Senin, 14 Maret 2011

Sindrom Pendidikan Karakter

Sindrom Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter, dua kata yang menjadi primadona dalam dunia pendidikan sejak tahun 2009 ini. Berbagai seminar, bedah buku, dan diskusi banyak membahas tentang pendidikan karakter ini.
Mungkinkah selama ini Pendidikan di negara kita kurang mencerminkan karakter masyarakat Indonesia? Sehingga kita perlu memunculkan pendidikan karakter ini ke permukaan sebagai solusi atas kegagalan pendidikan kita selama ini?
Banyaknya kasus – kasus kriminal yang dilakukan oleh publik figur, pejabat pemerintah, dan maraknya pergaulan bebas remaja belakangan ini yang membuat pendidikan karakter menjadi sorotan. Terbongkarnya manipulasi pajak yang dilakukan oknum pemerintah hingga milyaran rupiah telah membuka mata masyarakat dan praktisi pendidikan, sehingga memunculkan solusi dalam dunia pendidikan yaitu Pendidikan Karakter.
Padahal, tujuan pendidikan nasional sudah tertuang di atas kertas yaitu dalam Pasal 3  Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional  Nomor 20 tahun 2003 (UU Sisdiknas), yang sudah sangat ideal: “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.     
Karena tidak “nyambung” antara cita – cita dan fakta itu lalu sejumlah tokoh pendidikan dan pemerintah menggelorakan slogan besar: kita perlu Pendidikan Karakter! Dulu sudah pernah ada Pendidikan Moral Pancasila (PMP), ada Pendidikan Akhlak, Pendidikan Etika, Pendidikan Kewarganegaraan, dan sebagainya.  Lalu, kenapa muncul “makhluk” yang bernama Pendidikan Karakter ini?

Metode Pendidikan

Kelas VII semester 2
Topik : Tokoh Hebat dari Indonesia
Unit : Berbicara
SK : mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi, dan pengalaman melalui kegiatan menanggapi cerita dan bertelepon
KD : menceritakan tokoh idola dengan mengemukakan identitas dan keunggulan tokoh, dan alasan mengidolakannya dengan pilihan kata yang sesuai

Strategi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik
Skenario pembelajaran:
1. Salam dan senyum ceria oleh guru
2. Guru menunjuk beberapa siswa untuk mengungkapkan kalimat motivasi yang diingatnya dari tokoh idola yang dipilihnya untuk memotivasi kelas.
3. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran KD yang diambil
(Siswa sebelumnya sudah diberi tugas untuk mencari informasi tentang tokoh idola mereka dengan tema Tokoh Hebat dari Indonesia dan segala sesuatu yang berhubungan dengan tokoh tersebut.)
4. Siswa dipersilahkan berkumpul dengan kelompoknya masing-masing
Kegiatan 1: tebak tokoh idola
Masing-masing kelompok mendiskusikan dan memilih satu tokoh untuk digunakan sebagai tokoh idola kelompok namun dirahasiakan dari kelompok lain.
Satu orang perwakilan kelompok maju dan memberi petunjuk berupa kotak-kotak kosong sejumlah huruf nama tokoh idola.
Setiap anggota kelompok lainnya bergiliran mendiskripsikan tokohnya kelompok lain bertugas menebak tokoh tersebut
Kegiatan 2: tebak berantai
Setiap kelompok memberikan tebakan pada kelompok lain
Kelompok yang berhasil menebak mendapat satu poin dan mendapat giliran maju untuk mengisahkan tokohnya.
Jika yang berhasil menebak adalah kelompok yang sama dan telah maju, maka yang berhak maju selanjutnya adalah kelompok yang belum maju.

Kegiatan 3: Refleksi kegiatan
Setelah kegiatan di atas selesai, guru menjelaskan tentang banyaknya tokoh-tokoh hebat dari Indonesia. Banyak sifat-sifat yang patut dicontoh dari tokoh-tokoh tersebut misalnya nasionalisme, patriotisme, kerja keras, jujur, dll.
Guru menanyakan kepada siswa adakah tokoh yang mereka pilih mewakili sifat-sifat positif yang telah disebutkan. Jika ada, siswa tersebut dipersilahkan untuk menceritakan tokoh idolanya dengan berdiri di tempatnya masing-masing. Maksimal tiga orang siswa.
Guru menanyakan pada siswa apakah siswa mendapatkan manfaat dari kegiatan pembelajaran yang baru dilaksanakan.

Poem : Luka Di Hati

Luka Di Hati
Aku tahu air tidak bisa berubah menjadi api
Luka yang telah kugores masih membekas di hatimu
Cinta yang dulu pernah kita rasa hanya membekas di raga
Hati telah menjadi batu
Kini engkau tak bisa merasa
Tapi Kuharap kau bisa menerimaku kembali
Beri aku kesempatan satu kali lagi
Sehingga kau bisa mengerti
Aku mencintaimu dengan sungguh-sungguh
">