnya hitam dan lebat
2) Rumah itu sangat besar
3) Lukanya sangat parah
Kata-kata hitam, lebat, besar, dan parah semuanya merupakan makna keadaan.
Makna keadaan dapat dibedakan menjadi empat jenis, yaitu :
1. Keadaan relatif singkat. Keadaan ini mudah berubah.
Misalnya :1) Rumah itu sangat bersih.
2) Kami sudah mengantuk.
2. Keadaan yang relatif lama dan kecenderungannya tidak mudah berubah. Keadaan yang semcam ini secara khusus disebut sifat. Misalnya :1) Mahasiswa itu sangat rajin.
2) Perempuan itu ramah sekali.
3) Pohon cemara itu sangat tinggi.
3. Keadaan yang merupakan runtutan perubahan keadaan yang disebut proses. Misalnya : 1) Hujannya mereda.
2) Pengaruhnya semakin meluas.
4. Keadaan yang merupakan pengalaman kejiwaan.
Misalnya : 1) Orang itu dapat memahami keinginan anaknya.
2) Setiap orang menyukai perbuatan baik.
3) Orang itu sangat sayang kepada binatang.
c. Menyatakan Makna 'Keberatan"
Contoh : 1) Para tamu di ruang depan.
2) Ariel berada diruang baca.
3) Dinda tinggal di luar kota.
Kata yang bercetak miring tersebut menjadi unsur pengisi P tidak menyatakan makna "perbuatan" dan "keadaan" melainkan menyatakan makna "keberadaan".
d. Menyatakan makna "pengenal"
Contoh : 1) Orang itu adalah pegawai kedutaan.
2) Mereka adalah mahasiswa UM.
3) Dia adalah teman kecil saya.
e. Menyatakan makna "jumlah"
Contoh :1) Rumah itu dua rumah.
2) Anak orang itu lima.
3) Kaki meja itu empat.
f. Menyatakan makna "perolehan"
Contoh :1) Ariel memiliki mobil.
2) Dinda mendapat hadiah.
3) Sayur-sayuran itu mengandung banyak vitamin.
g. Menyatakan makna “sebab”
Contoh : 1) Pedagang kaki lima menyebabkan kemacetan di jalan raya.
2) Yang menyebabkan kebakaran itu ledakan tabung elpiji.
h. Menyatakan makna “penderita”
Contoh : 1) Yang tertabrak kucing saya.
i. Menyatakan makna “hasil”
Contoh : 1) Yang dibakar sate kambing.
2) Yang tanak nasi.
j. Menyatakan makna “tempat”
Contoh : 1) Yang dikunjungi rumah nenek.
k. Menyatakan makna “penerima”
Contoh : 1) Yang dibelikan mainan robot adik saya.
2) Yang dibelikan mobil baru Luna Maya.
2. Makna Unsur Pengisi S
a. Menyatakan Makna "pelaku"
Contoh : 1) Seorang perempuan tua membeli beras.
2) Mahasiswa mengerjakan beberapa tes.
b. Menyatakan makna "alat"
Contoh : 1) Truk-truk itu mengangkut beras.
2) Sebuah gambar menghiasi kamar kerjanya.
c. Menyatakan makna "sebab"
Contoh : 1) Banjir besar itu menghancurkan kota.
2) Kamar itu panas karena perapian.
d. Menyatakan makna "penderita"
Contoh : 1) Benda itu dipukulkannya dengan batu lain.
2) Jalan-jalan sedang diperbaiki.
e. Menyatakan makna "hasil"
Contoh : 1) Rumah-rumah banyak didirikan pemerintah.
2) Novel itu dikarang oleh pengarang muda dari kalimantan.
f. Menyatakan makna "tempat"
Contoh : 1) Pantai Kuta banyak dikunjungi turis.
2) Gua itu belum pernah dimasuki orang.
g. Menyatakan makna "penerima"
Contoh : 1) Gadis itu akan dibuatkan rok oleh ibunya.
h. Menyatakan makna "objektif"
Contoh : 1) Rambutnya hitam dan lebat.
2) Lukanya membesar.
i. Menyatakan makna "dikenal"
Contoh : 1) Orang itu pegawai kedutaan.
2) Dia adalah teman saya.
j. Menyatakan makna "terjumlah"
Contoh : 1) Kaki meja itu empat.
2) Anak orang itu lima.
3. Makna Unsur Pengisi O (1)
a. Menyatakan makna "penderita"
Contoh : 1) Ia menebang pohon.
2) Seorang laki-laki menurunkan dua koper.
b. Menyatakan makna "penerima"
Contoh : 1) Ahmad membeli buku baru untuk anaknya.
2) Dinda membelikan baju baru bagi anaknya.

