SAJAK CINTA UNTUK MALAIKAT KU
Lantunan mu bagaikan lagu
Sajak-sajak mengalir dari ucapan mu
Manis lembut kata yang kau rangkai
Membuatku melupakan dirinya
Tak bisa lagi kini ku berbohong
Hati yang telah membeku
Kini tlah kau cairkan lagi
Lembut tatapan matamu
Menggoyahkan pilu hati ini
Ku ingin memilikimu
Dan memberikan separuh hatiku untukmu
Disini Blognya anak Bahasa Dan Sastra,tapi yang lain boleh gabung.
Minggu, 11 Desember 2011
SAJAK AWANG-AWANG
Memandang sebuah langit yang biru
Di ujung langkah ku yang semakin jauh
Ku menatap sembari langkah ku terus berjalan
Burung-burung berterbangan di atas kepala ku
Mendahului langkah kecil ku
Sepuluh langkah ku berjalan
Ku lihat mendung mulai nampak
Langit ku tak lagi biru
Tetes demi tetes air hujan
Jatuh ke tanah
Menghiasi langkah ku yang terus kulanjutkan
Di ujung langkah ku yang semakin jauh
Ku menatap sembari langkah ku terus berjalan
Burung-burung berterbangan di atas kepala ku
Mendahului langkah kecil ku
Sepuluh langkah ku berjalan
Ku lihat mendung mulai nampak
Langit ku tak lagi biru
Tetes demi tetes air hujan
Jatuh ke tanah
Menghiasi langkah ku yang terus kulanjutkan
SAJAK AWANG-AWANG (KU LIHAT PELANGI TERSENYUM DI KALA HUJAN)
KU LIHAT PELANGI TERSENYUM DI KALA HUJAN
Rintik air mata menghiasi pipimu
Mendung berselimut gelap di matamu
Hatimu kini tlah terluka
Kau menangis seakan takut kehilangan dia
Tak sadar ada seseorang yang selalu ada untuk kamu
Yang selalu ada untuk menghiasi hari-harimu
Yang selalu ada untuk sandaran hatimu
Kini kau tlah mengerti
Dan telah melupakan
Dia yang selalu menyakitimu
Kini tlah ku lihat lagi senyuman mu Pelangi
Rintik air mata menghiasi pipimu
Mendung berselimut gelap di matamu
Hatimu kini tlah terluka
Kau menangis seakan takut kehilangan dia
Tak sadar ada seseorang yang selalu ada untuk kamu
Yang selalu ada untuk menghiasi hari-harimu
Yang selalu ada untuk sandaran hatimu
Kini kau tlah mengerti
Dan telah melupakan
Dia yang selalu menyakitimu
Kini tlah ku lihat lagi senyuman mu Pelangi
MENUNGGU KEBAHAGIAAN
MENUNGGU KEBAHAGIAAN
Dalam malam bertabur bintang
Mengisi hari yang terpaut sepi
Meski hari terus berganti
Hanya sepi yang dirasakannya
Ku lihat dia tersenyum padaku
Melihatku dengan tatapan sayu
Lalu ku balas senyumnya
Dan ku lihat dia kini tertawa
Untuknya kan ku berikan segalanya
Karena hidup ini hanya untuk memilikinya
Dan membuatnya bahagia
Dalam malam bertabur bintang
Mengisi hari yang terpaut sepi
Meski hari terus berganti
Hanya sepi yang dirasakannya
Ku lihat dia tersenyum padaku
Melihatku dengan tatapan sayu
Lalu ku balas senyumnya
Dan ku lihat dia kini tertawa
Untuknya kan ku berikan segalanya
Karena hidup ini hanya untuk memilikinya
Dan membuatnya bahagia
SEMPAT MEMILIKI
SEMPAT MEMILIKI
Rinduku tak dapat ku bendung
Memilikimu hanya menjadi anganmu
Dirimu tlah jauh meninggalkanku
Jauh layaknya bintang yang berkilauan di langit
Yang tak dapat ku sentuh dan kumiliki
Mencintaimu hanya membuatku luka
Luka yang tak kan pernah bisa ku ingat
Karena cintamu membutakan hatiku
Dan ternyata kamu tak ditakdirkan untuk ku
Rinduku tak dapat ku bendung
Memilikimu hanya menjadi anganmu
Dirimu tlah jauh meninggalkanku
Jauh layaknya bintang yang berkilauan di langit
Yang tak dapat ku sentuh dan kumiliki
Mencintaimu hanya membuatku luka
Luka yang tak kan pernah bisa ku ingat
Karena cintamu membutakan hatiku
Dan ternyata kamu tak ditakdirkan untuk ku
SEBONGKAH CERITA DALAM KEHIDUPAN
SEBONGKAH CERITA DALAM KEHIDUPAN
Apa makna hidup?
Apa makna hidup ku?
Apa makna hidup mu?
Kekayaan yang selama ini kau cari
Tak cukup puas untuk menutupi rasa dahagamu
Tak cukup banyak untuk membeli gunung Himalaya
Di pinggir jalan ku lihat wanita tua memelas meminta receh kepadamu
Memelas meminta sesuap harapan
Untuk makan hari ini
Lantas kau hina
Kau bilang mereka harus bekerja untuk mendapatkan harta
Tapi apa kau peduli?
Apa kau pernah berikan mereka sesuatu yang berarti
Apa gunanya kamu kaya kalau tidak pernah berbagi
Apa makna hidup?
Apa makna hidup ku?
Apa makna hidup mu?
Kekayaan yang selama ini kau cari
Tak cukup puas untuk menutupi rasa dahagamu
Tak cukup banyak untuk membeli gunung Himalaya
Di pinggir jalan ku lihat wanita tua memelas meminta receh kepadamu
Memelas meminta sesuap harapan
Untuk makan hari ini
Lantas kau hina
Kau bilang mereka harus bekerja untuk mendapatkan harta
Tapi apa kau peduli?
Apa kau pernah berikan mereka sesuatu yang berarti
Apa gunanya kamu kaya kalau tidak pernah berbagi
SAJAK MALING AYAM
SAJAK MALING AYAM
Kalau aku bisa memilih
Aku mungkin akan memilih menjadi koruptor
Di negeri di mana keadilan hanya untuk seorang yang berduit
Tak muluk-muluk mungkin aku hanya akan korupsi 10 milyar
Dan bilapun aku ketahuan
Uang ku pun takkan habis untuk menyuap para oknum pengadil
Hukuman, hukuman, hukuman, hahahaha…
Aku tertawa sendiri melihat vonis untuk para koruptor
Mereka dihukum tak lebih dari 5 tahun..!!!
Sedangkan aku…!!
Kalian tahu Aku..!!!
Aku yang seorang maling ayam
Yang jika ku jual hasil curian ku ini tak lebih dari 25 ribu
Dihukum 2 tahun
Apa negeri ini pengadilannya bisa dikatakan adil…!!
Koruptor dijemput naik pesawat
Sedangkan aku tak pernah diperlakukan seperti itu
Kalau aku dihukum selama 5 tahun
Harusnya koruptor yang korupsi 10 milyar itu dihukum selama 3000 abad
Tapi aku hanyalah seorang maling ayam,
Rakyat kecil yang tak layak diperlakukan adil
Kalau aku bisa memilih
Aku mungkin akan memilih menjadi koruptor
Di negeri di mana keadilan hanya untuk seorang yang berduit
Tak muluk-muluk mungkin aku hanya akan korupsi 10 milyar
Dan bilapun aku ketahuan
Uang ku pun takkan habis untuk menyuap para oknum pengadil
Hukuman, hukuman, hukuman, hahahaha…
Aku tertawa sendiri melihat vonis untuk para koruptor
Mereka dihukum tak lebih dari 5 tahun..!!!
Sedangkan aku…!!
Kalian tahu Aku..!!!
Aku yang seorang maling ayam
Yang jika ku jual hasil curian ku ini tak lebih dari 25 ribu
Dihukum 2 tahun
Apa negeri ini pengadilannya bisa dikatakan adil…!!
Koruptor dijemput naik pesawat
Sedangkan aku tak pernah diperlakukan seperti itu
Kalau aku dihukum selama 5 tahun
Harusnya koruptor yang korupsi 10 milyar itu dihukum selama 3000 abad
Tapi aku hanyalah seorang maling ayam,
Rakyat kecil yang tak layak diperlakukan adil
Pembelajaran Berbasis Multikultural
PENDAHULUAN
Dalam sejarahnya, multikulturalisme diawali dengan teori melting pot yang sering diwacanakan oleh J Hector seorang imigran asal Normandia. Dalam teorinya Hector menekankan penyatuan budaya dan melelehkan budaya asal, sehingga seluruh imigran Amerika hanya memiliki satu budaya baru yakni budaya Amerika, walaupun diakui bahwa monokultur mereka itu lebih diwarnai oleh kultur White Anglo Saxon Protestant (WASP) sebagai kultur imigran kulit putih berasal Eropa.
Dalam dunia pendidikan, multikultural adalah transformasi pembelajaran kooperatif di mana di dalam proses pembelajaran setiap individu mempunyai kesempatan yang sama. Sedangkan, transformasi pembelajaran kooperatif itu sendiri mencakup pendidikan belajar mengajar, konseptualisasi dan organisasi belajar. Belajar kooperatif mengandung pengertian sebagai suatu strategi pembelajaran yang menggunakan kelompok kecil, di mana pemelajar bekerja bersama, belajar satu sama lain, berdiskusi dan saling membagi pengetahuan, saling berkomunikasi, saling membantu untuk memahami materi pembelajaran, sehingga dalam pembelajaran kooperatif setiap anggota kelompok bertanggungjawab terhadap keberhasilan setiap anggota kelompoknya.
PEMBAHASAN PENDIDIKAN MULTIKULTURAL
Apa itu Pembelajaran Berbasis Multikultural?
Pembelajaran multikultural adalah kebijakan dalam praktik pendidikan dalam mengakui, menerima dan menegaskan perbedaan dan persamaan manusia yang dikaitkan dengan gender, ras, kelas, (Sleeter and Grant, 1988). Pendidikan multikultural adalah suatu sikap dalam memandang keunikan manusia dengan tanpa membedakan ras, budaya, jenis kelamin, seks, kondisi jasmaniah atau status ekonomi seseorang (Skeel, 1995). Pendidikan multikultural (multicultural education) merupakan strategi pendidikan yang memanfaatkan keberagaman latar belakang kebudayaan dari para peserta didik sebagai salah satu kekuatan untuk membentuk sikap multikultural. Strategi ini sangat bermanfaat, sekurang-kurangnya bagi sekolah sebagai lembaga pendidikan dapat membentuk pemahaman bersama atas konsep kebudayaan, perbedaan budaya, keseimbangan, dan demokrasi dalam arti yang luas (Liliweri, 2005). Pendidikan multuikultural didefinisikan sebagai sebuah kebijakan sosial yang didasarkan pada prinsip-prinsip pemeliharaan budaya dan saling memiliki rasa hormat antara seluruh kelompok budaya di dalam masyarakat. Pembelajaran multikultural pada dasarnya merupakan program pendidikan bangsa agar komunitas multikultural dapat berpartisipasi dalam mewujudkan kehidupan demokrasi yang ideal bagi bangsanya (Banks, 1993).
Dalam konteks yang luas, pendidikan multikultural mencoba membantu menyatukan bangsa secara demokratis, dengan menekankan pada perspektif pluralitas masyarakat di berbagai bangsa, etnik, kelompok budaya yang berbeda. Dengan demikian sekolah dikondisikan untuk mencerminkan praktik dari nilai-nilai demokrasi. Kurikulum menampakkan aneka kelompok budaya yang berbeda dalam masyarakat, bahasa, dan dialek; dimana para pelajar lebih baik berbicara tentang rasa hormat di antara mereka dan menunjung tinggi nilai-nilai kerjasama, dari pada membicarakan persaingan dan prasangka di antara sejumlah pelajar yang berbeda dalam hal ras, etnik, budaya dan kelompok status sosialnya.
Pembelajaran berbasis multikultural didasarkan pada gagasan filosofis tentang kebebasan, keadilan, kesederajatan dan perlindungan terhadap hak-hak manusia. Hakekat pendidikan multikultural mempersiapkan seluruh siswa untuk bekerja secara aktif menuju kesamaan struktur dalam organisasi dan lembaga sekolah. Pendidikan multikultural bukanlah kebijakan yang mengarah pada pelembagaan pendidikan dan pengajaran inklusif dan pengajaran oleh propaganda pluralisme lewat kurikulum yang berperan bagi kompetisi budaya individual.
Pembelajaran berbasis multikultural berusaha memberdayakan siswa untuk mengembangkan rasa hormat kepada orang yang berbeda budaya, memberi kesempatan untuk bekerja bersama dengan orang atau kelompok orang yang berbeda etnis atau rasnya secara langsung. Pendidikan multikultural juga membantu siswa untuk mengakui ketepatan dari pandangan-pandangan budaya yang beragam, membantu siswa dalam mengembangkan kebanggaan terhadap warisan budaya mereka, menyadarkan siswa bahwa konflik nilai sering menjadi penyebab konflik antar kelompok masyarakat (Savage & Armstrong, 1996). Pendidikan multikultural diselenggarakan dalam upaya mengembangkan kemampuan siswa dalam memandang kehidupan dari berbagai perspektif budaya yang berbeda dengan budaya yang mereka miliki, dan bersikap positif terhadap perbedaan budaya, ras, dan etnis. (Farris & Cooper, 1994).
Tujuan pendidikan dengan berbasis multikultural dapat diidentifikasi:
(1) Memfungsikan peranan sekolah dalam memandang keberadaan siswa yang beraneka ragam.
(2) Membantu siswa dalam membangun perlakuan yang positif terhadap perbedaan kultural, ras, etnik, kelompok keagamaan.
(3) Memberikan ketahanan siswa dengan cara mengajar mereka dalam mengambil keputusan dan keterampilan sosialnya.
(4) Membantu peserta didik dalam membangun ketergantungan lintas budaya dan memberi gambaran positif kepada mereka mengenai perbedaan kelompok (Banks, dalam Skeel, 1995)
Di samping itu, pembelajaran berbasis multikultural dibangun atas dasar konsep pendidikan untuk kebebasan (Dickerson, 1993; Banks, 1994); yang bertujuan untuk: (1) membantu siswa atau mahasiswa mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk berpartisipasi di dalam demokrasi dan kebebasan masyarakat; (2) memajukan kekebasan, kecakapan, keterampilan terhadap lintas batas-batas etnik dan budaya untuk berpartisipasi dalam beberapa kelompok dan budaya orang lain.
Di dalam pendidikan multikultur diharapkan terjadi proses pembelajaran yang menyentuh dan diharapkan pendidikan multikultur berpihak pada aku dan kamu. Menurut Martin Buber Gabriel Marcel bahwa pendidikan multikultur yang diwaujudkan melalui pembelajaran terjadi hubungan manusia dengan masyarakat di mana manusia sebagai makhluk sosial dan dengan terjadinya hubungan dengan masyarakat yang tanpa pamrih akan terwujud harapan kita sebagai hamba Allah sehingga terjalin hubungan dengan sang pencipta. Kebutuhan individu yang berbeda satu sama lain dan kebutuhan masyarakat pada umumnya berbeda maka dalam pelaksanaan pembelajaran hendaknya memberlakukan berbagai metode di mana kemampuan peserta didik satu dengan lainnya berbeda baik tingkat intelektual, kecepatan belajar, sifat maupun sikap, sehingga dapat menggali kemampuan peserta didik tiada batas berkembang secara optimal.
Selajutnya, dalam pendidikan multikultur seharusnya dapat memberikan perubahan secara bertahap dan berkelanjutan sehingga tujuan pendidikan dapat dicapai di mana belajar merupakan aktivitas individu bersama orang lain dan tujuan belajar adalah penetapan harapan ke depan tentang kompetensi atau penguasaan yang dipelajari, dan struktur di dalam menentukan saling ketergantungan antar pembelajar saat mereka berusaha untuk mencapai tujuan belajarnya. Guru hendaknya bukan sekedar memindahkan pengetahuan ke peserta didik, tetapi membantu peserta didik membangun pengetahuannya. Oleh karena itu, peran guru lebih merupakan mediator dan fasilitator yang membantu peserta didik untuk dapat mengkonstruksi pengetahuan secara cepat dan efektif. Dengan demikian, seorang guru perlu mempunyai pandangan, pengetahuan yang luas sehingga memahami berbagai cara, dan strategi dan tidak terpokus pada satu model mengajar saja, sehingga dapat menggali potensi-potensi yang dimiliki peserta didik menjadi kemampuan yang akan dimilikinya.
Pendidikan multikultur harus diarahkan pada kegiatan mengembangkan kesadaran dan kebanggaan menjadi bangsanya sendiri, di mana sebagai suatu bangsa yang memiliki beraneka ragam budaya dan memliki sistem yang beragam dan dalam pelaksanaan pembelajaran tidak membedakan peserta didik satu dengan lainnya dan semua peserta didik dapat terlayani dengan baik karena mempunyai hak yang sama. Memiliki kesempatan yang sama berarti terlibat dalam proses pembelajaran yang tepat. Tuntutan dan tantangan kehidupan yang meningkat seiring dengan era globalisasi, begitu pula dengan dunia pendidikan yang juga memasuki perkembangan baru, sekarang sekolah-sekolah sudah mulai mencapai standar nasional maupun internasional sehingga para peserta didik dapat beradaptasi pada sistem tersebut. Namun reformasi dunia pendidikan berjalan lambat karena adanya sistem sentralisasi sementara proses globalisasi terus berjalan. Nilai-nilai meritrokrasi bukan hanya dilihat secara kualitatif, melainkan juga secara kualitatif. Meritrokasi yang bersifat kuantitatif merujuk pada penghargaan perolehan nilai dan hasil pengukuran pengetahuan, yang berwujud skor, sedang meritokrasi yang bersifat kualitatif harus dapat mengungkap sikap, perilaku, dan etika sebagai implementasi pengetahuan yang dimiliki.
Penghargaan pada prestasi boleh bervariasi. Penghargaan individual terjadi bila penghargaan itu dapat dicapai oleh pemelajar manapun tidak tergantung pada pencapaian individu lain. Penghargaan kompetitif terjadi bila penghargaan itu diperoleh sebagai upaya individu melalui persaingan dengan orang lain. Sedangkan penghargaan kooperatif diperoleh dari keberhasilan bersama anggota kelompok yang lain.
Mengapa perlu Pembelajaran Berbasis Multikultural?
Rasional tentang pentingnya pendidikan multikultural, karena startegi pendidikan ini dipandang memiliki keutamaan-keutamaan, terutama dalam: (1) memberikan terobosan baru pembelajaran yang mampu meningkatkan empati dan mengurangi prasangka siswa atau mahasiswa sehingga tercipta manusia (warga negara) antarbudaya yang mampu menyelesaikan konflik dengan tanpa kekerasan (nonviolent); (2) menerapkan pendekatan dan strategi pembelajaran yang potensial dalam mengedepankan proses interaksi sosial dan memiliki kandungan afeksi yang kuat; (3) model pembelajaran multikultural membantu guru dalam mengelola proses pembelajaran menjadi lebih efisien dan efektif, terutama memberikan kemampuan peserta didik dalam membangun kolaboratif dan memiliki komitmen nilai yang tinggi dalam kehidupan masyarakat yang serba majemuk; (4) memberikan kontribusi bagi bangsa Indonesia dalam penyelesaian dan mengelola konflik yang bernuansa SARA yang timbul di masyarakat dengan cara meningkatkan empati dan mengurangi prasangka.
Kondisi keberagaman masyarakat dan budaya, secara positif menggambarkan kekayaan potensi sebuah masyarakat yang bertipe pluralis, namun secara negatif orang merasa tidak nyaman karena tidak saling mengenal budaya orang lain. Setiap etnik atau ras cenderung mempunyai semangat dan ideologi yang etnosentris, yang menyatakan bahwa kelompoknya lebih superior daripada kelompok etnik atau ras lain (Jones, dalam Liliweri, 2003). Terjadinya tidak saling mengenal identitas budaya orang lain, bisa mendorong meningkatnya prasangka terhadap orang lain, berupa sikap antipati yang didasarkan pada kesalahan generalisasi yang diekspresikan sebagai perasaan. Prasangka juga diarahkan kepada sebuah kelompok secara keseluruhan, atau kepada seseorang hanya karena itu adalah anggota kelompok tertentu. Secara demikian, prasangka memiliki potensi dalam mengambinghitamkan orang lain melalui stereotipe, diskriminasi dan penciptaan jarak sosial (Bennet dan Janet, 1996)
Melalui pembelajaran multikultural, subyek belajar dapat mencapai kesuksesan dalam mengurangi prasangka dan diskriminasi (Banks, 1996). Dengan kata lain, variabel sekolah terbentuk dimana besar kelompok rasial dan etnis yang memiliki pengalaman dan hak yang sama dalam proses pendidikan. Pelajar mampu mengembangkan keterampilannya dalam memutuskan sesuatu secara bijak. Mereka lebih menjadi suatu subyek dari pada menjadi obyek dalam suatu kurikulum. Mereka menjadi individu yang mampu mengatur dirinya sendiri dan merefleksi kehidupan untuk bertindak secara aktif. Mereka membuat keputusan dan melakukan sesuatu yang berhubungan dengan konsep, pokok-pokok masalah yang mereka pelajari. Mereka mengembangkan visi sosial yang lebih baik dan memperoleh ilmu pengetahuan dan keterampilan serta mengkonstruksinya dengan sistematis dan empatis. Seharusnya guru mengetahui bagaimana berperilaku terhadap para pelajar yang bermacam-macam kulturnya di dalam kelas. Mereka mengetahui perbedaan-perbedaan nilai-nilai dan kultur dan bentuk-bentuk perilaku yang beraneka ragam.
Bagaimana Mengembangkan Pembelajaran Berbasis Multikultural?
Ada beberapa hal yang perlu dijadikan perhatian dalam mengembangkan pembelajaran berbasis multikultural
1. Melakukan analisis faktor potensial bernuansa multikultural
Analisis faktor yang dipandang penting dijadikan pertimbangan dalam mengembangkan model pembelajaran berbasis multikultural, yang meliputi: (a) tuntutan kompetensi mata pelajaran yang harus dibekalkan kepada peserta didik berupa pengetahuan (knowledge), keterampilan (skills), dan etika atau karakter (ethic atau disposition); (b) tuntutan belajar dan pembelajaran, terutama terfokus membuat orang untuk belajar dan menjadikan kegiatan belajar adalah proses kehidupan; (c) kompetensi guru dalam menerapkan pendekatan multikultural. Guru sebaiknya menggunakan metode mengajar yang efektif, dengan memperhatikan referensi latar budaya siswanya. Guru harus bertanya dulu pada diri sendiri, apakah ia sudah menampilkan perilaku dan sikap yang mencerminkan jiwa multikultural; (d) analisis terhadap latar kondisi siswa. Secara alamiah siswa sudah menggambarkan masyarakat belajar yang multikultural. Latar belakang kultural siswa akan mempengaruhi gaya belajarnya. Agama, suku, ras/etnis dan golongan serta latar ekonomi orang tua, bisa menjadi stereotipe siswa ketika merespon stimulus di kelasnya, baik berupa pesan pembelajaran maupun pesan lain yang disampaikan oleh teman di kelasnya. Siswa bisa dipastikan memiliki pilihan menarik terhadap potensi budaya yang ada di daerah masing-masing: (e) karakteristik materi pembelajaran yang bernuansa multikultural. Analisis materi potensial yang relevan dengan pembelajaran berbasis multikultural, antara lain meliputi: (1) menghormati perbedaan antar teman ( gaya pakaian, mata pencaharian, suku, agama, rtnis dan budaya); (2) menampilkan perilaku yang didasari oleh keyakinan ajaran agama masing-masing; (3) kesadaran bermasyarakat, berbangsa dan bernegara; (4) membangun kehidupan atas dasar kerjasama umat beragama untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan; (5) mengembangkan sikap kekeluargaan antar suku bangsa dan antra bangsa-bangsa; (6) tanggung jawab daerah (lokal) dan nasional; (7) menjaga kehormatan diri dan bangsa; (8) mengembangkan sikap disiplin diri, sosial dan nasional; (9) mengembangkan kesadaran budaya daerah dan nasional; (10) mengembangkan perilaku adil dalam kehidupan; (11) membangun kerukunan hidup; (12) menyelenggarakan ‘proyek budaya’ dengan cara pemahaman dan sosialisasi terhadap simbol-simbol identitas nasional, seperti bahasa Indonesia, lagu Indonesia Raya, bendera Merah Putih, Lambang negara Garuda Pancasila, bahkan budaya nasional yang menggambarkan puncak-pucak budaya di daerah; dan sebagainya.
2. Menetapkan strategi pembelajaran berkadar multikultural
Pilihan strategi yang digunakan dalam mengembangkan pembelajaraan berbasis multikultural, antara lain: strategi kegiatan belajar bersama-sama (Cooperative Learning), yang dipadukan dengan strategi pencapaian konsep (Concept Attainment) dan strategi analisis nilai (Value Analysis); strategi analisis sosial (Social Investigation). Beberapa Pilhan strategi ini dilaksanakan secara simultan, dan harus tergambar dalam langkah-langkah model pembelajaran berbasis multikultural. Namun demikian, masing-masing strategi pembelajaran secara fungsional memiliki tekanan yang berbeda. Strategi Pencapaian Konsep, digunakan untuk memfasilitasi siswa dalam melakukan kegiatan eksplorasi budaya lokal untuk menemukan konsep budaya apa yang dianggap menarik bagi dirinya dari budaya daerah masing-masing, dan selanjutnya menggali nilai-nilai yang terkandung dalam budaya daerah asal tersebut.
Strategi cooperative learning, digunakan untuk menandai adanya perkembangan kemampuan siswa dalam belajar bersama-sama mensosialisasikan konsep dan nilai budaya lokal dari daerahnya dalam komunitas belajar bersama teman. Dalam tataran belajar dengan pendekatan multikultural, penggunaan strategi cooperative learning, diharapkan mampu meningkatkan kadar partisipasi siswa dalam melakukan rekomendasi nilai-nilai lokal serta membangun cara pandang kebangsaan. Dari kemampuan ini, siswa memiliki keterampilan mengembangkan kecakapan hidup dalam menghormati budaya lain, toleransi terhadap perbedaan, akomodatif, terbuka dan jujur dalam berinteraksi dengan teman (orang lain) yang berbeda suku, agama etnis dan budayanya, memiliki empati yang tinggi terhadap perbedaan budaya lain, dan mampu mengelola konflik dengan tanpa kekerasan (conflict non violent). Selain itu, penggunaan strategi cooperative learning dalam pembelajaran dapat meningkatkan kualitas dan efektivitas proses belajar siswa, suasana belajar yang kondusif, membangun interaksi aktif antara siswa dengan guru, siswa dengan siswa dalam pembelajaran. Sedangkan strategi analisis nilai, difokuskan untuk melatih kemampuan siswa berpikir secara induktif, dari setting ekspresi dan komitmen nilai-nilai budaya lokal (cara pandang lokal) menuju kerangka dan bangunan tata pikir atau cara pandang yang lebih luas dalam lingkup nasional (cara pandang kebangsaan).
Bertolak dari keempat strategi pembelajaran di atas, pola pembelajaran berbasis multikultural dilakukan untuk meningkatkan kesadaran diri siswa terhadap nilai-nilai keberbedaan dan keberagaman yang melekat pada kehidupan siswa lokal sebagai faktor yang sangat potensial dalam membangun cara pandang kebangsaan. Dengan kesadaran diri siswa terhadap nilai-nilai lokal, siswa di samping memiliki ketegaran dan ketangguhan secara pribadi, juga mampu melakukan pilihan-pilihan rasional (rational choice) ketika berhadapan dengan isu-isu lokal, nasional dan global. Siswa mampu menatap perspektif global sebagai suatu realitas yang tidak selalu dimaknai secara emosional, akan tetapi juga rasional serta tetap sadar akan jati diri bangsa dan negaranya. Kemampuan akademik tersebut, salah satu indikasinya ditampakkan oleh siswa dalam perolehan hasil pembelajaran yang dialami.
Kriteria yang dapat digunakan untuk mengetahui keberhasilan kegiatan belajar siswa adalah laporan kerja (makalah), unjuk kerja dan partisipasi yang ditampilkan oleh siswa dalam pembelajaran dengan cara diskusi dan curah pendapat, yang meliputi rasional berpendapat, toleransi dan empati terhadap menatap nilai-nilai budaya daerah asal teman, serta perkembangan prestasi belajar siswa setelah mengikuti tes di akhir pembelajaran. Selain itu, kriteria lain yang dapat digunakan adalah unjuk kerja yang ditampilkan oleh guru di dalam melaksanakan pendekatan multikultural dalam pembelajarannya.
Guru yang bersangkutan selalu terlibat dalam setiap fase kegiatan pembelajaran, baik dalam kegiatan diskusi dan refleksi hasil temuan awal, penyusunan rencana tindakan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dalam pelaksaan tindakan, diskusi dan refleksi hasil pelaksanaan tindakan, dan penentuan/penyususunan rencana tindakan selanjutnya dalam pencapain tujuan pembelajaran.
Daftar Rujukan
Cahyono, Imam“Mandeknya Pemikiran Pendidikan”, Kompas, 18 Januari 2007.
Dawam, Ainurrofiq. Emoh Sekolah, Yogyakarta: Inspealahimas Karya Press, 2003.
Ainul, Yaqin. Pendidikan Multikultural, Yogyakarta: Pilar Media, 2005.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1996.
Dalam sejarahnya, multikulturalisme diawali dengan teori melting pot yang sering diwacanakan oleh J Hector seorang imigran asal Normandia. Dalam teorinya Hector menekankan penyatuan budaya dan melelehkan budaya asal, sehingga seluruh imigran Amerika hanya memiliki satu budaya baru yakni budaya Amerika, walaupun diakui bahwa monokultur mereka itu lebih diwarnai oleh kultur White Anglo Saxon Protestant (WASP) sebagai kultur imigran kulit putih berasal Eropa.
Dalam dunia pendidikan, multikultural adalah transformasi pembelajaran kooperatif di mana di dalam proses pembelajaran setiap individu mempunyai kesempatan yang sama. Sedangkan, transformasi pembelajaran kooperatif itu sendiri mencakup pendidikan belajar mengajar, konseptualisasi dan organisasi belajar. Belajar kooperatif mengandung pengertian sebagai suatu strategi pembelajaran yang menggunakan kelompok kecil, di mana pemelajar bekerja bersama, belajar satu sama lain, berdiskusi dan saling membagi pengetahuan, saling berkomunikasi, saling membantu untuk memahami materi pembelajaran, sehingga dalam pembelajaran kooperatif setiap anggota kelompok bertanggungjawab terhadap keberhasilan setiap anggota kelompoknya.
PEMBAHASAN PENDIDIKAN MULTIKULTURAL
Apa itu Pembelajaran Berbasis Multikultural?
Pembelajaran multikultural adalah kebijakan dalam praktik pendidikan dalam mengakui, menerima dan menegaskan perbedaan dan persamaan manusia yang dikaitkan dengan gender, ras, kelas, (Sleeter and Grant, 1988). Pendidikan multikultural adalah suatu sikap dalam memandang keunikan manusia dengan tanpa membedakan ras, budaya, jenis kelamin, seks, kondisi jasmaniah atau status ekonomi seseorang (Skeel, 1995). Pendidikan multikultural (multicultural education) merupakan strategi pendidikan yang memanfaatkan keberagaman latar belakang kebudayaan dari para peserta didik sebagai salah satu kekuatan untuk membentuk sikap multikultural. Strategi ini sangat bermanfaat, sekurang-kurangnya bagi sekolah sebagai lembaga pendidikan dapat membentuk pemahaman bersama atas konsep kebudayaan, perbedaan budaya, keseimbangan, dan demokrasi dalam arti yang luas (Liliweri, 2005). Pendidikan multuikultural didefinisikan sebagai sebuah kebijakan sosial yang didasarkan pada prinsip-prinsip pemeliharaan budaya dan saling memiliki rasa hormat antara seluruh kelompok budaya di dalam masyarakat. Pembelajaran multikultural pada dasarnya merupakan program pendidikan bangsa agar komunitas multikultural dapat berpartisipasi dalam mewujudkan kehidupan demokrasi yang ideal bagi bangsanya (Banks, 1993).
Dalam konteks yang luas, pendidikan multikultural mencoba membantu menyatukan bangsa secara demokratis, dengan menekankan pada perspektif pluralitas masyarakat di berbagai bangsa, etnik, kelompok budaya yang berbeda. Dengan demikian sekolah dikondisikan untuk mencerminkan praktik dari nilai-nilai demokrasi. Kurikulum menampakkan aneka kelompok budaya yang berbeda dalam masyarakat, bahasa, dan dialek; dimana para pelajar lebih baik berbicara tentang rasa hormat di antara mereka dan menunjung tinggi nilai-nilai kerjasama, dari pada membicarakan persaingan dan prasangka di antara sejumlah pelajar yang berbeda dalam hal ras, etnik, budaya dan kelompok status sosialnya.
Pembelajaran berbasis multikultural didasarkan pada gagasan filosofis tentang kebebasan, keadilan, kesederajatan dan perlindungan terhadap hak-hak manusia. Hakekat pendidikan multikultural mempersiapkan seluruh siswa untuk bekerja secara aktif menuju kesamaan struktur dalam organisasi dan lembaga sekolah. Pendidikan multikultural bukanlah kebijakan yang mengarah pada pelembagaan pendidikan dan pengajaran inklusif dan pengajaran oleh propaganda pluralisme lewat kurikulum yang berperan bagi kompetisi budaya individual.
Pembelajaran berbasis multikultural berusaha memberdayakan siswa untuk mengembangkan rasa hormat kepada orang yang berbeda budaya, memberi kesempatan untuk bekerja bersama dengan orang atau kelompok orang yang berbeda etnis atau rasnya secara langsung. Pendidikan multikultural juga membantu siswa untuk mengakui ketepatan dari pandangan-pandangan budaya yang beragam, membantu siswa dalam mengembangkan kebanggaan terhadap warisan budaya mereka, menyadarkan siswa bahwa konflik nilai sering menjadi penyebab konflik antar kelompok masyarakat (Savage & Armstrong, 1996). Pendidikan multikultural diselenggarakan dalam upaya mengembangkan kemampuan siswa dalam memandang kehidupan dari berbagai perspektif budaya yang berbeda dengan budaya yang mereka miliki, dan bersikap positif terhadap perbedaan budaya, ras, dan etnis. (Farris & Cooper, 1994).
Tujuan pendidikan dengan berbasis multikultural dapat diidentifikasi:
(1) Memfungsikan peranan sekolah dalam memandang keberadaan siswa yang beraneka ragam.
(2) Membantu siswa dalam membangun perlakuan yang positif terhadap perbedaan kultural, ras, etnik, kelompok keagamaan.
(3) Memberikan ketahanan siswa dengan cara mengajar mereka dalam mengambil keputusan dan keterampilan sosialnya.
(4) Membantu peserta didik dalam membangun ketergantungan lintas budaya dan memberi gambaran positif kepada mereka mengenai perbedaan kelompok (Banks, dalam Skeel, 1995)
Di samping itu, pembelajaran berbasis multikultural dibangun atas dasar konsep pendidikan untuk kebebasan (Dickerson, 1993; Banks, 1994); yang bertujuan untuk: (1) membantu siswa atau mahasiswa mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk berpartisipasi di dalam demokrasi dan kebebasan masyarakat; (2) memajukan kekebasan, kecakapan, keterampilan terhadap lintas batas-batas etnik dan budaya untuk berpartisipasi dalam beberapa kelompok dan budaya orang lain.
Di dalam pendidikan multikultur diharapkan terjadi proses pembelajaran yang menyentuh dan diharapkan pendidikan multikultur berpihak pada aku dan kamu. Menurut Martin Buber Gabriel Marcel bahwa pendidikan multikultur yang diwaujudkan melalui pembelajaran terjadi hubungan manusia dengan masyarakat di mana manusia sebagai makhluk sosial dan dengan terjadinya hubungan dengan masyarakat yang tanpa pamrih akan terwujud harapan kita sebagai hamba Allah sehingga terjalin hubungan dengan sang pencipta. Kebutuhan individu yang berbeda satu sama lain dan kebutuhan masyarakat pada umumnya berbeda maka dalam pelaksanaan pembelajaran hendaknya memberlakukan berbagai metode di mana kemampuan peserta didik satu dengan lainnya berbeda baik tingkat intelektual, kecepatan belajar, sifat maupun sikap, sehingga dapat menggali kemampuan peserta didik tiada batas berkembang secara optimal.
Selajutnya, dalam pendidikan multikultur seharusnya dapat memberikan perubahan secara bertahap dan berkelanjutan sehingga tujuan pendidikan dapat dicapai di mana belajar merupakan aktivitas individu bersama orang lain dan tujuan belajar adalah penetapan harapan ke depan tentang kompetensi atau penguasaan yang dipelajari, dan struktur di dalam menentukan saling ketergantungan antar pembelajar saat mereka berusaha untuk mencapai tujuan belajarnya. Guru hendaknya bukan sekedar memindahkan pengetahuan ke peserta didik, tetapi membantu peserta didik membangun pengetahuannya. Oleh karena itu, peran guru lebih merupakan mediator dan fasilitator yang membantu peserta didik untuk dapat mengkonstruksi pengetahuan secara cepat dan efektif. Dengan demikian, seorang guru perlu mempunyai pandangan, pengetahuan yang luas sehingga memahami berbagai cara, dan strategi dan tidak terpokus pada satu model mengajar saja, sehingga dapat menggali potensi-potensi yang dimiliki peserta didik menjadi kemampuan yang akan dimilikinya.
Pendidikan multikultur harus diarahkan pada kegiatan mengembangkan kesadaran dan kebanggaan menjadi bangsanya sendiri, di mana sebagai suatu bangsa yang memiliki beraneka ragam budaya dan memliki sistem yang beragam dan dalam pelaksanaan pembelajaran tidak membedakan peserta didik satu dengan lainnya dan semua peserta didik dapat terlayani dengan baik karena mempunyai hak yang sama. Memiliki kesempatan yang sama berarti terlibat dalam proses pembelajaran yang tepat. Tuntutan dan tantangan kehidupan yang meningkat seiring dengan era globalisasi, begitu pula dengan dunia pendidikan yang juga memasuki perkembangan baru, sekarang sekolah-sekolah sudah mulai mencapai standar nasional maupun internasional sehingga para peserta didik dapat beradaptasi pada sistem tersebut. Namun reformasi dunia pendidikan berjalan lambat karena adanya sistem sentralisasi sementara proses globalisasi terus berjalan. Nilai-nilai meritrokrasi bukan hanya dilihat secara kualitatif, melainkan juga secara kualitatif. Meritrokasi yang bersifat kuantitatif merujuk pada penghargaan perolehan nilai dan hasil pengukuran pengetahuan, yang berwujud skor, sedang meritokrasi yang bersifat kualitatif harus dapat mengungkap sikap, perilaku, dan etika sebagai implementasi pengetahuan yang dimiliki.
Penghargaan pada prestasi boleh bervariasi. Penghargaan individual terjadi bila penghargaan itu dapat dicapai oleh pemelajar manapun tidak tergantung pada pencapaian individu lain. Penghargaan kompetitif terjadi bila penghargaan itu diperoleh sebagai upaya individu melalui persaingan dengan orang lain. Sedangkan penghargaan kooperatif diperoleh dari keberhasilan bersama anggota kelompok yang lain.
Mengapa perlu Pembelajaran Berbasis Multikultural?