c. Menyatakan makna "tempat"
Contoh : 1) Banyak turis mengunjungi candi Borobudur.
2) Petani itu menanam ubi-ubian di tegalnya.
d. Menyatakan makna "alat"
Contoh : 1) Polisi menembak penjahat dengan pistolnya
2) Ia mengikatkan tali pada sebatang pohon.
e. Menyatakan makna "hasil"
Contoh : 1) Pemerintah membuat jalan-jalan baru.
f. Menyatakan makna “pelaku”
Contoh : 1) Penjahat itu ditangkap polisi.
2) Roti itu dimakan adik.
g. Menyatakan makna “hal”
Contoh : 1) Pak Hasan mengatakan bahwa mobilnya telah dicuri.
4. Makna Unsur Pengisi O (2)
a. Menyatakan makna "penderita".
Contoh : 1) Ariel membelikan anaknya buku baru.
b. Menyatakan makna "hasil".
Contoh : 1) Penjahit membuatkan kebaya ibu.
c. Menyatakan makna “alat”
Contoh : Pulsaku habis, orang itu meminjamkan hpnya
5. Makna Unsur Pengisi Pelengkap
a. Menyatakan makna "penderita".
Contoh : 1) Banyak mahasiswa belajar bahasa jerman.
b. Menyatakan makna "alat".
Contoh : 1) Ia bersenjatakan bambu runcing.
c. Menyatakan makna “peseta”
Contoh : 1) Dia bersama istrinya.
d. Menyatakan makna “asal”
Contoh : 1) Adik bersepatu kulit.
2) Luffi bertopi jerami.
e. Menyatakan makna “hal”
Contoh : 1) Kakek bercerita jaman perang.
f. Menyatakan makna “keadaan”
Contoh : 1) Presiden mengatakan bahwa keadaan para pengungsi gunung merapi sangat memperihatinkan.
2) Dia menceritakan bahwa Paris itu sangat indah kotanya.
g. Menyatakan makna “jumlah”
Contoh : 1) Ayamku betelur 5 buah.
6. Makna Unsur Pengisi KET
a. Menyatakan makna "tempat"
Contoh : 1) Aku melanjutkan kuliahku di Malang.
b. Menyatakan makna "waktu"
Contoh : 2) Bapak kepala daerah pergi ke Jakarta kemarin.
c. Menyatakan makna "cara"
Contoh : Pencuri itu lari dengan skripsi.
d. Menyatakan makna "peserta"
Contoh : Ariel senang bercakap-cakap denganku
e. Menyatakan makna "alat"
Contoh : Anak itu menulis dengan tangan kiri.
f. Menyatakan makna "sebab"
Contoh : Orang itu menjadi gila karena tekanan hidup.
g. Menyatakan makna "pelaku"
Contoh : Senayan mulai dihuni oleh beberapa olahragawan.
h. Menyatakan makna "keseringan"
Contoh : Ariel telah menyerukan kata awas beberapa kali.
i. Menyatakan makna "perbandingan"
Contoh : Ariel sangat pandai seperti kakaknya.
j. Menyatakan makna "perkecualian"
Contoh : Anak-anak itu tidak boleh masuk kecuali saya.
k. Menyatakan makna “syarat”
Contoh : 1) Dia bisa masuk asalkan tidak berisik.
2) Nanti dibelikan asal mau makan.
l. Menyatakan makna “kondisional”
Contoh : Meskipun sedang sakit, saya tetap masuk kuliah.
m. Menyatakan makna “akibat”
Contoh : 1) Pertandingan sepakbola ini ditunda akibatnya para supporter kecewa.
n. Menyatakan makna “tujuan”
Contoh : 1) Dia banyak makan untuk menjadi lebih gemuk.
o. Menyatakan makna “arah”
Contoh : 1) Para turis melepaskan para anak penyu ke laut.
2) Sore hari matahari terbenam ke arah barat.
BAGIAN III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Bila menyimak uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa ketidakcermatan penulisan dalam sebuah kalimat akan mengakibatkan kesalahan dalam memaknai sebuah kalimat.Hal ini menimbulkan problematik sehingga perlu pelurusan dan pemecahan yang didasarkan pada kaidah-kaidah sintaksis. Pentingnya peran serta fungsi S, P, O, K dalam sebuah kalimat adalah wajib sehingga kalimat bukanlah disebut kalimat jika minimal tidak ada unsur S dan P. Pentingnya pembahasan makalah ini adalah dapat memberitahu pembaca tentang penulisan sebuah kalimat yang sesuai kaidah – kaidah sintaksis. Sehingga kesalahan dalam penulisan sebuah kalimat dapat dikurangi. Jika tidak, kesalahan tersebut akan berlangsung langgeng dan meluas di kalangan masyarakat tutur Indonesia.




Daftar Rujukan

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 1998. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.
Ibrahim, Syukur, dkk. Bahan Ajar Sintaksis Bahasa Indonesia. Departemen Pendidikan Nasional Universitas Negeri Malang.
Ramlan, M. 2001. Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis. Yogyakarta: C.V. Karyono.
Samsuri. 1985. Tata Bahasa Indonesia Sintaksis. Jakarta: Sastra Budaya.
Sugono, Dendy. 1986. Berbahasa Indonesia dengan Benar. Jakarta: C.V. Kilat Grafika.
Sumadi. 2009. Sintaksis Bahasa Indonesia. Malang : A3.
Rusnaji, Oscar. Aspek-aspek Linguistik. IKIP Malang.
Wirjosoedjarmo. 1984. Tata Bahasa Indonesia. Surabaya: Sinar Wijaya
Rusnaji, Oscar. 1983. Aspek-aspek Sintaksis Bahasa Indonesia. IKIP Malang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berkomen untuk Kemajuan