Rasional tentang pentingnya pendidikan multikultural, karena startegi pendidikan ini dipandang memiliki keutamaan-keutamaan, terutama dalam: (1) memberikan terobosan baru pembelajaran yang mampu meningkatkan empati dan mengurangi prasangka siswa atau mahasiswa sehingga tercipta manusia (warga negara) antarbudaya yang mampu menyelesaikan konflik dengan tanpa kekerasan (nonviolent); (2) menerapkan pendekatan dan strategi pembelajaran yang potensial dalam mengedepankan proses interaksi sosial dan memiliki kandungan afeksi yang kuat; (3) model pembelajaran multikultural membantu guru dalam mengelola proses pembelajaran menjadi lebih efisien dan efektif, terutama memberikan kemampuan peserta didik dalam membangun kolaboratif dan memiliki komitmen nilai yang tinggi dalam kehidupan masyarakat yang serba majemuk; (4) memberikan kontribusi bagi bangsa Indonesia dalam penyelesaian dan mengelola konflik yang bernuansa SARA yang timbul di masyarakat dengan cara meningkatkan empati dan mengurangi prasangka.
Kondisi keberagaman masyarakat dan budaya, secara positif menggambarkan kekayaan potensi sebuah masyarakat yang bertipe pluralis, namun secara negatif orang merasa tidak nyaman karena tidak saling mengenal budaya orang lain. Setiap etnik atau ras cenderung mempunyai semangat dan ideologi yang etnosentris, yang menyatakan bahwa kelompoknya lebih superior daripada kelompok etnik atau ras lain (Jones, dalam Liliweri, 2003). Terjadinya tidak saling mengenal identitas budaya orang lain, bisa mendorong meningkatnya prasangka terhadap orang lain, berupa sikap antipati yang didasarkan pada kesalahan generalisasi yang diekspresikan sebagai perasaan. Prasangka juga diarahkan kepada sebuah kelompok secara keseluruhan, atau kepada seseorang hanya karena itu adalah anggota kelompok tertentu. Secara demikian, prasangka memiliki potensi dalam mengambinghitamkan orang lain melalui stereotipe, diskriminasi dan penciptaan jarak sosial (Bennet dan Janet, 1996)
Melalui pembelajaran multikultural, subyek belajar dapat mencapai kesuksesan dalam mengurangi prasangka dan diskriminasi (Banks, 1996). Dengan kata lain, variabel sekolah terbentuk dimana besar kelompok rasial dan etnis yang memiliki pengalaman dan hak yang sama dalam proses pendidikan. Pelajar mampu mengembangkan keterampilannya dalam memutuskan sesuatu secara bijak. Mereka lebih menjadi suatu subyek dari pada menjadi obyek dalam suatu kurikulum. Mereka menjadi individu yang mampu mengatur dirinya sendiri dan merefleksi kehidupan untuk bertindak secara aktif. Mereka membuat keputusan dan melakukan sesuatu yang berhubungan dengan konsep, pokok-pokok masalah yang mereka pelajari. Mereka mengembangkan visi sosial yang lebih baik dan memperoleh ilmu pengetahuan dan keterampilan serta mengkonstruksinya dengan sistematis dan empatis. Seharusnya guru mengetahui bagaimana berperilaku terhadap para pelajar yang bermacam-macam kulturnya di dalam kelas. Mereka mengetahui perbedaan-perbedaan nilai-nilai dan kultur dan bentuk-bentuk perilaku yang beraneka ragam.
Bagaimana Mengembangkan Pembelajaran Berbasis Multikultural?
Ada beberapa hal yang perlu dijadikan perhatian dalam mengembangkan pembelajaran berbasis multikultural
1. Melakukan analisis faktor potensial bernuansa multikultural
Analisis faktor yang dipandang penting dijadikan pertimbangan dalam mengembangkan model pembelajaran berbasis multikultural, yang meliputi: (a) tuntutan kompetensi mata pelajaran yang harus dibekalkan kepada peserta didik berupa pengetahuan (knowledge), keterampilan (skills), dan etika atau karakter (ethic atau disposition); (b) tuntutan belajar dan pembelajaran, terutama terfokus membuat orang untuk belajar dan menjadikan kegiatan belajar adalah proses kehidupan; (c) kompetensi guru dalam menerapkan pendekatan multikultural. Guru sebaiknya menggunakan metode mengajar yang efektif, dengan memperhatikan referensi latar budaya siswanya. Guru harus bertanya dulu pada diri sendiri, apakah ia sudah menampilkan perilaku dan sikap yang mencerminkan jiwa multikultural; (d) analisis terhadap latar kondisi siswa. Secara alamiah siswa sudah menggambarkan masyarakat belajar yang multikultural. Latar belakang kultural siswa akan mempengaruhi gaya belajarnya. Agama, suku, ras/etnis dan golongan serta latar ekonomi orang tua, bisa menjadi stereotipe siswa ketika merespon stimulus di kelasnya, baik berupa pesan pembelajaran maupun pesan lain yang disampaikan oleh teman di kelasnya. Siswa bisa dipastikan memiliki pilihan menarik terhadap potensi budaya yang ada di daerah masing-masing: (e) karakteristik materi pembelajaran yang bernuansa multikultural. Analisis materi potensial yang relevan dengan pembelajaran berbasis multikultural, antara lain meliputi: (1) menghormati perbedaan antar teman ( gaya pakaian, mata pencaharian, suku, agama, rtnis dan budaya); (2) menampilkan perilaku yang didasari oleh keyakinan ajaran agama masing-masing; (3) kesadaran bermasyarakat, berbangsa dan bernegara; (4) membangun kehidupan atas dasar kerjasama umat beragama untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan; (5) mengembangkan sikap kekeluargaan antar suku bangsa dan antra bangsa-bangsa; (6) tanggung jawab daerah (lokal) dan nasional; (7) menjaga kehormatan diri dan bangsa; (8) mengembangkan sikap disiplin diri, sosial dan nasional; (9) mengembangkan kesadaran budaya daerah dan nasional; (10) mengembangkan perilaku adil dalam kehidupan; (11) membangun kerukunan hidup; (12) menyelenggarakan ‘proyek budaya’ dengan cara pemahaman dan sosialisasi terhadap simbol-simbol identitas nasional, seperti bahasa Indonesia, lagu Indonesia Raya, bendera Merah Putih, Lambang negara Garuda Pancasila, bahkan budaya nasional yang menggambarkan puncak-pucak budaya di daerah; dan sebagainya.
2. Menetapkan strategi pembelajaran berkadar multikultural
Pilihan strategi yang digunakan dalam mengembangkan pembelajaraan berbasis multikultural, antara lain: strategi kegiatan belajar bersama-sama (Cooperative Learning), yang dipadukan dengan strategi pencapaian konsep (Concept Attainment) dan strategi analisis nilai (Value Analysis); strategi analisis sosial (Social Investigation). Beberapa Pilhan strategi ini dilaksanakan secara simultan, dan harus tergambar dalam langkah-langkah model pembelajaran berbasis multikultural. Namun demikian, masing-masing strategi pembelajaran secara fungsional memiliki tekanan yang berbeda. Strategi Pencapaian Konsep, digunakan untuk memfasilitasi siswa dalam melakukan kegiatan eksplorasi budaya lokal untuk menemukan konsep budaya apa yang dianggap menarik bagi dirinya dari budaya daerah masing-masing, dan selanjutnya menggali nilai-nilai yang terkandung dalam budaya daerah asal tersebut.
Strategi cooperative learning, digunakan untuk menandai adanya perkembangan kemampuan siswa dalam belajar bersama-sama mensosialisasikan konsep dan nilai budaya lokal dari daerahnya dalam komunitas belajar bersama teman. Dalam tataran belajar dengan pendekatan multikultural, penggunaan strategi cooperative learning, diharapkan mampu meningkatkan kadar partisipasi siswa dalam melakukan rekomendasi nilai-nilai lokal serta membangun cara pandang kebangsaan. Dari kemampuan ini, siswa memiliki keterampilan mengembangkan kecakapan hidup dalam menghormati budaya lain, toleransi terhadap perbedaan, akomodatif, terbuka dan jujur dalam berinteraksi dengan teman (orang lain) yang berbeda suku, agama etnis dan budayanya, memiliki empati yang tinggi terhadap perbedaan budaya lain, dan mampu mengelola konflik dengan tanpa kekerasan (conflict non violent). Selain itu, penggunaan strategi cooperative learning dalam pembelajaran dapat meningkatkan kualitas dan efektivitas proses belajar siswa, suasana belajar yang kondusif, membangun interaksi aktif antara siswa dengan guru, siswa dengan siswa dalam pembelajaran. Sedangkan strategi analisis nilai, difokuskan untuk melatih kemampuan siswa berpikir secara induktif, dari setting ekspresi dan komitmen nilai-nilai budaya lokal (cara pandang lokal) menuju kerangka dan bangunan tata pikir atau cara pandang yang lebih luas dalam lingkup nasional (cara pandang kebangsaan).
Bertolak dari keempat strategi pembelajaran di atas, pola pembelajaran berbasis multikultural dilakukan untuk meningkatkan kesadaran diri siswa terhadap nilai-nilai keberbedaan dan keberagaman yang melekat pada kehidupan siswa lokal sebagai faktor yang sangat potensial dalam membangun cara pandang kebangsaan. Dengan kesadaran diri siswa terhadap nilai-nilai lokal, siswa di samping memiliki ketegaran dan ketangguhan secara pribadi, juga mampu melakukan pilihan-pilihan rasional (rational choice) ketika berhadapan dengan isu-isu lokal, nasional dan global. Siswa mampu menatap perspektif global sebagai suatu realitas yang tidak selalu dimaknai secara emosional, akan tetapi juga rasional serta tetap sadar akan jati diri bangsa dan negaranya. Kemampuan akademik tersebut, salah satu indikasinya ditampakkan oleh siswa dalam perolehan hasil pembelajaran yang dialami.
Kriteria yang dapat digunakan untuk mengetahui keberhasilan kegiatan belajar siswa adalah laporan kerja (makalah), unjuk kerja dan partisipasi yang ditampilkan oleh siswa dalam pembelajaran dengan cara diskusi dan curah pendapat, yang meliputi rasional berpendapat, toleransi dan empati terhadap menatap nilai-nilai budaya daerah asal teman, serta perkembangan prestasi belajar siswa setelah mengikuti tes di akhir pembelajaran. Selain itu, kriteria lain yang dapat digunakan adalah unjuk kerja yang ditampilkan oleh guru di dalam melaksanakan pendekatan multikultural dalam pembelajarannya.
Guru yang bersangkutan selalu terlibat dalam setiap fase kegiatan pembelajaran, baik dalam kegiatan diskusi dan refleksi hasil temuan awal, penyusunan rencana tindakan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dalam pelaksaan tindakan, diskusi dan refleksi hasil pelaksanaan tindakan, dan penentuan/penyususunan rencana tindakan selanjutnya dalam pencapain tujuan pembelajaran.
Daftar Rujukan
Cahyono, Imam“Mandeknya Pemikiran Pendidikan”, Kompas, 18 Januari 2007.
Dawam, Ainurrofiq. Emoh Sekolah, Yogyakarta: Inspealahimas Karya Press, 2003.
Ainul, Yaqin. Pendidikan Multikultural, Yogyakarta: Pilar Media, 2005.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1996.
Senin, 25 April 2011
Metodologi Pendidikan
1. TUJUAN
Mengembangkan model-model strategi pembelajaran inovatif dan kreatif untuk mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia.
2. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN
a. Melakukan pemetaan Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
b. Mengurutkan penyajian KD dalam setiap jenjang kelas/semester
c. Menjabarkan indikator pembelajaran sesuai SK dan KD
d. Menetapkan model strategi inovatif dan kreatif sesuai SK dan KD (pahami definisi, ciri-ciri, konteks penggunaan,
dan langkah-langkah pembelajaran yang dapat mengaktifkan) yang meliputi kegiatan pendahuluan, inti,
dan penutup.
NO.
ASPEK
KETERAMPILAN
SK
KD
INDIKATOR
STRATEGI
1.
BERBAHASA
MENDENGARKAN
BERBICARA
MEMBACA
MENULIS
2.
BERSASTRA
MENDENGARKAN
BERBICARA
MEMBACA
MENULIS
Mengembangkan model-model strategi pembelajaran inovatif dan kreatif untuk mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia.
2. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN
a. Melakukan pemetaan Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
b. Mengurutkan penyajian KD dalam setiap jenjang kelas/semester
c. Menjabarkan indikator pembelajaran sesuai SK dan KD
d. Menetapkan model strategi inovatif dan kreatif sesuai SK dan KD (pahami definisi, ciri-ciri, konteks penggunaan,
dan langkah-langkah pembelajaran yang dapat mengaktifkan) yang meliputi kegiatan pendahuluan, inti,
dan penutup.
NO.
ASPEK
KETERAMPILAN
SK
KD
INDIKATOR
STRATEGI
1.
BERBAHASA
MENDENGARKAN
BERBICARA
MEMBACA
MENULIS
2.
BERSASTRA
MENDENGARKAN
BERBICARA
MEMBACA
MENULIS
Senin, 14 Maret 2011
Sindrom Pendidikan Karakter
Sindrom Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter, dua kata yang menjadi primadona dalam dunia pendidikan sejak tahun 2009 ini. Berbagai seminar, bedah buku, dan diskusi banyak membahas tentang pendidikan karakter ini.
Mungkinkah selama ini Pendidikan di negara kita kurang mencerminkan karakter masyarakat Indonesia? Sehingga kita perlu memunculkan pendidikan karakter ini ke permukaan sebagai solusi atas kegagalan pendidikan kita selama ini?
Banyaknya kasus – kasus kriminal yang dilakukan oleh publik figur, pejabat pemerintah, dan maraknya pergaulan bebas remaja belakangan ini yang membuat pendidikan karakter menjadi sorotan. Terbongkarnya manipulasi pajak yang dilakukan oknum pemerintah hingga milyaran rupiah telah membuka mata masyarakat dan praktisi pendidikan, sehingga memunculkan solusi dalam dunia pendidikan yaitu Pendidikan Karakter.
Padahal, tujuan pendidikan nasional sudah tertuang di atas kertas yaitu dalam Pasal 3 Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 (UU Sisdiknas), yang sudah sangat ideal: “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
Karena tidak “nyambung” antara cita – cita dan fakta itu lalu sejumlah tokoh pendidikan dan pemerintah menggelorakan slogan besar: kita perlu Pendidikan Karakter! Dulu sudah pernah ada Pendidikan Moral Pancasila (PMP), ada Pendidikan Akhlak, Pendidikan Etika, Pendidikan Kewarganegaraan, dan sebagainya. Lalu, kenapa muncul “makhluk” yang bernama Pendidikan Karakter ini?
Pendidikan karakter, dua kata yang menjadi primadona dalam dunia pendidikan sejak tahun 2009 ini. Berbagai seminar, bedah buku, dan diskusi banyak membahas tentang pendidikan karakter ini.
Mungkinkah selama ini Pendidikan di negara kita kurang mencerminkan karakter masyarakat Indonesia? Sehingga kita perlu memunculkan pendidikan karakter ini ke permukaan sebagai solusi atas kegagalan pendidikan kita selama ini?
Banyaknya kasus – kasus kriminal yang dilakukan oleh publik figur, pejabat pemerintah, dan maraknya pergaulan bebas remaja belakangan ini yang membuat pendidikan karakter menjadi sorotan. Terbongkarnya manipulasi pajak yang dilakukan oknum pemerintah hingga milyaran rupiah telah membuka mata masyarakat dan praktisi pendidikan, sehingga memunculkan solusi dalam dunia pendidikan yaitu Pendidikan Karakter.
Padahal, tujuan pendidikan nasional sudah tertuang di atas kertas yaitu dalam Pasal 3 Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 (UU Sisdiknas), yang sudah sangat ideal: “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
Karena tidak “nyambung” antara cita – cita dan fakta itu lalu sejumlah tokoh pendidikan dan pemerintah menggelorakan slogan besar: kita perlu Pendidikan Karakter! Dulu sudah pernah ada Pendidikan Moral Pancasila (PMP), ada Pendidikan Akhlak, Pendidikan Etika, Pendidikan Kewarganegaraan, dan sebagainya. Lalu, kenapa muncul “makhluk” yang bernama Pendidikan Karakter ini?
Metode Pendidikan
Kelas VII semester 2
Topik : Tokoh Hebat dari Indonesia
Unit : Berbicara
SK : mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi, dan pengalaman melalui kegiatan menanggapi cerita dan bertelepon
KD : menceritakan tokoh idola dengan mengemukakan identitas dan keunggulan tokoh, dan alasan mengidolakannya dengan pilihan kata yang sesuai
Strategi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik
Skenario pembelajaran:
1. Salam dan senyum ceria oleh guru
2. Guru menunjuk beberapa siswa untuk mengungkapkan kalimat motivasi yang diingatnya dari tokoh idola yang dipilihnya untuk memotivasi kelas.
3. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran KD yang diambil
(Siswa sebelumnya sudah diberi tugas untuk mencari informasi tentang tokoh idola mereka dengan tema Tokoh Hebat dari Indonesia dan segala sesuatu yang berhubungan dengan tokoh tersebut.)
4. Siswa dipersilahkan berkumpul dengan kelompoknya masing-masing
Kegiatan 1: tebak tokoh idola
Masing-masing kelompok mendiskusikan dan memilih satu tokoh untuk digunakan sebagai tokoh idola kelompok namun dirahasiakan dari kelompok lain.
Satu orang perwakilan kelompok maju dan memberi petunjuk berupa kotak-kotak kosong sejumlah huruf nama tokoh idola.
Setiap anggota kelompok lainnya bergiliran mendiskripsikan tokohnya kelompok lain bertugas menebak tokoh tersebut
Kegiatan 2: tebak berantai
Setiap kelompok memberikan tebakan pada kelompok lain
Kelompok yang berhasil menebak mendapat satu poin dan mendapat giliran maju untuk mengisahkan tokohnya.
Jika yang berhasil menebak adalah kelompok yang sama dan telah maju, maka yang berhak maju selanjutnya adalah kelompok yang belum maju.
Kegiatan 3: Refleksi kegiatan
Setelah kegiatan di atas selesai, guru menjelaskan tentang banyaknya tokoh-tokoh hebat dari Indonesia. Banyak sifat-sifat yang patut dicontoh dari tokoh-tokoh tersebut misalnya nasionalisme, patriotisme, kerja keras, jujur, dll.
Guru menanyakan kepada siswa adakah tokoh yang mereka pilih mewakili sifat-sifat positif yang telah disebutkan. Jika ada, siswa tersebut dipersilahkan untuk menceritakan tokoh idolanya dengan berdiri di tempatnya masing-masing. Maksimal tiga orang siswa.
Guru menanyakan pada siswa apakah siswa mendapatkan manfaat dari kegiatan pembelajaran yang baru dilaksanakan.
Topik : Tokoh Hebat dari Indonesia
Unit : Berbicara
SK : mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi, dan pengalaman melalui kegiatan menanggapi cerita dan bertelepon
KD : menceritakan tokoh idola dengan mengemukakan identitas dan keunggulan tokoh, dan alasan mengidolakannya dengan pilihan kata yang sesuai
Strategi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik
Skenario pembelajaran:
1. Salam dan senyum ceria oleh guru
2. Guru menunjuk beberapa siswa untuk mengungkapkan kalimat motivasi yang diingatnya dari tokoh idola yang dipilihnya untuk memotivasi kelas.
3. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran KD yang diambil
(Siswa sebelumnya sudah diberi tugas untuk mencari informasi tentang tokoh idola mereka dengan tema Tokoh Hebat dari Indonesia dan segala sesuatu yang berhubungan dengan tokoh tersebut.)
4. Siswa dipersilahkan berkumpul dengan kelompoknya masing-masing
Kegiatan 1: tebak tokoh idola
Masing-masing kelompok mendiskusikan dan memilih satu tokoh untuk digunakan sebagai tokoh idola kelompok namun dirahasiakan dari kelompok lain.
Satu orang perwakilan kelompok maju dan memberi petunjuk berupa kotak-kotak kosong sejumlah huruf nama tokoh idola.
Setiap anggota kelompok lainnya bergiliran mendiskripsikan tokohnya kelompok lain bertugas menebak tokoh tersebut
Kegiatan 2: tebak berantai
Setiap kelompok memberikan tebakan pada kelompok lain
Kelompok yang berhasil menebak mendapat satu poin dan mendapat giliran maju untuk mengisahkan tokohnya.
Jika yang berhasil menebak adalah kelompok yang sama dan telah maju, maka yang berhak maju selanjutnya adalah kelompok yang belum maju.
Kegiatan 3: Refleksi kegiatan
Setelah kegiatan di atas selesai, guru menjelaskan tentang banyaknya tokoh-tokoh hebat dari Indonesia. Banyak sifat-sifat yang patut dicontoh dari tokoh-tokoh tersebut misalnya nasionalisme, patriotisme, kerja keras, jujur, dll.
Guru menanyakan kepada siswa adakah tokoh yang mereka pilih mewakili sifat-sifat positif yang telah disebutkan. Jika ada, siswa tersebut dipersilahkan untuk menceritakan tokoh idolanya dengan berdiri di tempatnya masing-masing. Maksimal tiga orang siswa.
Guru menanyakan pada siswa apakah siswa mendapatkan manfaat dari kegiatan pembelajaran yang baru dilaksanakan.
Poem : Luka Di Hati
Luka Di Hati
Aku tahu air tidak bisa berubah menjadi api
Luka yang telah kugores masih membekas di hatimu
Cinta yang dulu pernah kita rasa hanya membekas di raga
Hati telah menjadi batu
Kini engkau tak bisa merasa
Tapi Kuharap kau bisa menerimaku kembali
Beri aku kesempatan satu kali lagi
Sehingga kau bisa mengerti
Aku mencintaimu dengan sungguh-sungguh
Aku tahu air tidak bisa berubah menjadi api
Luka yang telah kugores masih membekas di hatimu
Cinta yang dulu pernah kita rasa hanya membekas di raga
Hati telah menjadi batu
Kini engkau tak bisa merasa
Tapi Kuharap kau bisa menerimaku kembali
Beri aku kesempatan satu kali lagi
Sehingga kau bisa mengerti
Aku mencintaimu dengan sungguh-sungguh
Selasa, 18 Januari 2011
Puisi Putih , Putih, Putih
SINOPSIS PUISI
Pengarang : Emha Ainun Najib
Tahun terbit : 1989
Judul : Putih , Putih, Putih
Meratap bagai bayi
Terkapar bagai si tua renta
Di padang mashyar
Di padang penantian
Di depan pintu penantian
Saksikan beribu-ribu jilbab
Hai! Bermilyar-milyar jilbab
Samudra putih
Lautan Cinta kasih
Gelombang sejarah
Pengembaraan amat panjang
Di padang mashyar
Menjelang hari penghitungan
Seribu galaksi
Hamparan jiwa suci
Bersujud
Putih, Putih, Putih
Bersujud
Menyeru belaian tangan kekasih
Bersujud
Dan alam raya
Jagad segala jagad
Bintang-bintang dan ruang kosong
Mendengar panggilan itu
Dengan telinga ilmu seratus abadi:
— Wahai jiwa bening !
Wahai Muthaminah
Kembalilah kepada Tuhanmu
Dengan rela dan direlakan
Masuklah ke pihakku
Masuklahn surgaku
Wahai jiwa, wahai yang telah jiwa !
Wahai telaga
Yang hening
Hingga tiada !
Pengarang : Emha Ainun Najib
Tahun terbit : 1989
Judul : Putih , Putih, Putih
Meratap bagai bayi
Terkapar bagai si tua renta
Di padang mashyar
Di padang penantian
Di depan pintu penantian
Saksikan beribu-ribu jilbab
Hai! Bermilyar-milyar jilbab
Samudra putih
Lautan Cinta kasih
Gelombang sejarah
Pengembaraan amat panjang
Di padang mashyar
Menjelang hari penghitungan
Seribu galaksi
Hamparan jiwa suci
Bersujud
Putih, Putih, Putih
Bersujud
Menyeru belaian tangan kekasih
Bersujud
Dan alam raya
Jagad segala jagad
Bintang-bintang dan ruang kosong
Mendengar panggilan itu
Dengan telinga ilmu seratus abadi:
— Wahai jiwa bening !
Wahai Muthaminah
Kembalilah kepada Tuhanmu
Dengan rela dan direlakan
Masuklah ke pihakku
Masuklahn surgaku
Wahai jiwa, wahai yang telah jiwa !
Wahai telaga
Yang hening
Hingga tiada !
SINOPSIS NOVEL KUBAH
SINOPSIS NOVEL KUBAH
Karman amat canggung dan gamang. Kepada Komandan Karman membungkuk berlebihan. Karman mengerti harga dirinya tidak semahal kertas yang dibawanya, dan tidak semahal ruangan di mana kini ia berada.
Ia merasa asing, walaupun Karman sudah bebas, ia merasa ada pemisah antara dirinya dengan alam sekitarnya. Ia yakin itu, karena ia tahu bahwa dirinya adalah bekas tahanan politik. Nyatanya sejak dua belas tahun lalu Karman telah kehilangan diri dan pribadinya. Ia selalu merasa rendah diri.
Di bawah pohon beringin di tengah alun-alun Karman istirahat. Ia membayangkan peristiwa tujuh tahun yang lalu ketika Karman masih sebagai tahanan. Parta menceraikan istrinya dan kawin dengan Marni, istri Karman.
Pada waktu itu Marni meminta keikhlasan dan pengertian Karman agar diizinkan untuk kawin lagi dengan Parta. Karman hanya bisa termenung dan membagi kesusahannyadengan teman-temannya sebarak.
Tubuh dan jiwa Karman semakin layu. Ia tergeletak sakit. Ada seorang perwira, Kapten Somad, yang berusaha mengobati penyakit Karman. Usaha Kapten Somad itu pada akhirnya membawa hasil. Karman sembuh.
Karman hendak melanjutkan perjalannya ke rumah sepupunya. Rumah di pinggir kali itu telah berubah menjadi gedung yang bagus. Karman mendekati jendela rumah itu dan melihat Rudio, anaknya, tengah asyik membaca. Pertemuan antara Karman dengan Rudio dan Bu Gono sangatlah mengharukan. Bu Gono, sepupunya, meminta Karman untuk tinggal bersamanya. Bu Gono menjelaskan bahwaa Karman sudah tak punya apa-apa lagi di Pegaten. Rumah, tanah, istri sudah hilang dan anaknya yang kecil telah meninggal.
Geger Oktober 1965 telah dilupakan orang. Juga di Pegaten, tempat Marni tinggal bersama Parta dan anaknya, Tini. Tini adaalah kembang desa Pegaten dan telah menjalin hubungan dengan Jabir, cucu Haji Bakir.
Marni mengetahui bahwa suatu saat Karman akan datang. Marni selalu merasa bahwa suaminya, Karman, selalu menuntut kesetiaannnya. Apalagi Tini, anaknya, selalu menanyakan tentang ayah kandungnya itu.
Karman seorang anak mantri pasar. Ia lahir di Pegaten. Ayahnya merasa bahwa dirinya adalah seorang priyayi yang tidak pantas makan ubi rebus dan mengerjakan sawah. Pandangan ayah Karman yang demikian membuat keluarganya semakin menderita di masa pendudukan Jepang. Ia menukarkan sawahnya itu dengan padi milik Haji Bakir. Oleh karena desakan ekonomi, masa kecil Karman dihabiskan dengan membantu pekerjaan di rumah Haji Bakir. Sebagai upahnya, semua biaya hidup Karman ditanggung oleh Haji Bakir.
Tahun 1948 terjadi makar tetapi berhasil di gagalkan. Salah seorang dari kader partai ada yang melarikan diri ke Pagetan. Dia dikenal dengan nama Bung Margo. Di Pegaten dia dan teman-temannya berusaha menambah angota baru. Salah satu yang diincar untuk dijadikan anggota baru ialah Karman. Dengan berbagai berbagai cara, akhirnya Karman berhasil dijebak dan menjadi partai yang berkedudukan penting.
Bung Margo selalu berusaha menciptakan permusuhan menciptakan permusuhan antara Karman dengan Haji Bakir. Ia berusaha menjauhkan kehidupan Karman dari Haji Bakir. Semakin hari rasa curiga dan permusuhan di hati Karman terhadap Haji Bakir semakin bertambah. Apalagi sejak cintanya kepada Rifah ditolah oleh Haji Bakir. Perasaan curiga, benci, dan permusuhan semakin mengembang di hati Karman karena memang Karman sendirilah yang mengembangkan.
Suatu saat Karman merasa rindu dengan Rifa, anak Haji Bakir, yang sudah menjanda itu. Karman berada pada kebimbangan, hendak masuk ke rumah Haji Bakir tetapi ia dibencinya. Kalau tidak, ia merasa sangat rindu dengan pujaan hatinya itu. Akhirnya, ia berjalan berjingkat menuju kamar pujaan hatinya itu. Ia sudah mencapai jendela kamar Rifah yang berlubang itu. Melalui lubang jendela itu Karman memasukkan selembar surat.
Rifah memang membaca surat itu. Sebagai jawabannya Rifah meminta Karman untuk bertamu secara baik-baik. Karman disuruhnya untuk menemui ayahnya besok pagi. Rifah juga berjanji akan ikut menemuinya.
Rifah yang janda itu masih hamil, sama sekali tidak mengharapkan untuk menikah lagi. Tetapi Karman tidak berhasil mengatasi keraguannya. Ia masih sangat merindukan Rifah. Ssampai sekarang, ia belum berbaik kembali dengan Haji Bakir.
Melihat sikap Karman yang ingin mencoba untuk mendekati Rifah, Bung Margo merasa mendapatkan kesempatan. Disuruhnya Karman untuk melamar Rifah lagi. Bung Margo yang memang menjadi kader partai itu, sudah dapat meramalkan apa jaaban dari Haji Bakir. Dengan penolakan lamaran itu, semakin besarlah kebencian Karman terhadap Haji Bakir. Sekarang, kebencian Karman bukan hanya kepada Haji Baki saja. Tetapi juga terhadap para haji dan orang-orang kaya lainnya.
Desa Pegaten merupakan desa erpencil. Desa ini dibatasi rawa-rawa dan hutan jati yang lebat. Di desa ini, pada sat itu ada tiga kekuatan yang masing-masing memiliki lasykar. Salah satu kekuatan memang sedang surut yaitu kekuatan Ahmad Juhdi. Tetapi, kemunduran kekuatan ini sering dimanfaatkan oleh kekuatan lainnya untuk mengacaukan keamanan desa. RumahHaji Bakir dua kali dirampok. Haji Bakir ditahan dengan tuduhan bersekongkol dengan perampok. Kelak orang tah bahwa pengusulan penahanan itu diajukan oleh seorang pegawai kecamatan yaitu Karman.
Karman lebih sering terlibat dalam diskusi-diskusi dengan Margo dan kawan-kawannya. Di samping itu, ia secara cuma-cuma mendapatkan buku-buku mengenai doktrin-doktrin Marxis. Pandangan-pandangan serta pikiraan-pikirannya semakin mantap di jurang Marxis yang atheis itu.
Karman telah tahu bahwa dunia wanita bukan hanya Rifah saja. Marni, gadis kebanyakan, telah mendapatkan kedudukan di hati Krman. Perkawinan pun segera dilangsungkan. Tidak berapa lama Rudio, anak pertama pasangan Karman-Marni lahir. Hari-hari selanjutnya kehidupan keluarga muda itu seemakin mantap. Hanya ada satu yang tidak berkesesuaian di antara mereka, yaitu Marni merasa tidak bisa meninggalkan ibadahnya, sementara Karman secara terang-terangan mengaku sebagai atheis. Karena satu hal itulah Marni merasa kebahagiaan kurang utuh.
Karman sudah menduga suatu saat Marni akan menanyakan tentang ibadahnya. Karman memang tak pernah melarang Marni beribadah. Memang, seorang seperti Karman mudah menjadi mandul di hadapan keagungan kewibaan istrinya. Karema kelemahan ini dalam suatu kesempatan Bung Margo menyindirnya dengan pedas yang membuat Karman marah besar.
Kemiskinan dan kebobrokan moral melanda di seluruh negeri ini. Inflasi dan kemarau panjang semakin menambah beban berat rakyat jelata. Dalam keadaan yang demikian sulit itu, orang Pegaten sering meninggalkan pekerjaan guna menghadiri rapat-rapat umum. Panasnya politik saat itu barangkali lebih berpuluh kali lipat daripada panasnya matahari musim kemarau saat itu yang memanggang desa Pegaten.
Pada beberapa kesempatan Bung Margo menganjurkan orang untuk makan daging tikus. Ia menyebutkan bermacam-macam gizi yang terkandung di dalam tikus. Sebenarnya ia tidak bermaksud untuk menyehatkan penduduk Pegaten dengan makan tikus. Tetapi lebih dari itu ia menghendaki nilai-nilai moral yang telah tertanam itu menjadi goyah. Bung Margo yang ingin mengajari supaya orang Pegaten menghalalkan makanan yang haram itu.
Anak ketiga dari pasangan Karman-Marni lahir. Tono namanya. Baru tiga bulan lahir, peristiwa 1 Oktober 1965 tersebar kemana-mana, juga di Pegaten. Sejak saat itu Karman berubah menjadi pendiam. Ia mudah tersinggung dan tidak pernah lagi membopong Tono. Tidak ada senyum. Pohing yang mengetuk pintu isa saja membuatnya pingsan ketakutan.
Memang sudah banyak orang yang dtangkap. Bung Margo dan orang lainnya sudah dipaksa masuk ke liang kubur. Hanya yang membuat Marni merasa bersyukur ialah perubahan suaminya. Karman sholat, sesuatu yang telah lama diidamkannya.
Setiap detak jantung Karman adalah kegelisahan. Kalau malam tiba Karman bersembunyi di masjid atau di rumah ibunya. Pada suatu saat Karman memerlukan berpamitan kepada istrinya. Ia pasrahkan anak-anaknya kepada istrinya. Tangis sedu sedan menghiasi rumah itu.
Karman melarikan diri dan meninggalkan rumah. Ia meninggalkan anak. Ia meninggalkan istrinya. Ia meninggalkan desa, tempat kelahirannya. Polisi dan tentara melakukan pengejaran terhadapnya. Karman menyembunyikan dirinya di semak-semak belukar. Dengan demikian, Karman sekarang menjadi buronan.
Karman selalu merenungkan nasibnya. Ia mengetahui nasib apa yang bakal menimpanya kelak jika usaha pelariannya gagal. Apa yang sedang berlaku atas diri Karman adalah kehendak sejarah, yaitu sejarah politik. Dalam hal ini Karman telah salah perhitungan. Deengan masuk barisan Bung Margo, ia berharap sawahnya yang satu setengah hektar akan kembali. Ia juga ingin memperoleh cintanya Rifah. Sama sekali ia tak membayangkan peristiwa berdarah di benaknya. Ia juga tak meramalkan bahwa dengan masuk barisan Bung Margo akan menyeretnya ke jurang kehancuran. Kehancuran masa depannya sendiri. Hancurnya masa depan keluarganya. Serta membawanya kepada penderitaan.
Tini bersama Jabir baru saja menjemput ayahnya dari kota. Di perjalanan bersama Jabir membicarakan tentang kepulangan Karman, ayah Tini. Mereka berbicara tentang rumitnya permasalahan yang dihadapi oleh ibu Tini. Ibu Tini sudah kawin lagi dengan Parta. Sekarang Karman kembali setelah dua belas tahun hidup dalam pengasingan. Mereka juga tidak mengharapkan kejadian tersebut berulang pada pasangan Jabir-tini kelak, jika mereka sudah menikah.
Di rumah orng tuanya (Bu Marti), Karman banyak dikunjungi oleh para tetnggadan sanakfamilinya. Tiba-tiba semua diam, semua tegang, semua berbicara hanya kepada hatinya. Marni, istri yang lama dirindukannya itu hadir.
Tetapi tak lama kemudian Marni pingsan. Haji Bakir pun tiba berdua. Orang yang tak disangka-sangka hadir adalah Parta. Sehingga kedatangannya menambah kebisuan di rumah Bu Mantri. Semua tak tahu apa yag bakal terjadi.
Sekarang, Karman sudah berbaur kembali dengan warga desa Pegaten. Suatu hari Haji Bakir datang melamar. Karman, Paman Hasyim, Marni, dan Tini berkumpul di rumah Bu Mantri. Pada saat Haji Bakir menyampaikan lamarannya, Haji Bakir juga memberikan sawahnya yang satu setengah hektar kepada Tini. Memang, sawah tersebut dahulu adalah milik kakek Tini.
Pada suatu saat, masjid Haji Bakir yang telah tua itu diperbaiki kembali. Karman mendapatkan kesempatan membuat kubah masjid tersebut. Ia tidak mengambil upah sedikitpun dari pekerjaan itu. Ia hanya ingin mendapatkan kembali kepercayaan masyarakat yang telag sirna itu. Karman ingin mendapatkan kembali martabatnya sebagai manusia. Dengan kubah itu, Karman merasa memperoleh apa yang diharakannya. Selain itu Karman ingin merintis jalan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan.
Karman amat canggung dan gamang. Kepada Komandan Karman membungkuk berlebihan. Karman mengerti harga dirinya tidak semahal kertas yang dibawanya, dan tidak semahal ruangan di mana kini ia berada.
Ia merasa asing, walaupun Karman sudah bebas, ia merasa ada pemisah antara dirinya dengan alam sekitarnya. Ia yakin itu, karena ia tahu bahwa dirinya adalah bekas tahanan politik. Nyatanya sejak dua belas tahun lalu Karman telah kehilangan diri dan pribadinya. Ia selalu merasa rendah diri.
Di bawah pohon beringin di tengah alun-alun Karman istirahat. Ia membayangkan peristiwa tujuh tahun yang lalu ketika Karman masih sebagai tahanan. Parta menceraikan istrinya dan kawin dengan Marni, istri Karman.
Pada waktu itu Marni meminta keikhlasan dan pengertian Karman agar diizinkan untuk kawin lagi dengan Parta. Karman hanya bisa termenung dan membagi kesusahannyadengan teman-temannya sebarak.
Tubuh dan jiwa Karman semakin layu. Ia tergeletak sakit. Ada seorang perwira, Kapten Somad, yang berusaha mengobati penyakit Karman. Usaha Kapten Somad itu pada akhirnya membawa hasil. Karman sembuh.
Karman hendak melanjutkan perjalannya ke rumah sepupunya. Rumah di pinggir kali itu telah berubah menjadi gedung yang bagus. Karman mendekati jendela rumah itu dan melihat Rudio, anaknya, tengah asyik membaca. Pertemuan antara Karman dengan Rudio dan Bu Gono sangatlah mengharukan. Bu Gono, sepupunya, meminta Karman untuk tinggal bersamanya. Bu Gono menjelaskan bahwaa Karman sudah tak punya apa-apa lagi di Pegaten. Rumah, tanah, istri sudah hilang dan anaknya yang kecil telah meninggal.
Geger Oktober 1965 telah dilupakan orang. Juga di Pegaten, tempat Marni tinggal bersama Parta dan anaknya, Tini. Tini adaalah kembang desa Pegaten dan telah menjalin hubungan dengan Jabir, cucu Haji Bakir.
Marni mengetahui bahwa suatu saat Karman akan datang. Marni selalu merasa bahwa suaminya, Karman, selalu menuntut kesetiaannnya. Apalagi Tini, anaknya, selalu menanyakan tentang ayah kandungnya itu.
Karman seorang anak mantri pasar. Ia lahir di Pegaten. Ayahnya merasa bahwa dirinya adalah seorang priyayi yang tidak pantas makan ubi rebus dan mengerjakan sawah. Pandangan ayah Karman yang demikian membuat keluarganya semakin menderita di masa pendudukan Jepang. Ia menukarkan sawahnya itu dengan padi milik Haji Bakir. Oleh karena desakan ekonomi, masa kecil Karman dihabiskan dengan membantu pekerjaan di rumah Haji Bakir. Sebagai upahnya, semua biaya hidup Karman ditanggung oleh Haji Bakir.
Tahun 1948 terjadi makar tetapi berhasil di gagalkan. Salah seorang dari kader partai ada yang melarikan diri ke Pagetan. Dia dikenal dengan nama Bung Margo. Di Pegaten dia dan teman-temannya berusaha menambah angota baru. Salah satu yang diincar untuk dijadikan anggota baru ialah Karman. Dengan berbagai berbagai cara, akhirnya Karman berhasil dijebak dan menjadi partai yang berkedudukan penting.
Bung Margo selalu berusaha menciptakan permusuhan menciptakan permusuhan antara Karman dengan Haji Bakir. Ia berusaha menjauhkan kehidupan Karman dari Haji Bakir. Semakin hari rasa curiga dan permusuhan di hati Karman terhadap Haji Bakir semakin bertambah. Apalagi sejak cintanya kepada Rifah ditolah oleh Haji Bakir. Perasaan curiga, benci, dan permusuhan semakin mengembang di hati Karman karena memang Karman sendirilah yang mengembangkan.
Suatu saat Karman merasa rindu dengan Rifa, anak Haji Bakir, yang sudah menjanda itu. Karman berada pada kebimbangan, hendak masuk ke rumah Haji Bakir tetapi ia dibencinya. Kalau tidak, ia merasa sangat rindu dengan pujaan hatinya itu. Akhirnya, ia berjalan berjingkat menuju kamar pujaan hatinya itu. Ia sudah mencapai jendela kamar Rifah yang berlubang itu. Melalui lubang jendela itu Karman memasukkan selembar surat.
Rifah memang membaca surat itu. Sebagai jawabannya Rifah meminta Karman untuk bertamu secara baik-baik. Karman disuruhnya untuk menemui ayahnya besok pagi. Rifah juga berjanji akan ikut menemuinya.
Rifah yang janda itu masih hamil, sama sekali tidak mengharapkan untuk menikah lagi. Tetapi Karman tidak berhasil mengatasi keraguannya. Ia masih sangat merindukan Rifah. Ssampai sekarang, ia belum berbaik kembali dengan Haji Bakir.
Melihat sikap Karman yang ingin mencoba untuk mendekati Rifah, Bung Margo merasa mendapatkan kesempatan. Disuruhnya Karman untuk melamar Rifah lagi. Bung Margo yang memang menjadi kader partai itu, sudah dapat meramalkan apa jaaban dari Haji Bakir. Dengan penolakan lamaran itu, semakin besarlah kebencian Karman terhadap Haji Bakir. Sekarang, kebencian Karman bukan hanya kepada Haji Baki saja. Tetapi juga terhadap para haji dan orang-orang kaya lainnya.
Desa Pegaten merupakan desa erpencil. Desa ini dibatasi rawa-rawa dan hutan jati yang lebat. Di desa ini, pada sat itu ada tiga kekuatan yang masing-masing memiliki lasykar. Salah satu kekuatan memang sedang surut yaitu kekuatan Ahmad Juhdi. Tetapi, kemunduran kekuatan ini sering dimanfaatkan oleh kekuatan lainnya untuk mengacaukan keamanan desa. RumahHaji Bakir dua kali dirampok. Haji Bakir ditahan dengan tuduhan bersekongkol dengan perampok. Kelak orang tah bahwa pengusulan penahanan itu diajukan oleh seorang pegawai kecamatan yaitu Karman.
Karman lebih sering terlibat dalam diskusi-diskusi dengan Margo dan kawan-kawannya. Di samping itu, ia secara cuma-cuma mendapatkan buku-buku mengenai doktrin-doktrin Marxis. Pandangan-pandangan serta pikiraan-pikirannya semakin mantap di jurang Marxis yang atheis itu.
Karman telah tahu bahwa dunia wanita bukan hanya Rifah saja. Marni, gadis kebanyakan, telah mendapatkan kedudukan di hati Krman. Perkawinan pun segera dilangsungkan. Tidak berapa lama Rudio, anak pertama pasangan Karman-Marni lahir. Hari-hari selanjutnya kehidupan keluarga muda itu seemakin mantap. Hanya ada satu yang tidak berkesesuaian di antara mereka, yaitu Marni merasa tidak bisa meninggalkan ibadahnya, sementara Karman secara terang-terangan mengaku sebagai atheis. Karena satu hal itulah Marni merasa kebahagiaan kurang utuh.
Karman sudah menduga suatu saat Marni akan menanyakan tentang ibadahnya. Karman memang tak pernah melarang Marni beribadah. Memang, seorang seperti Karman mudah menjadi mandul di hadapan keagungan kewibaan istrinya. Karema kelemahan ini dalam suatu kesempatan Bung Margo menyindirnya dengan pedas yang membuat Karman marah besar.
Kemiskinan dan kebobrokan moral melanda di seluruh negeri ini. Inflasi dan kemarau panjang semakin menambah beban berat rakyat jelata. Dalam keadaan yang demikian sulit itu, orang Pegaten sering meninggalkan pekerjaan guna menghadiri rapat-rapat umum. Panasnya politik saat itu barangkali lebih berpuluh kali lipat daripada panasnya matahari musim kemarau saat itu yang memanggang desa Pegaten.
Pada beberapa kesempatan Bung Margo menganjurkan orang untuk makan daging tikus. Ia menyebutkan bermacam-macam gizi yang terkandung di dalam tikus. Sebenarnya ia tidak bermaksud untuk menyehatkan penduduk Pegaten dengan makan tikus. Tetapi lebih dari itu ia menghendaki nilai-nilai moral yang telah tertanam itu menjadi goyah. Bung Margo yang ingin mengajari supaya orang Pegaten menghalalkan makanan yang haram itu.
Anak ketiga dari pasangan Karman-Marni lahir. Tono namanya. Baru tiga bulan lahir, peristiwa 1 Oktober 1965 tersebar kemana-mana, juga di Pegaten. Sejak saat itu Karman berubah menjadi pendiam. Ia mudah tersinggung dan tidak pernah lagi membopong Tono. Tidak ada senyum. Pohing yang mengetuk pintu isa saja membuatnya pingsan ketakutan.
Memang sudah banyak orang yang dtangkap. Bung Margo dan orang lainnya sudah dipaksa masuk ke liang kubur. Hanya yang membuat Marni merasa bersyukur ialah perubahan suaminya. Karman sholat, sesuatu yang telah lama diidamkannya.
Setiap detak jantung Karman adalah kegelisahan. Kalau malam tiba Karman bersembunyi di masjid atau di rumah ibunya. Pada suatu saat Karman memerlukan berpamitan kepada istrinya. Ia pasrahkan anak-anaknya kepada istrinya. Tangis sedu sedan menghiasi rumah itu.
Karman melarikan diri dan meninggalkan rumah. Ia meninggalkan anak. Ia meninggalkan istrinya. Ia meninggalkan desa, tempat kelahirannya. Polisi dan tentara melakukan pengejaran terhadapnya. Karman menyembunyikan dirinya di semak-semak belukar. Dengan demikian, Karman sekarang menjadi buronan.
Karman selalu merenungkan nasibnya. Ia mengetahui nasib apa yang bakal menimpanya kelak jika usaha pelariannya gagal. Apa yang sedang berlaku atas diri Karman adalah kehendak sejarah, yaitu sejarah politik. Dalam hal ini Karman telah salah perhitungan. Deengan masuk barisan Bung Margo, ia berharap sawahnya yang satu setengah hektar akan kembali. Ia juga ingin memperoleh cintanya Rifah. Sama sekali ia tak membayangkan peristiwa berdarah di benaknya. Ia juga tak meramalkan bahwa dengan masuk barisan Bung Margo akan menyeretnya ke jurang kehancuran. Kehancuran masa depannya sendiri. Hancurnya masa depan keluarganya. Serta membawanya kepada penderitaan.
Tini bersama Jabir baru saja menjemput ayahnya dari kota. Di perjalanan bersama Jabir membicarakan tentang kepulangan Karman, ayah Tini. Mereka berbicara tentang rumitnya permasalahan yang dihadapi oleh ibu Tini. Ibu Tini sudah kawin lagi dengan Parta. Sekarang Karman kembali setelah dua belas tahun hidup dalam pengasingan. Mereka juga tidak mengharapkan kejadian tersebut berulang pada pasangan Jabir-tini kelak, jika mereka sudah menikah.
Di rumah orng tuanya (Bu Marti), Karman banyak dikunjungi oleh para tetnggadan sanakfamilinya. Tiba-tiba semua diam, semua tegang, semua berbicara hanya kepada hatinya. Marni, istri yang lama dirindukannya itu hadir.
Tetapi tak lama kemudian Marni pingsan. Haji Bakir pun tiba berdua. Orang yang tak disangka-sangka hadir adalah Parta. Sehingga kedatangannya menambah kebisuan di rumah Bu Mantri. Semua tak tahu apa yag bakal terjadi.
Sekarang, Karman sudah berbaur kembali dengan warga desa Pegaten. Suatu hari Haji Bakir datang melamar. Karman, Paman Hasyim, Marni, dan Tini berkumpul di rumah Bu Mantri. Pada saat Haji Bakir menyampaikan lamarannya, Haji Bakir juga memberikan sawahnya yang satu setengah hektar kepada Tini. Memang, sawah tersebut dahulu adalah milik kakek Tini.
Pada suatu saat, masjid Haji Bakir yang telah tua itu diperbaiki kembali. Karman mendapatkan kesempatan membuat kubah masjid tersebut. Ia tidak mengambil upah sedikitpun dari pekerjaan itu. Ia hanya ingin mendapatkan kembali kepercayaan masyarakat yang telag sirna itu. Karman ingin mendapatkan kembali martabatnya sebagai manusia. Dengan kubah itu, Karman merasa memperoleh apa yang diharakannya. Selain itu Karman ingin merintis jalan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan.
SINOPSIS NOVEL BURUNG – BURUNG MANYAR DAN ANALISIS INTRINSIKNYA
SINOPSIS NOVEL BURUNG – BURUNG MANYAR DAN ANALISIS INTRINSIKNYA
Pengarang : Y.B. Mangunwijaya
Judul novel : Burung-burung Manyar
Pengarang : Y.B. Mangunwijaya
Tahun terbit : 1981
Penerbit : Djambatan
Pada masa pemerintahan KNIL Belanda, kehidupan keluarga Teto (Setadewa) sangat berkecukupan. Dia dilahirkan dari keluarga terpandang. Segala kemauannya selalu dituruti oleh kedua orang tuanya. Ayahnya, Letnan Barjabasuki, adalah salah seorang Letnan tamatan Akademi Militer Breda di Belanda dan menjabat kepala Garnisun Devisi II di Magelang. Itulah sebabnya, Teto bebas bergaul dengan orang-orang inlander, anak-anak Belanda ataupun Indo-Belanda.
Kedua orang tua Teto bukanlah orang biasa. Ayahnya masih keturunan bangsawan keraton, sedangkan ibunya keturunan Indo-Belanda. Masa kecil Teto benar-benar berada dalam kejayaan orang tuanya. Itulah sebabnya Teto merasa sangat bangga pada ayahnya. Dia bercita-cita menjadi tentara KNIL Belanda seperti ayahnya. Ia beranggapan bahwa dengan bergabung dan mengabdi pada KNIL Belanda, maka kehidupanya akan menjadi lebih baik. Ia akan disegani, serta di hormati oleh masyarakat sekitarnya.
Karena masa kecilnya, yaitu zaman tentara KNIL Belanda, Teto hidup dalam kemewahan, maka ketika Jepang berhasil mengusir tentara KNIL Belanda dari Indonesia Teto merasa terpukul. Kehidupan keluarganya berubah menjadi kacau. Ayahnya ditangkap dan disiksa oleh tentara-tentara Jepang. Ia hampir dibunuh oleh tentara Jepang, kalau saja ibunya tidak menyelamatkanya. Ketika pimpinan tentara Jepang memberi pilihan pada ibunya untuk menjadi wanita penghibur pimpinan tentara Jepang atau nyawa suaminya akan melayang, ibu Teto memutuskan untuk menjadi wanita penghibur demi menyelamatkan nyawa suaminya. Berkat pengorbanan istrinya itu, Letnan Barjabasuki atau ayah Teto selamat serta dibebaskan oleh tentara Jepang.
Betapa hancur hati Teto menyaksikan kenyataan itu. Dia merasa gusar dan sangat dendam kepada tentara Jepang. Perlakuan tentara Jepang terhadap kedua orang tuanya dan telah menghancurkan rasa gemilang keluarganya melekat terus dalam hatinya. Dia bertekad untuk membalas semua perlakuan tentara Jepang tersebut sampai kapanpun.
Tiga tahun kemudian, Jepang hengkang dari Indonesia dan tentara KNIL dari Belanda datang kembali ke Indonesia dengan berlindung di balik tentara sekutu. Teto sangat gembira menyambut kedatangan mereka. Dia gembira sebab cita-citanya menjadi seorang tentara KNIL Belanda dapat menjadi kenyataan. Ia pun langsung bergabung dengan tentara KNIL. Berkat bantuan seorang mayor bernama Verbruggen, dia diterima menjadi tentara KNIL.
Betapa bangga hati Teto ketika dia menjadi tentara KNIL Belanda. Dia bekerja dengan penuh disiplin. Semua tugas yang dibebankan pimpinannya kepada pemuda itu selalu dapat diselesaikan dengan baik. Itulah sebabnya ia sangat di sayang oleh pimpinannya. Hanya dalam waktu dua bulan, dia diangkat menjadi komandan patroli dengan pangkat Letnan dua.
Lain nasib Teto, lain pula nasib ibunya, Maurice yang mempunyai nasib yang naas. Kerena tak tahan menanggung penderitaan lahir dan batin, ia mengalami gangguan jiwa dan menjadi pasien tetap di sebuah rumah sakit jiwa di Bogor. Sedangkan nasib Letnan Barjabasuki, ayah Teto, tidak jelas. Namun, menurut informasi Mayor Verbruggen, dia bergabung dengan tentara Republik. Dengan demikian, dia termasuk buronan tentara KNIL Belanda. Ini berarti bahwa Letnan Barjabasuki menjadi buronan anaknya sendiri, Letnan dua Teto.
Kejayaan Letnan dua Teto sebagai komandan patroli tentara KNIL Belanda tidak berjalan lama. Tentara KNIL Belanda makin lama makin lemah. Perlawanan rakyat Republik Indonesia terhadap gempuran-gempuran mereka tidak pernah surut. Lama-kelamaan tentara KNIL Belanda menjadi frustasi. Belanda yang hendak menguasai seluruh wilayah Indonesia akhirnya mengalah dan memutuskan kembali ke negerinya.
Kekalahan tentara KNIL Belanda membuat hati Teto menjadi ciut. Dia merasa malu pada dirinya, malu terhadap Larasati wanita yang sangat dicintainya. Bila Larasati berjuang membela bangsanya sendiri, dia malah membela musuh. Pada saat itu Larasati mengabdi di depertemen luar negeri. Kerena perasaan malunya itu, Teto memutuskan untuk keluar dari Indonesia dan berangkat ke Amerika. Di negara tersebut, dia masuk Universitas Harvard mengambil jurusan komputer dan mendapat gelar doktor.
Setamat dari Universitas Harvard, Teto bekerja di sebuah perusahaan besar di Amerika bernama Pacifik Oil Wells Company sebagai tenaga analisis komputer. Perusahaan Pacifik Oil Wells Company tempat ia bekerja menjalin hubungan kerja sama dengan pemerintah Indonesia. Selama bekerja di perusahaan itu, kesejahteraan Teto sangat terjamin. Bahkan, ia kemudian menikah dengan Barbara, putri salah seorang direktur perusahaan itu. Namun semua itu tidak membuat hatinya tenang. Dia tidak bahagia hidupnya di negeri orang. Hatinya terus bergejolak untuk kembali ke tanah air. Dia sangat merindukan orang-orang yang dicintainya. Dia teringat kepada ibunya. Dia juga rindu pada Larasati, kekasih yang sangat dicintainya itu. Hasrat Teto kembali ke tanah air semakin menjadi-jadi ketika dia menemukan kecurangan di perusahaan tempat dia bekerja. Dia bertekat membuka kecurangan tersebut. Apapun resikonya walaupun harus di berhentikan dari pekerjaannya.
Akhirnya, Teto benar-benar kembali ke Indonesia setelah ia bercerai dengan Barbara. Sesampainya di tanah air hatinya gelisah. Perasaannya bergelora ketika melihat perkembangan Indonesia. Tanah airnya telah mengalami kemajuan pesat di berbagai bidang. Ia juga mengingat semua kejadian yang pernah dialaminya. Dia mengingat dirinya yang telah salah langkah dan berjuang membantu pihak Belanda, dan bukan membantu tanah airnya sendiri. Dia juga ingat akan kejayaannya semasa ia masih bersama kedua orang tuanya. Dia juga ingat bagaimana ibunya berkorban demi menyelamatkan nyawa ayahnya.
Dia juga teringat Larasati, kekasih yang sangat dirindukannya. Semua itu berkecamuk dalam hatinya. Dia merasa malu kepada Larasati dan takut bertemu dengannya. Namun ia sangat merindukannya. Dua perasaan yang saling bertentangan berkecamuk dalam dadanya.
Secara diam-diam, Teto menghadiri acara presentasi gelar dokter yang akan dilakukan Larasati di Jakarta. Selama presentasi tersebut, dia hanya diam dan bersembunyi di balik orang-orang yang hadir. Setelah selesai membacakan disertasinya, Larasati mendapat sambutan yang hangat dari semua yang hadir. Ketika orang-orang berebutan memberi ucapan selamat kepadanya, Teto tidak berani melakukannya. Padahal, dia sangat ingin menyentuh tangan kekasaihnya itu. Perasaan malu dan bersalah dalam dirinya semakin memuncak saat dia mendengar disertasi yang dibacakan Larasati. Disertasi itu membahas tentang burung-burung manyar dan tingkah lakunya. Dia begitu malu sebab tingkah laku burung-burung manyar itu persis seperti tingkah laku dirinya.
Walaupun Teto berusaha keras untuk tidak menemui Larasati, namun nasib berkehendak lain karena keesokan harinya, Larasati dan suaminya datang ke rumahnya. Betapa terkejutnya Teto melihat kedatangan mereka, hatinya berdebar-debar ketika bertatapan mata dengan wanita yang sangat dicintainya itu. Sebenarnya, Larasati pun memiliki perasaan yang sama. Bagaimanapun dia pernah menaruh hati kepada Teto ketika mereka masih remaja. Teto menyadari bahwa ia pun masih mencintai Larasati. Namun, Larasati kini telah menjadi milik Janakatamsi, anak seorang Direktur Rumah Sakit Jiwa Keramat. Di rumah sakit itulah, ibunya dirawat sampai akhir hayatnya.
Janakatamsi memahami bahwa antara istrinya dan Teto terdapat kisah tertentu. Dengan bijaknya, dia menawarkan kepada Teto untuk menjadi kakaknya. Mendengar ajakan tersebut, hati Teto menjadi terharu dan dia pun menerimanya.
Atas ajakan Janakatamsi, Teto mengunjungi rumah ibu Antana, ibunya Atik di Bogor. Kedatangan Teto di sambut hangat oleh ibu Antana. Ia memang sudah mengenalnya sebab sejak kecil keluarga Atik telah bersahabat dengan keluarga Teto. Kedua keluarga itu sering saling mengunjungi.
Ketika diberi tahukan tentang kecurangan perusahaan tempat Teto bekerja, Janakatamsi mendukung niat Teto untuk membongkar kasus kecurangan yang terjadi dalam perusahaan Pacifik Oil Wells Company. Atas bantuannya pula Teto berhasil membongkar kecurangan keuangan yang dilakukan perusahaan asing tersebut walaupun kemudian dia diberhentikan dari perusahaan itu.
Belum habis kesedihan Teto akibat pemutusan hubungan kerja tersebut, datang lagi kesedihan baru. Larasati dan suaminya meninggal dunia karena kecelakaan pesawat sewaktu berangkat ke Mekah untuk menunaikan ibadah haji. Pesawat mereka jatuh di Colombo. Demi membalas kebaikan yang telah diberikan Atik dan suaminya, Teto memutuskan untuk mengasuh ketiga anak Atik. Dia berjanji untuk menjaga dan mendidik mereka menjadi anak yang berbakti pada bangsa dan negara.
Analisis Intrinsik
Tokoh dan Penokohan
1. Teto atau Setadewa seorang pemuda yang berpendidikan tinggi. Dia adalah seorang doktor tamatan Universitas Harvard yang menjadi ahli komputer di sebuah perusahaan besar di Amerika. Dia adalah anak seorang kepala garnisun II pada masa KNIL Belanda. Ia lebih mencintai Belanda daripada negerinya sendiri. Berdasarkan frekuensi kehadiran atau keterlibatannya, Satadewa atau Teto merupakan tokoh sentral dalam cerita itu. Dari episode novel yang ada, ternyata Teto mendominasinya, ia hampir selalu hadir dan terlibat dalam setiap episode, kecuali pada episode 4, 9, 11, 13 dan episode 14. Jadi, tokoh Teto terlibat dalam 17 episode novel yang ada. Oleh karena itu, tokoh Teto dapat dinyatakan sebagai tokoh sentral. Ketidakhadiran tokoh sentral dalam kelima episode tersebut mempunyai fungsi tersendiri.
Ketidakhadiran tokoh sentral di dala episode 4 dalam Burung-Burung Manyar berfungsi memberi kesempatan pada tokoh feriferal Atik (Larasati) dan kedua orang tuanya untuk membicarakan tokoh sentral. Walaupun dalam episode ini Mangunwijaya tidak secara ekplisit menunjuk pada nama tertentu, pembicaraan antara tokoh-tokoh feriferal mengisyaratkan bahwa pokok permasalahannya ditujukan untuk menanam rasa simpati ketiganya pada tokoh sentral.
Ketidakhadiran tokoh Teto dalam episode 9 adalah untuk memaparkan atau meng-gambarkan Atik dan ayahnya, untuk memberi kesempatan kepada tokoh lain buat membicarakan tokoh sentral, dan untuk menunda komplikasi dan atau ketegangan cerita. Episode 9 ini sesungguhnya menceritakan meninggalnya ayah Atik yang disebabkan oleh serangan Belanda. Artinya, kematian itu secara tidak langsung juga disebabkan oleh tokoh sentral Teto. Sementara pada saat yang bersamaan sesungguhnya Tetopun ikut dalam penyerbuan ke Yogya tersebut.
Dalam episode 11, ketidakhadiran tokoh sentral berfungsi untuk melukiskan akibat-akibat yang ditimbulkan oleh prilaku-prilaku Belanda, dimana tokoh sentral termasuk di dalamnya. Dan episode 13, ketidakhadiran tokoh sentral berfungsi memberikan kesempatan pada tokoh feriferal Atik dan Ibunya (Bu Antana) untuk membicarakan tokoh sentral. Pembicaraan ini terfokus pada tebalnya rasa simpati mereka pada tokoh sentral.
Dalam episode 14, ketidahadiran tokoh sentral berfungsi untuk membeberkan situasi sesudah perang kemerdekaan dan memberikan kesempatan kepada tokoh feriferal, Tuan Ambasador melihat-lihat kemajuan pembangunan yang telah dicapai oleh Indonesia. Kehadiran tokoh feriferal Tuan Ambasador berfungsi untuk merambah jalan bertemunya tokoh sentral dengan tokoh feriferal Atik (Larasati).
2. Larasati atau Ati seorang perempuan modern yang berpendidikan tinggi. Selama hidupnya, ia selalu mengabdi pada nusa dan bangsa. Ia mempunyai tiga orang anak. Pada masa agresi Belanda kedua, ia bekerja di departemen luar negeri. Jabatan terakhir yang disandangnya adalah kepala direktorat alam.
3. Janakatamsi Pemuda medern yang berpendidikan tinggi. Dia termasuk anak seorang kaya yang berhati baik. Dialah suaminya larasati. Ayahnya adalah seorang direktur Rumah Sakit Jiwa Kramat.
4. Letnan Barjabasuki adalah seorang kepala Garnesun II dimasa KNIL Belanda dengan pangkat letnan. Gelar itu diperolehnya dari Akademi Breda Belanda. Dia adalah keturunan keraton dan merupakan ayah kandung Teto.
5. Ibu Teto atau Istri Letnan Barjabasuki adalah wanita berhati mulya keturunan Indo-Belanda. Demi menyelamatkan suaminya, dia rela mengorbankan jiwa raganya. Dia rela menjadi wanita pemuas nafsu tentara-tentara Jepang. Karena tidak sanggup menahan penderitaan lahir batin, akhirnya dia menjadi penghuni rumah sakit jiwa.
6. Mayor Verbruggen salah seorang pimpinan tentara KNIL Belanda ketika agresi Belanda kedua.
7. Bu Antana seorang ibu yang baik. Dia ibu kandung Atik atau Larasati.
8. Barbara adalah istri Teto, dia anak seorang direktur pacifik Oil Wells Company.
Tema
Kisah seorang anak manusia yang merasa gagal dalam menjalani hidup karena trauma masa lalu.
Latar/Setting
Terjadi pada zaman modern dengan berlatar belakang kehidupan berbagai masa: masa lalu, masa revolusi, dan masa penjajahan jepang maupun belanda. Cerita ini terjadi di Indonesia (Jakarta dan Bogor).
Alur
Alur cerita dalam novel Burung-Burung Manyar yaitu menggunakan alur maju, dimana setiap kejadian selalu bergerak maju sesuai dengan perputaran waktu.
Sudut Pandang
Tokoh Teto atau Satadewa dipandang sebagai pemuda yang gagal dalam hidupnya. Ia dianggap sebagai sosok yang sikapnya sesuai dengan burung-burung manyar. Ia lebih mengutamakan kepentingan bangsa Belanda dibanding dengan bangsanya sendiri, bahkan ia ikut serta dalam pemberontakan terhadap tentara Republik.
Tokoh Larasati adalah seorang wanita yang berpendidikan tinggi. Ia adalah seorang yang setia terhadap Nusa Bangsanya sendiri. Dalam hidupnya ia pergunakan untuk mengabdi terhadap Tanah Airnya.
Amanat
Pesan pengarang yaitu ingin memperlihatkan kepada masyarakat pada saat itu bahwa pengabdian terhadap Bangsa sendiri lebih baik dan lebih terhormat dari pada mengabdi kepada Bangsa lain (Belanda). Hal ini di contoh oleh tokoh yang bernama Satadewa yang dalam hidupnya mengabdikan diri kepada Belanda, akhirnya ia harus menanggung malu terhadap Bangsanya sendiri.
Gaya Penulisan/Majas
Bahasa yang digunakan dalam novel Burung-Burung Manyar adalah bahasa gaul atau bukan bahasa baku
Pengarang : Y.B. Mangunwijaya
Judul novel : Burung-burung Manyar
Pengarang : Y.B. Mangunwijaya
Tahun terbit : 1981
Penerbit : Djambatan
Pada masa pemerintahan KNIL Belanda, kehidupan keluarga Teto (Setadewa) sangat berkecukupan. Dia dilahirkan dari keluarga terpandang. Segala kemauannya selalu dituruti oleh kedua orang tuanya. Ayahnya, Letnan Barjabasuki, adalah salah seorang Letnan tamatan Akademi Militer Breda di Belanda dan menjabat kepala Garnisun Devisi II di Magelang. Itulah sebabnya, Teto bebas bergaul dengan orang-orang inlander, anak-anak Belanda ataupun Indo-Belanda.
Kedua orang tua Teto bukanlah orang biasa. Ayahnya masih keturunan bangsawan keraton, sedangkan ibunya keturunan Indo-Belanda. Masa kecil Teto benar-benar berada dalam kejayaan orang tuanya. Itulah sebabnya Teto merasa sangat bangga pada ayahnya. Dia bercita-cita menjadi tentara KNIL Belanda seperti ayahnya. Ia beranggapan bahwa dengan bergabung dan mengabdi pada KNIL Belanda, maka kehidupanya akan menjadi lebih baik. Ia akan disegani, serta di hormati oleh masyarakat sekitarnya.
Karena masa kecilnya, yaitu zaman tentara KNIL Belanda, Teto hidup dalam kemewahan, maka ketika Jepang berhasil mengusir tentara KNIL Belanda dari Indonesia Teto merasa terpukul. Kehidupan keluarganya berubah menjadi kacau. Ayahnya ditangkap dan disiksa oleh tentara-tentara Jepang. Ia hampir dibunuh oleh tentara Jepang, kalau saja ibunya tidak menyelamatkanya. Ketika pimpinan tentara Jepang memberi pilihan pada ibunya untuk menjadi wanita penghibur pimpinan tentara Jepang atau nyawa suaminya akan melayang, ibu Teto memutuskan untuk menjadi wanita penghibur demi menyelamatkan nyawa suaminya. Berkat pengorbanan istrinya itu, Letnan Barjabasuki atau ayah Teto selamat serta dibebaskan oleh tentara Jepang.
Betapa hancur hati Teto menyaksikan kenyataan itu. Dia merasa gusar dan sangat dendam kepada tentara Jepang. Perlakuan tentara Jepang terhadap kedua orang tuanya dan telah menghancurkan rasa gemilang keluarganya melekat terus dalam hatinya. Dia bertekad untuk membalas semua perlakuan tentara Jepang tersebut sampai kapanpun.
Tiga tahun kemudian, Jepang hengkang dari Indonesia dan tentara KNIL dari Belanda datang kembali ke Indonesia dengan berlindung di balik tentara sekutu. Teto sangat gembira menyambut kedatangan mereka. Dia gembira sebab cita-citanya menjadi seorang tentara KNIL Belanda dapat menjadi kenyataan. Ia pun langsung bergabung dengan tentara KNIL. Berkat bantuan seorang mayor bernama Verbruggen, dia diterima menjadi tentara KNIL.
Betapa bangga hati Teto ketika dia menjadi tentara KNIL Belanda. Dia bekerja dengan penuh disiplin. Semua tugas yang dibebankan pimpinannya kepada pemuda itu selalu dapat diselesaikan dengan baik. Itulah sebabnya ia sangat di sayang oleh pimpinannya. Hanya dalam waktu dua bulan, dia diangkat menjadi komandan patroli dengan pangkat Letnan dua.
Lain nasib Teto, lain pula nasib ibunya, Maurice yang mempunyai nasib yang naas. Kerena tak tahan menanggung penderitaan lahir dan batin, ia mengalami gangguan jiwa dan menjadi pasien tetap di sebuah rumah sakit jiwa di Bogor. Sedangkan nasib Letnan Barjabasuki, ayah Teto, tidak jelas. Namun, menurut informasi Mayor Verbruggen, dia bergabung dengan tentara Republik. Dengan demikian, dia termasuk buronan tentara KNIL Belanda. Ini berarti bahwa Letnan Barjabasuki menjadi buronan anaknya sendiri, Letnan dua Teto.
Kejayaan Letnan dua Teto sebagai komandan patroli tentara KNIL Belanda tidak berjalan lama. Tentara KNIL Belanda makin lama makin lemah. Perlawanan rakyat Republik Indonesia terhadap gempuran-gempuran mereka tidak pernah surut. Lama-kelamaan tentara KNIL Belanda menjadi frustasi. Belanda yang hendak menguasai seluruh wilayah Indonesia akhirnya mengalah dan memutuskan kembali ke negerinya.
Kekalahan tentara KNIL Belanda membuat hati Teto menjadi ciut. Dia merasa malu pada dirinya, malu terhadap Larasati wanita yang sangat dicintainya. Bila Larasati berjuang membela bangsanya sendiri, dia malah membela musuh. Pada saat itu Larasati mengabdi di depertemen luar negeri. Kerena perasaan malunya itu, Teto memutuskan untuk keluar dari Indonesia dan berangkat ke Amerika. Di negara tersebut, dia masuk Universitas Harvard mengambil jurusan komputer dan mendapat gelar doktor.
Setamat dari Universitas Harvard, Teto bekerja di sebuah perusahaan besar di Amerika bernama Pacifik Oil Wells Company sebagai tenaga analisis komputer. Perusahaan Pacifik Oil Wells Company tempat ia bekerja menjalin hubungan kerja sama dengan pemerintah Indonesia. Selama bekerja di perusahaan itu, kesejahteraan Teto sangat terjamin. Bahkan, ia kemudian menikah dengan Barbara, putri salah seorang direktur perusahaan itu. Namun semua itu tidak membuat hatinya tenang. Dia tidak bahagia hidupnya di negeri orang. Hatinya terus bergejolak untuk kembali ke tanah air. Dia sangat merindukan orang-orang yang dicintainya. Dia teringat kepada ibunya. Dia juga rindu pada Larasati, kekasih yang sangat dicintainya itu. Hasrat Teto kembali ke tanah air semakin menjadi-jadi ketika dia menemukan kecurangan di perusahaan tempat dia bekerja. Dia bertekat membuka kecurangan tersebut. Apapun resikonya walaupun harus di berhentikan dari pekerjaannya.
Akhirnya, Teto benar-benar kembali ke Indonesia setelah ia bercerai dengan Barbara. Sesampainya di tanah air hatinya gelisah. Perasaannya bergelora ketika melihat perkembangan Indonesia. Tanah airnya telah mengalami kemajuan pesat di berbagai bidang. Ia juga mengingat semua kejadian yang pernah dialaminya. Dia mengingat dirinya yang telah salah langkah dan berjuang membantu pihak Belanda, dan bukan membantu tanah airnya sendiri. Dia juga ingat akan kejayaannya semasa ia masih bersama kedua orang tuanya. Dia juga ingat bagaimana ibunya berkorban demi menyelamatkan nyawa ayahnya.
Dia juga teringat Larasati, kekasih yang sangat dirindukannya. Semua itu berkecamuk dalam hatinya. Dia merasa malu kepada Larasati dan takut bertemu dengannya. Namun ia sangat merindukannya. Dua perasaan yang saling bertentangan berkecamuk dalam dadanya.
Secara diam-diam, Teto menghadiri acara presentasi gelar dokter yang akan dilakukan Larasati di Jakarta. Selama presentasi tersebut, dia hanya diam dan bersembunyi di balik orang-orang yang hadir. Setelah selesai membacakan disertasinya, Larasati mendapat sambutan yang hangat dari semua yang hadir. Ketika orang-orang berebutan memberi ucapan selamat kepadanya, Teto tidak berani melakukannya. Padahal, dia sangat ingin menyentuh tangan kekasaihnya itu. Perasaan malu dan bersalah dalam dirinya semakin memuncak saat dia mendengar disertasi yang dibacakan Larasati. Disertasi itu membahas tentang burung-burung manyar dan tingkah lakunya. Dia begitu malu sebab tingkah laku burung-burung manyar itu persis seperti tingkah laku dirinya.
Walaupun Teto berusaha keras untuk tidak menemui Larasati, namun nasib berkehendak lain karena keesokan harinya, Larasati dan suaminya datang ke rumahnya. Betapa terkejutnya Teto melihat kedatangan mereka, hatinya berdebar-debar ketika bertatapan mata dengan wanita yang sangat dicintainya itu. Sebenarnya, Larasati pun memiliki perasaan yang sama. Bagaimanapun dia pernah menaruh hati kepada Teto ketika mereka masih remaja. Teto menyadari bahwa ia pun masih mencintai Larasati. Namun, Larasati kini telah menjadi milik Janakatamsi, anak seorang Direktur Rumah Sakit Jiwa Keramat. Di rumah sakit itulah, ibunya dirawat sampai akhir hayatnya.
Janakatamsi memahami bahwa antara istrinya dan Teto terdapat kisah tertentu. Dengan bijaknya, dia menawarkan kepada Teto untuk menjadi kakaknya. Mendengar ajakan tersebut, hati Teto menjadi terharu dan dia pun menerimanya.
Atas ajakan Janakatamsi, Teto mengunjungi rumah ibu Antana, ibunya Atik di Bogor. Kedatangan Teto di sambut hangat oleh ibu Antana. Ia memang sudah mengenalnya sebab sejak kecil keluarga Atik telah bersahabat dengan keluarga Teto. Kedua keluarga itu sering saling mengunjungi.
Ketika diberi tahukan tentang kecurangan perusahaan tempat Teto bekerja, Janakatamsi mendukung niat Teto untuk membongkar kasus kecurangan yang terjadi dalam perusahaan Pacifik Oil Wells Company. Atas bantuannya pula Teto berhasil membongkar kecurangan keuangan yang dilakukan perusahaan asing tersebut walaupun kemudian dia diberhentikan dari perusahaan itu.
Belum habis kesedihan Teto akibat pemutusan hubungan kerja tersebut, datang lagi kesedihan baru. Larasati dan suaminya meninggal dunia karena kecelakaan pesawat sewaktu berangkat ke Mekah untuk menunaikan ibadah haji. Pesawat mereka jatuh di Colombo. Demi membalas kebaikan yang telah diberikan Atik dan suaminya, Teto memutuskan untuk mengasuh ketiga anak Atik. Dia berjanji untuk menjaga dan mendidik mereka menjadi anak yang berbakti pada bangsa dan negara.
Analisis Intrinsik
Tokoh dan Penokohan
1. Teto atau Setadewa seorang pemuda yang berpendidikan tinggi. Dia adalah seorang doktor tamatan Universitas Harvard yang menjadi ahli komputer di sebuah perusahaan besar di Amerika. Dia adalah anak seorang kepala garnisun II pada masa KNIL Belanda. Ia lebih mencintai Belanda daripada negerinya sendiri. Berdasarkan frekuensi kehadiran atau keterlibatannya, Satadewa atau Teto merupakan tokoh sentral dalam cerita itu. Dari episode novel yang ada, ternyata Teto mendominasinya, ia hampir selalu hadir dan terlibat dalam setiap episode, kecuali pada episode 4, 9, 11, 13 dan episode 14. Jadi, tokoh Teto terlibat dalam 17 episode novel yang ada. Oleh karena itu, tokoh Teto dapat dinyatakan sebagai tokoh sentral. Ketidakhadiran tokoh sentral dalam kelima episode tersebut mempunyai fungsi tersendiri.
Ketidakhadiran tokoh sentral di dala episode 4 dalam Burung-Burung Manyar berfungsi memberi kesempatan pada tokoh feriferal Atik (Larasati) dan kedua orang tuanya untuk membicarakan tokoh sentral. Walaupun dalam episode ini Mangunwijaya tidak secara ekplisit menunjuk pada nama tertentu, pembicaraan antara tokoh-tokoh feriferal mengisyaratkan bahwa pokok permasalahannya ditujukan untuk menanam rasa simpati ketiganya pada tokoh sentral.
Ketidakhadiran tokoh Teto dalam episode 9 adalah untuk memaparkan atau meng-gambarkan Atik dan ayahnya, untuk memberi kesempatan kepada tokoh lain buat membicarakan tokoh sentral, dan untuk menunda komplikasi dan atau ketegangan cerita. Episode 9 ini sesungguhnya menceritakan meninggalnya ayah Atik yang disebabkan oleh serangan Belanda. Artinya, kematian itu secara tidak langsung juga disebabkan oleh tokoh sentral Teto. Sementara pada saat yang bersamaan sesungguhnya Tetopun ikut dalam penyerbuan ke Yogya tersebut.
Dalam episode 11, ketidakhadiran tokoh sentral berfungsi untuk melukiskan akibat-akibat yang ditimbulkan oleh prilaku-prilaku Belanda, dimana tokoh sentral termasuk di dalamnya. Dan episode 13, ketidakhadiran tokoh sentral berfungsi memberikan kesempatan pada tokoh feriferal Atik dan Ibunya (Bu Antana) untuk membicarakan tokoh sentral. Pembicaraan ini terfokus pada tebalnya rasa simpati mereka pada tokoh sentral.
Dalam episode 14, ketidahadiran tokoh sentral berfungsi untuk membeberkan situasi sesudah perang kemerdekaan dan memberikan kesempatan kepada tokoh feriferal, Tuan Ambasador melihat-lihat kemajuan pembangunan yang telah dicapai oleh Indonesia. Kehadiran tokoh feriferal Tuan Ambasador berfungsi untuk merambah jalan bertemunya tokoh sentral dengan tokoh feriferal Atik (Larasati).
2. Larasati atau Ati seorang perempuan modern yang berpendidikan tinggi. Selama hidupnya, ia selalu mengabdi pada nusa dan bangsa. Ia mempunyai tiga orang anak. Pada masa agresi Belanda kedua, ia bekerja di departemen luar negeri. Jabatan terakhir yang disandangnya adalah kepala direktorat alam.
3. Janakatamsi Pemuda medern yang berpendidikan tinggi. Dia termasuk anak seorang kaya yang berhati baik. Dialah suaminya larasati. Ayahnya adalah seorang direktur Rumah Sakit Jiwa Kramat.
4. Letnan Barjabasuki adalah seorang kepala Garnesun II dimasa KNIL Belanda dengan pangkat letnan. Gelar itu diperolehnya dari Akademi Breda Belanda. Dia adalah keturunan keraton dan merupakan ayah kandung Teto.
5. Ibu Teto atau Istri Letnan Barjabasuki adalah wanita berhati mulya keturunan Indo-Belanda. Demi menyelamatkan suaminya, dia rela mengorbankan jiwa raganya. Dia rela menjadi wanita pemuas nafsu tentara-tentara Jepang. Karena tidak sanggup menahan penderitaan lahir batin, akhirnya dia menjadi penghuni rumah sakit jiwa.
6. Mayor Verbruggen salah seorang pimpinan tentara KNIL Belanda ketika agresi Belanda kedua.
7. Bu Antana seorang ibu yang baik. Dia ibu kandung Atik atau Larasati.
8. Barbara adalah istri Teto, dia anak seorang direktur pacifik Oil Wells Company.
Tema
Kisah seorang anak manusia yang merasa gagal dalam menjalani hidup karena trauma masa lalu.
Latar/Setting
Terjadi pada zaman modern dengan berlatar belakang kehidupan berbagai masa: masa lalu, masa revolusi, dan masa penjajahan jepang maupun belanda. Cerita ini terjadi di Indonesia (Jakarta dan Bogor).
Alur
Alur cerita dalam novel Burung-Burung Manyar yaitu menggunakan alur maju, dimana setiap kejadian selalu bergerak maju sesuai dengan perputaran waktu.
Sudut Pandang
Tokoh Teto atau Satadewa dipandang sebagai pemuda yang gagal dalam hidupnya. Ia dianggap sebagai sosok yang sikapnya sesuai dengan burung-burung manyar. Ia lebih mengutamakan kepentingan bangsa Belanda dibanding dengan bangsanya sendiri, bahkan ia ikut serta dalam pemberontakan terhadap tentara Republik.
Tokoh Larasati adalah seorang wanita yang berpendidikan tinggi. Ia adalah seorang yang setia terhadap Nusa Bangsanya sendiri. Dalam hidupnya ia pergunakan untuk mengabdi terhadap Tanah Airnya.
Amanat
Pesan pengarang yaitu ingin memperlihatkan kepada masyarakat pada saat itu bahwa pengabdian terhadap Bangsa sendiri lebih baik dan lebih terhormat dari pada mengabdi kepada Bangsa lain (Belanda). Hal ini di contoh oleh tokoh yang bernama Satadewa yang dalam hidupnya mengabdikan diri kepada Belanda, akhirnya ia harus menanggung malu terhadap Bangsanya sendiri.
Gaya Penulisan/Majas
Bahasa yang digunakan dalam novel Burung-Burung Manyar adalah bahasa gaul atau bukan bahasa baku
MENELAAH KARYA SASTRA INDONESIA PERIODE 1980 – an
MENELAAH KARYA SASTRA INDONESIA
PERIODE 1980 – an
I. LATAR BELAKANG
Sastra Indonesia, adalah sebuah istilah yang melingkupi berbagai macam karya sastra di . Istilah "Indonesia" sendiri mempunyai arti yang saling melengkapi terutama dalam cakupan geografi dan sejarah poltik di wilayah tersebut.
Sastra Indonesia sendiri dapat merujuk pada sastra yang dibuat di wilayah . Sering juga secara luas dirujuk kepada sastra yang bahasa akarnya berdasarkan (dimana bahasa Indonesia adalah satu ). Dengan pengertian kedua maka sastra ini dapat juga diartikan sebagai sastra yang dibuat di wilayah (selain Indonesia, terdapat juga beberapa negara berbahasa Melayu).
Karya sastra di Indonesia di bagi kedalam beberapa periode yaitu Pujangga Lama, Sastra “Melayu Lama”, Angkatan Balai Pustaka,Pujangga Baru, Angkatan ‘45, Angkatan 50-an, Angkatan 66-70-an, Dasawarsa 80-an, Angkatan Reformasi
Dalam bab ini, akan dibahas karya sastra pada periode 80-an. Yaitu dengan menelaah karakteristik karya-karya sastra yang muncul pada angkatan tersebut. Mulai dari puisi, drama hingga novel.
Kelahiran periode 80-an bersifat mendobrak keberadaan. Dilahirkan dari konsepsi individual yang mengacu pada satu wawasan kelompok.Setelah melewati ujian bertahun-tahun Sutarji Colzoum Bahri mengatakan bahwa kata bukanlah alat pengantar pengertian, tetapi adalah pengertian itu sendiri.Kata bebas menentukan diri sendiri,bebas dari penjajahan dan bebas dari ide-ide.
Konsep di atas telah menitikberatkan pada kata, tetapi Danarto justru pada pendiriannya.Hal ini sangat menarik dan membawa pada pemikiran yang lain dalam wawasan yang estetik periode 80-an.Dimana pada periode sebelumnya telah terjadi pergeseran wawasan dan pergeseran estetik khususnya pada kata.Dasar tersebut menyebabkan lahirnya periode 80-an menekankan pada pemikiran dan cara penyampaian dalam karya sastra.
Periode 80-an ini merupakan sastra yang dinamik yang bergerak bersama masyarakat Indonesia untuk menuju kehidupannya yang baru dengan wawasan konstitusional.Seperti yang dikatakan Putu Wijaya bahwa kasusastraan itu adalah alat untuk mencurahkan makna agar dapat ditumpahkan pada manusia secara utuh dan makna itu hendaknya disalurkan agar mengalami proses mengembang dan mengempis masuk ke dalam kehidupan serta mengembangkan hal-hal yang sebelumnya belum terpikirkan oleh manusia.
Periode 80-an lahir dari konsepsi improvisasi dalam penggarapan karya sastra menuju hasil dan bobot maksimal serta baru dari konsep yang menentang pada satu kehidupan.Para sastrawan mengikuti perkembangan jaman yang dituntut adanya keberanian dan kreativitas untuk berkarya.Banyak karya sastra yang dijadikan drama drama radio.Pada periode 80-an ini karya sastra film juga berkembang pesat.Perfilman Indonesia banyak ditonton dan diminati oleh masyarakat dan para sutradara pun aktif menciptakan film-film baru.Misal film yang bertemakan percintaan remaja yaitu Gita Cinta SMA ini banyak mempunyai penggemar baik dikalangan muda maupun tua.
II. KARAKTERISTIK
2.1 Genre yang muncul prosa, puisi, drama, sajak, film, kritik, dan esai.
2.2 Pada sajak cenderung mengangkat tema tentang ketuhanan dan mistikisme.
2.3 Puisi yang dihasilkan bercorak spiritual religius.Misal Kubakar Cintaku karya Emba Ainun Najib.
2.4 Novel yang dihasilkan mendapat pengaruh kuat dari budaya barat, dimana tokoh utamanya mempunyai konflik dengan pemikiran timur dan mengalahkan tokoh antagonisnya.
2.5 Bahasa yang digunakan realistis, bahasa yang ada dimasyarakat dan romantis.
2.6 Karya sastra yang dihasilkan mengangkat masalah konsep kehidupan sosial masyarakat yang memuat kritik sosial, politik, dan budaya.
2.7 Para sastrawan menggunakan konsep improvisasi.
2.8 Dalam karya sastra terdapat konsepsi pembebasan kata dari pengertian aslinya.
III. PARA PENGARANG DAN KARYANYA
Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1980
• Ahmadun Yosi Herfanda
o Ladang Hijau (1980)
o Sajak Penari (1990)
o Sebelum Tertawa Dilarang (1997)
o Fragmen-fragmen Kekalahan (1997)
o Sembahyang Rumputan (1997)
• Y.B Mangunwijaya
o Burung-burung Manyar (1981)
• Darman Moenir
o Bako (1983)
o Dendang (1988)
• Budi Darma
o Olenka (1983)
o Rafilus (1988)
• Sindhunata
o Anak Bajang Menggiring Angin (1984)
• Arswendo Atmowiloto
o Canting (1986)
o Airlangga (1985)
o Akar Asap Neraka (1986)
o Anak Ratapan Insan (1985)
o Canting: sebuah roman keluarga (1986)
o Dua Ibu (1981)
o Dukun Tanpa Kemenyan (1986)
o Garem Koki (1986)
o Indonesia From The Air (1986)
o Lukisan Setangkai Mawar: 17 cerita pendek pengarang Aksara (1986)
o Pacar Ketinggalan Kereta (skenario dari novel "Kawinnya Juminten" (1985)
o Pengkhianatan G30S/PKI (1986)
o Saat-saat Kau Berbaring di Dadaku (1980)
o Senopati Pamungkas (1986/2003)
o Serangan Fajar: diangkat dari film yang memenangkan 6 piala Citra pada Festival Film Indonesia (1982)
o Telaah tentang Televisi (1986)
o Tembang Tanah Air (1989)
• Hilman Hariwijaya
o Lupus - 28 novel (1986-2007)
o Lupus Kecil - 13 novel (1989-2003)
o Olga Sepatu Roda (1992)
o Lupus ABG - 11 novel (1995-2005)
• Dorothea Rosa Herliany
o Nyanyian Gaduh (1987)
o Matahari yang Mengalir (1990)
o Kepompong Sunyi (1993)
o Nikah Ilalang (1995)
o Mimpi Gugur Daun Zaitun (1999)
• Gustaf Rizal
o Segi Empat Patah Sisi (1990)
o Segi Tiga Lepas Kaki (1991)
o Ben (1992)
o Kemilau Cahaya dan Perempuan Buta (1999)
• Remy Sylado
o Ca Bau Kan (1999)
o Kerudung Merah Kirmizi (2002)
• Ahmad Thohari
Ahmad Tohari dilahirkan di Banyumas, Jawa Tengah, 13 Juni 1948. Pernah bekerja sebagai redaktur majalah Keluarga dan Amanah.
Karya-karyanya: Kubah (1980; memenangkan hadiah Yayasan Buku Utama 1980), Ronggeng Dukuh Paruk (1982), Lintang Kemukus Dini Hari (1985), Jantera Bianglala (1986; meraih hadiah Yayasan Buku Utama 1986), Di Kaki Bukit Cibalak (1986; pemenang salah satu hadiah Sayembara Mengarang Roman Dewan Kesenian Jakarta 1979), Senyum Karyamin (1989), Bekisar Merah (1993), Kiai Sadrun Gugat (1995), Lingkar Tanah Lingkar Air (1995), Nyanyian Malam (2000). Novelis yang karya-karyanya telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa asing ini adalah salah seorang alumnus International Writing Program di Iowa University, Amerika Serikat, dan pada 1985 dianugerahi SEA Write Award.
Para pengarang yang dilahirkan oleh Horison, Kompas dan Suara Pembaruan dekade 1980-an, di antaranya : Leila S. Chudori dengan kumpulan cerpennya Malam Terakhir (Grafitti: 1989); Seno Gumira Adjidarma kumpulan cerpennya Manusia Kamar (Gramedia: 1989); dan Yanusa Nugroho dengan kumpulan cerpennya Bulan Bugil Bulat (Grafitti:1990).
IV. ANALISIS KARAKTERISTIK KARYA SASTRA NOVEL BURUNG – BURUNG MANYAR
Kisah seorang anak manusia yang merasa gagal dalam menjalani hidup karena trauma masa lalu. Terjadi pada zaman modern dengan berlatar belakang kehidupan berbagai masa: masa lalu, masa revolusi, dan masa penjajahan jepang maupun belanda. Cerita ini terjadi di Indonesia (Jakarta dan Bogor). Alur cerita dalam novel Burung-Burung Manyar yaitu menggunakan alur maju, dimana setiap kejadian selalu bergerak maju sesuai dengan perputaran waktu. Tokoh Teto atau Satadewa dipandang sebagai pemuda yang gagal dalam hidupnya. Ia dianggap sebagai sosok yang sikapnya sesuai dengan burung-burung manyar. Ia lebih mengutamakan kepentingan bangsa Belanda dibanding dengan bangsanya sendiri, bahkan ia ikut serta dalam pemberontakan terhadap tentara Republik.
Tokoh Larasati adalah seorang wanita yang berpendidikan tinggi. Ia adalah seorang yang setia terhadap Nusa Bangsanya sendiri. Dalam hidupnya ia pergunakan untuk mengabdi terhadap Tanah Airnya. Bahasa yang digunakan dalam novel Burung-Burung Manyar adalah bahasa gaul atau bukan bahasa baku. Pesan pengarang yaitu ingin memperlihatkan kepada masyarakat pada saat itu bahwa pengabdian terhadap Bangsa sendiri lebih baik dan lebih terhormat dari pada mengabdi kepada Bangsa lain (Belanda). Hal ini di contoh oleh tokoh yang bernama Satadewa yang dalam hidupnya mengabdikan diri kepada Belanda, akhirnya ia harus menanggung malu terhadap Bangsanya sendiri.
Karakteristik karya sastra Drama Naga Bonar yang dibintangi oleh Dedi Mizwar ini cenderung mengarah kearah perjuangan atau bersifat Nasionalisme. Dalam drama ini dikisahkan seorang pencopet yaitu Naga Bonar yang menjadi jendral yang membela daerahnya dari penjajahan Inggris.Drama ini lebih banyak bercerita tentang perjuangan pahlawan nasional dalam membela tanah airnya.Meskipun dalam drama ini banyak terdapat komedi atau cerita lucu tetapi cerita lucu disini mendidik tidak seperti cerita-cerita komedi sekarang ini yang membubuhi ceritanya dengan adegan porno.Drama Naga Bonar ini menggunakan dialek batak karena setting cerita ini berada di Sumatra.Jadi logat serta kebiasaan dan kebudayaan yang banyak ditonjolkan dalam drama ini adalah kebudayaan batak.Yang cara berbicaranya keras berbeda dengan orang jawa.
Karakteristik novel Kubah karya Imam Tohari ini memuat kritik sosial dan politik. Novel ini dibuat untuk mengkritik kebobrokan pemerintahan orde baru penuh dengan makar di mana-mana. Novel ini menceritakan Karman, seorang bekas tahanan politik akibat makar di tahun 1965. Penyebabnya adalah kekecewaan atas penolakan pinangan atas Rifah. Ia terjerumus ke aliran Marxisme yang notabene atheis. Berhari-hari ia dikejar polisi, sampai akhirnya ia tertangkap. Selama dua belas tahun ia terisolasi dari dunia luar. Keluar dari tahanan, ia berusaha merubah paradigma masyarakat Pegaten dengan membuat kubah masjid di sana.
Puisi ”Putih, Putih, Putih” adalah puisi yang bertema religius (keagamaan). Larik Putih, Putih, Putih adalah simbol kesucian yang mengacu pada warna jilbab kaum muslimah.Penyair menyebutkan kata-kata Padang Mashyar / padang penantian di depan pintu gerbang janji keabadian, untuk mengajak kita merenungkan bahwa semua manusia akan berkumpul di Padang Mshyar setelah hari kiamat untuk menjalani pengadilan.Semua tampak Putih, Putih, Putih yang bisa mengacu pada arwah yang berkumpul di padang itu. Di padang Mashyar itu, penyair membayangkan seribu jilbab, bahkan bermilyar-milyar jilbab. Padang itu menjadi lautan putih dan lautan cinta kasih. Penyair membayangkan seolah-olah seribu galaksi / hamparan jiwa suci / bersujud / Putih,
Putih, Putih. Dalam suasana hening penyair membayangkan alam raya / jagat segala jagat / bintang-bintang dan ruan kosong / mendengarkan panggilan itu.
Panggilan yang disebut oleh penyair adalah panggilan dari Tuhan di Padang mashyar dengan suara yang didengar oleh telinga seratus abad. Tuhan bersabda Wahai jiwa bening / wahai muthmainah / kembalilah pada Tuhanmu / Masuklah ke pihak-Ku / Masuklah sorgaku / Wahai telaga /yang bening / hingga tiada. Manusia yang suci dan Mutmainah berhak atas sorga dalam keabadian.
V. PENUTUP
Situasi periode 80-an masih diwarnai dengan aturan-aturan yang ketat dan politik masih berpengaruh. Hal ini dapat kita lihat di Taman Ismail Marzuki yang merupakan pusat kesenian tidak seleluasa seperti tahun-tahun sebelumnya. Karena beberapa pelanggaran pertunjukan kesenian yang terjadi. Majalah Djaja yang terkenal waktu itu berhenti terbit, padahal majalah tersebut memuat masalah-masalah budaya bangsa dan kesenian Indonesia.
Periode 80-an merupakan periode dimana Orde Baru semakin memantapkan posisi dengan slogan pengembangan negara. Ternyata sulit sekali mengidentifikasikan tahun tersebut. Yang terlihat jelas adalah figur kesenian kewalahan memperjuangkan diri menghadapi desakan ekonomi.
Demikian makalah tentang wawasan Nusantara yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR RUJUKAN
• (online)http://www.sumpahpalapa.com/ (lihat link sastra)
• (online)http://www.geocities.com/tumpal_feui/CIPTA.html
• (online)http://www.cybersastra.net/
• (online)Sastra Romantis dari Jogja
• Rosidi, Ajip.1986.Ikhtiar Sejarah Sastra.Bandung: Angkasa.
• Eneste, Panusuk.1988.Sastra untuk SMA.Jakarta: Djambatan.
PERIODE 1980 – an
I. LATAR BELAKANG
Sastra Indonesia, adalah sebuah istilah yang melingkupi berbagai macam karya sastra di . Istilah "Indonesia" sendiri mempunyai arti yang saling melengkapi terutama dalam cakupan geografi dan sejarah poltik di wilayah tersebut.
Sastra Indonesia sendiri dapat merujuk pada sastra yang dibuat di wilayah . Sering juga secara luas dirujuk kepada sastra yang bahasa akarnya berdasarkan (dimana bahasa Indonesia adalah satu ). Dengan pengertian kedua maka sastra ini dapat juga diartikan sebagai sastra yang dibuat di wilayah (selain Indonesia, terdapat juga beberapa negara berbahasa Melayu).
Karya sastra di Indonesia di bagi kedalam beberapa periode yaitu Pujangga Lama, Sastra “Melayu Lama”, Angkatan Balai Pustaka,Pujangga Baru, Angkatan ‘45, Angkatan 50-an, Angkatan 66-70-an, Dasawarsa 80-an, Angkatan Reformasi
Dalam bab ini, akan dibahas karya sastra pada periode 80-an. Yaitu dengan menelaah karakteristik karya-karya sastra yang muncul pada angkatan tersebut. Mulai dari puisi, drama hingga novel.
Kelahiran periode 80-an bersifat mendobrak keberadaan. Dilahirkan dari konsepsi individual yang mengacu pada satu wawasan kelompok.Setelah melewati ujian bertahun-tahun Sutarji Colzoum Bahri mengatakan bahwa kata bukanlah alat pengantar pengertian, tetapi adalah pengertian itu sendiri.Kata bebas menentukan diri sendiri,bebas dari penjajahan dan bebas dari ide-ide.
Konsep di atas telah menitikberatkan pada kata, tetapi Danarto justru pada pendiriannya.Hal ini sangat menarik dan membawa pada pemikiran yang lain dalam wawasan yang estetik periode 80-an.Dimana pada periode sebelumnya telah terjadi pergeseran wawasan dan pergeseran estetik khususnya pada kata.Dasar tersebut menyebabkan lahirnya periode 80-an menekankan pada pemikiran dan cara penyampaian dalam karya sastra.
Periode 80-an ini merupakan sastra yang dinamik yang bergerak bersama masyarakat Indonesia untuk menuju kehidupannya yang baru dengan wawasan konstitusional.Seperti yang dikatakan Putu Wijaya bahwa kasusastraan itu adalah alat untuk mencurahkan makna agar dapat ditumpahkan pada manusia secara utuh dan makna itu hendaknya disalurkan agar mengalami proses mengembang dan mengempis masuk ke dalam kehidupan serta mengembangkan hal-hal yang sebelumnya belum terpikirkan oleh manusia.
Periode 80-an lahir dari konsepsi improvisasi dalam penggarapan karya sastra menuju hasil dan bobot maksimal serta baru dari konsep yang menentang pada satu kehidupan.Para sastrawan mengikuti perkembangan jaman yang dituntut adanya keberanian dan kreativitas untuk berkarya.Banyak karya sastra yang dijadikan drama drama radio.Pada periode 80-an ini karya sastra film juga berkembang pesat.Perfilman Indonesia banyak ditonton dan diminati oleh masyarakat dan para sutradara pun aktif menciptakan film-film baru.Misal film yang bertemakan percintaan remaja yaitu Gita Cinta SMA ini banyak mempunyai penggemar baik dikalangan muda maupun tua.
II. KARAKTERISTIK
2.1 Genre yang muncul prosa, puisi, drama, sajak, film, kritik, dan esai.
2.2 Pada sajak cenderung mengangkat tema tentang ketuhanan dan mistikisme.
2.3 Puisi yang dihasilkan bercorak spiritual religius.Misal Kubakar Cintaku karya Emba Ainun Najib.
2.4 Novel yang dihasilkan mendapat pengaruh kuat dari budaya barat, dimana tokoh utamanya mempunyai konflik dengan pemikiran timur dan mengalahkan tokoh antagonisnya.
2.5 Bahasa yang digunakan realistis, bahasa yang ada dimasyarakat dan romantis.
2.6 Karya sastra yang dihasilkan mengangkat masalah konsep kehidupan sosial masyarakat yang memuat kritik sosial, politik, dan budaya.
2.7 Para sastrawan menggunakan konsep improvisasi.
2.8 Dalam karya sastra terdapat konsepsi pembebasan kata dari pengertian aslinya.
III. PARA PENGARANG DAN KARYANYA
Penulis dan Karya Sastra Angkatan 1980
• Ahmadun Yosi Herfanda
o Ladang Hijau (1980)
o Sajak Penari (1990)
o Sebelum Tertawa Dilarang (1997)
o Fragmen-fragmen Kekalahan (1997)
o Sembahyang Rumputan (1997)
• Y.B Mangunwijaya
o Burung-burung Manyar (1981)
• Darman Moenir
o Bako (1983)
o Dendang (1988)
• Budi Darma
o Olenka (1983)
o Rafilus (1988)
• Sindhunata
o Anak Bajang Menggiring Angin (1984)
• Arswendo Atmowiloto
o Canting (1986)
o Airlangga (1985)
o Akar Asap Neraka (1986)
o Anak Ratapan Insan (1985)
o Canting: sebuah roman keluarga (1986)
o Dua Ibu (1981)
o Dukun Tanpa Kemenyan (1986)
o Garem Koki (1986)
o Indonesia From The Air (1986)
o Lukisan Setangkai Mawar: 17 cerita pendek pengarang Aksara (1986)
o Pacar Ketinggalan Kereta (skenario dari novel "Kawinnya Juminten" (1985)
o Pengkhianatan G30S/PKI (1986)
o Saat-saat Kau Berbaring di Dadaku (1980)
o Senopati Pamungkas (1986/2003)
o Serangan Fajar: diangkat dari film yang memenangkan 6 piala Citra pada Festival Film Indonesia (1982)
o Telaah tentang Televisi (1986)
o Tembang Tanah Air (1989)
• Hilman Hariwijaya
o Lupus - 28 novel (1986-2007)
o Lupus Kecil - 13 novel (1989-2003)
o Olga Sepatu Roda (1992)
o Lupus ABG - 11 novel (1995-2005)
• Dorothea Rosa Herliany
o Nyanyian Gaduh (1987)
o Matahari yang Mengalir (1990)
o Kepompong Sunyi (1993)
o Nikah Ilalang (1995)
o Mimpi Gugur Daun Zaitun (1999)
• Gustaf Rizal
o Segi Empat Patah Sisi (1990)
o Segi Tiga Lepas Kaki (1991)
o Ben (1992)
o Kemilau Cahaya dan Perempuan Buta (1999)
• Remy Sylado
o Ca Bau Kan (1999)
o Kerudung Merah Kirmizi (2002)
• Ahmad Thohari
Ahmad Tohari dilahirkan di Banyumas, Jawa Tengah, 13 Juni 1948. Pernah bekerja sebagai redaktur majalah Keluarga dan Amanah.
Karya-karyanya: Kubah (1980; memenangkan hadiah Yayasan Buku Utama 1980), Ronggeng Dukuh Paruk (1982), Lintang Kemukus Dini Hari (1985), Jantera Bianglala (1986; meraih hadiah Yayasan Buku Utama 1986), Di Kaki Bukit Cibalak (1986; pemenang salah satu hadiah Sayembara Mengarang Roman Dewan Kesenian Jakarta 1979), Senyum Karyamin (1989), Bekisar Merah (1993), Kiai Sadrun Gugat (1995), Lingkar Tanah Lingkar Air (1995), Nyanyian Malam (2000). Novelis yang karya-karyanya telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa asing ini adalah salah seorang alumnus International Writing Program di Iowa University, Amerika Serikat, dan pada 1985 dianugerahi SEA Write Award.
Para pengarang yang dilahirkan oleh Horison, Kompas dan Suara Pembaruan dekade 1980-an, di antaranya : Leila S. Chudori dengan kumpulan cerpennya Malam Terakhir (Grafitti: 1989); Seno Gumira Adjidarma kumpulan cerpennya Manusia Kamar (Gramedia: 1989); dan Yanusa Nugroho dengan kumpulan cerpennya Bulan Bugil Bulat (Grafitti:1990).
IV. ANALISIS KARAKTERISTIK KARYA SASTRA NOVEL BURUNG – BURUNG MANYAR
Kisah seorang anak manusia yang merasa gagal dalam menjalani hidup karena trauma masa lalu. Terjadi pada zaman modern dengan berlatar belakang kehidupan berbagai masa: masa lalu, masa revolusi, dan masa penjajahan jepang maupun belanda. Cerita ini terjadi di Indonesia (Jakarta dan Bogor). Alur cerita dalam novel Burung-Burung Manyar yaitu menggunakan alur maju, dimana setiap kejadian selalu bergerak maju sesuai dengan perputaran waktu. Tokoh Teto atau Satadewa dipandang sebagai pemuda yang gagal dalam hidupnya. Ia dianggap sebagai sosok yang sikapnya sesuai dengan burung-burung manyar. Ia lebih mengutamakan kepentingan bangsa Belanda dibanding dengan bangsanya sendiri, bahkan ia ikut serta dalam pemberontakan terhadap tentara Republik.
Tokoh Larasati adalah seorang wanita yang berpendidikan tinggi. Ia adalah seorang yang setia terhadap Nusa Bangsanya sendiri. Dalam hidupnya ia pergunakan untuk mengabdi terhadap Tanah Airnya. Bahasa yang digunakan dalam novel Burung-Burung Manyar adalah bahasa gaul atau bukan bahasa baku. Pesan pengarang yaitu ingin memperlihatkan kepada masyarakat pada saat itu bahwa pengabdian terhadap Bangsa sendiri lebih baik dan lebih terhormat dari pada mengabdi kepada Bangsa lain (Belanda). Hal ini di contoh oleh tokoh yang bernama Satadewa yang dalam hidupnya mengabdikan diri kepada Belanda, akhirnya ia harus menanggung malu terhadap Bangsanya sendiri.
Karakteristik karya sastra Drama Naga Bonar yang dibintangi oleh Dedi Mizwar ini cenderung mengarah kearah perjuangan atau bersifat Nasionalisme. Dalam drama ini dikisahkan seorang pencopet yaitu Naga Bonar yang menjadi jendral yang membela daerahnya dari penjajahan Inggris.Drama ini lebih banyak bercerita tentang perjuangan pahlawan nasional dalam membela tanah airnya.Meskipun dalam drama ini banyak terdapat komedi atau cerita lucu tetapi cerita lucu disini mendidik tidak seperti cerita-cerita komedi sekarang ini yang membubuhi ceritanya dengan adegan porno.Drama Naga Bonar ini menggunakan dialek batak karena setting cerita ini berada di Sumatra.Jadi logat serta kebiasaan dan kebudayaan yang banyak ditonjolkan dalam drama ini adalah kebudayaan batak.Yang cara berbicaranya keras berbeda dengan orang jawa.
Karakteristik novel Kubah karya Imam Tohari ini memuat kritik sosial dan politik. Novel ini dibuat untuk mengkritik kebobrokan pemerintahan orde baru penuh dengan makar di mana-mana. Novel ini menceritakan Karman, seorang bekas tahanan politik akibat makar di tahun 1965. Penyebabnya adalah kekecewaan atas penolakan pinangan atas Rifah. Ia terjerumus ke aliran Marxisme yang notabene atheis. Berhari-hari ia dikejar polisi, sampai akhirnya ia tertangkap. Selama dua belas tahun ia terisolasi dari dunia luar. Keluar dari tahanan, ia berusaha merubah paradigma masyarakat Pegaten dengan membuat kubah masjid di sana.
Puisi ”Putih, Putih, Putih” adalah puisi yang bertema religius (keagamaan). Larik Putih, Putih, Putih adalah simbol kesucian yang mengacu pada warna jilbab kaum muslimah.Penyair menyebutkan kata-kata Padang Mashyar / padang penantian di depan pintu gerbang janji keabadian, untuk mengajak kita merenungkan bahwa semua manusia akan berkumpul di Padang Mshyar setelah hari kiamat untuk menjalani pengadilan.Semua tampak Putih, Putih, Putih yang bisa mengacu pada arwah yang berkumpul di padang itu. Di padang Mashyar itu, penyair membayangkan seribu jilbab, bahkan bermilyar-milyar jilbab. Padang itu menjadi lautan putih dan lautan cinta kasih. Penyair membayangkan seolah-olah seribu galaksi / hamparan jiwa suci / bersujud / Putih,
Putih, Putih. Dalam suasana hening penyair membayangkan alam raya / jagat segala jagat / bintang-bintang dan ruan kosong / mendengarkan panggilan itu.
Panggilan yang disebut oleh penyair adalah panggilan dari Tuhan di Padang mashyar dengan suara yang didengar oleh telinga seratus abad. Tuhan bersabda Wahai jiwa bening / wahai muthmainah / kembalilah pada Tuhanmu / Masuklah ke pihak-Ku / Masuklah sorgaku / Wahai telaga /yang bening / hingga tiada. Manusia yang suci dan Mutmainah berhak atas sorga dalam keabadian.
V. PENUTUP
Situasi periode 80-an masih diwarnai dengan aturan-aturan yang ketat dan politik masih berpengaruh. Hal ini dapat kita lihat di Taman Ismail Marzuki yang merupakan pusat kesenian tidak seleluasa seperti tahun-tahun sebelumnya. Karena beberapa pelanggaran pertunjukan kesenian yang terjadi. Majalah Djaja yang terkenal waktu itu berhenti terbit, padahal majalah tersebut memuat masalah-masalah budaya bangsa dan kesenian Indonesia.
Periode 80-an merupakan periode dimana Orde Baru semakin memantapkan posisi dengan slogan pengembangan negara. Ternyata sulit sekali mengidentifikasikan tahun tersebut. Yang terlihat jelas adalah figur kesenian kewalahan memperjuangkan diri menghadapi desakan ekonomi.
Demikian makalah tentang wawasan Nusantara yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR RUJUKAN
• (online)http://www.sumpahpalapa.com/ (lihat link sastra)
• (online)http://www.geocities.com/tumpal_feui/CIPTA.html
• (online)http://www.cybersastra.net/
• (online)Sastra Romantis dari Jogja
• Rosidi, Ajip.1986.Ikhtiar Sejarah Sastra.Bandung: Angkasa.
• Eneste, Panusuk.1988.Sastra untuk SMA.Jakarta: Djambatan.
Menyimak Cerpen
MENYIMAK CERPEN
Penyimak Yang Ideal
Menyimak pernah dianggap dan diperlakukan oleh para ahli, guru bahasa, dan orang awam sebagai suatu hal yang akan dikuasai oleh manusia normal pada waktunya. Perlakuan demikian didasari oleh asumsi bahwa keterampilan menyimak akan dikuasai secara otomatis. Sebagai mana orang dapat bernafas tanpa mempelajari cara bernafas, begitu pula menyimak tidak perlu dipelajari karena pada saatnya orang akan dapat menyimak. Penelitian mengenai menyimak jarang dilakukan. Buku teks jarang ditulis. Pada gilirannya pengajaran menyimak diabaikan.
Lama-kelamaan para ahli menyadari bahwa asumsi yang dipegang selama ini mengenai menyimak, ternyata keliru. Manusia memang dilahirkan dengan potensi dapat menyimak. Namun, potensi itu perlu dikembangkan melalui latihan sistematis, terarah, dan berkesinambungan supaya menjadi kenyataan. Potensi itu akan tetap merupakan potensi bila tidak dipupuk, dikembangkan, atau dibina.
Mulai tahun lima puluhan, menyimak mulai banyak diperhatikan. Menyimak dengan segala aspeknya diteliti. Buku teks menyimak bermunculan. Pengajaran menyimak mulai diperhatikan. Bahkan lebih dari itu, menyimak diperlakukan sebagai mata pelajaran yang mandiri. Sebagai mata pelajaran yang mandiri, menyimak dilaksanakan tersendiri. Tujuan, bahan, metode, media, dan penilaian menyimak direncanakan, dilaksanakan, dan dinilai tersendiri pula.
Dalam pokok bahasan faktor penentu keberhasilan menyimak, sudah dijelaskan faktor-faktor penentu keberhasilan menyimak itu mencakup:
(1) pembicara
(2) pembicaraan
(3) situasi
(4) penyimak
Faktor penyimak ini akan dibicarakan sekali lagi. Fokus pembicaraan mengenai ciri-ciri atau karakteristiknya.
Pengenalan, pemahaman, dan penghayatan ciri-ciri penyimak yang baik atau ideal sangat berguna bagi setiap penyimak. Bagi penyimak yang belum berpengalaman, pengetahuan tentang ciri penyimak ideal itu dapat digunakan sebagai pedoman dalam melatih diri menjadi penyimak yang ideal. Bagi penyimak yang sudah berpengalaman, pengetahuan tersebut dapat digunakan sebagai bahan perbandingan. Yang bersangkutaan dapat menggunakan hal yang dianggap perlu dan membuang hal yang dianggap tak perlu.
Dari hasil pengamatan penulis, paling sedikit ada lima belas ciri penyimak ideal. Berikut ini akan disajikan ciri-ciri tersebut beserta penjelasannya.
(1) Siap fisik dan mental
Penyimak yang baik adalah penyimak yang benar-benar bersiap untuk menyimak. Fisiknya segar, sehat, atau dalam kondisi prima. Mentalnya stabil, pikiran jernih.
(2) Berkonsentrasi
Penyimak yang baik adalah penyimak yang dapat memusatkan perhatiannyakepada bahan simakan. Yang bersangkutan harus dapat menyingkirkan hal-hal lain selain materi simakan.
(3) Bermotivasi
Penyimak yang baik selalu mempunyai motivasi yang kuat dalam menyimak. Yang bersangkutan mungkin mempunyai tujuan menambah pengetahuan, mau belajar tentang sesuatum mau menguji tentang sesuatu dan sebagainya. Hal itulah yang dijadikannya sebagai motivasi atau pemacu, pendorong, penggerak, dalam menyimak.
(4) Objektif
Penyimak yang baik adalah penyimak yang berprasangka, tidak berat sebelah. Yang bersangkutan bukan melihat siapa yang berbicara tetapi apa yang dikatakannya. Bila yang dikatakan itu memang benar, ia terima, bila salah, ia menolak siapapun yang mengatakannya.
(5) Menyeluruh
Penyimak yang baik ialah penyimak yang menyimak bahan simakan secara lengkap, utuh, atau menyeluruh. Ia tidak menyimak meloncat-loncat ataupun terputus-putus, atau hanya menyimak yang disenangi saja.
(6) Menghargai pembicara
Penyimak yang baik ialah penyimak yang menghargai pembicara. Ia tidak menganggap enteng, menyepelakan apa yang disampaikan oleh pembicara. Ia pun tidak mengaggap diri tahu segalanya dan pengetahuannya melebihi pembicara. Penyimak yang baik selalu menghargai pendapat pembicara, walaupun mungkin pendapat itu berbeda dengan pendapatnya.
(7) Selektif
Penyimak yang baik tahu memilih bagian-bagian penting dari bahan simakan yang perlu diperhatikan da diingat. Tidak semua bahan yang diterima diteln mentah-mentah, tetapi dipilihnya bagian–bagian yang bersifat inti.
(8) Sungguh-sungguh
Penyimak yang baik selalu menyimak bahan simakan dengan sesungguh hatinya. Ia tidak akan berpura-pura menyimak padahal hatinya dan perhatiannya ke tempat lain. Yang bersangkutan benar-benar menyimak pesan pembicara walau pesan itu kurang menarik baginya.
(9) Tak mudah terganggu
Penyimak yang baik tak mudah diganggu oleh hal-hal lain di luar bahan simakan. Yang bersangkutan dapat membentengi diri dari berbagai gangguan kecil seperti kebisingan. Kalaupun sekali waktu ia mendapat gangguan yang tak terelakan, ia dengan cepat kembali kepada tugas semula, yakni menyimak.
(10) Cepat menyesuaikan diri
Penyimak yang baik ialah penyimak yang tanggap terhadap situasi. Ia cepat menghayati dan menyesuaikan diri dengan inti pembicaraan, irama pembicaraan, dan gaya pembicara.
(11) Kenal arah pembicaraan
Penyimak yang baik selalu mengenal arah pembicaraan, bahkan sudah dapat menduga ke arah mana pembicaraan berlangsung. Biasanya, pada menit-menit pertama awal pembicaraan, penyimak yang baik sudah mengetahui arah pembicaraan dan barangkali sudah dapat menduga isi pembicaraan.
(12) Kontak dengan pembicara
Penyimak yang baik selalu mengadakan kontak dengan pembicara. Misalnya dengan cara memperhatikan pembicara, memberikan dukungan atau dorongan kepada pembicara melalui ucapan singkat, ya, ya; benar, saya setuju, atau saya sependapat, dan sebagainya. Hal yang sama dapat pula disampaikan melalui gerak-gerik tubuh seperti mengagguk-angguk, mengacungkan jempol dan sebagainya.
(13) Merangkum
Penyimak yang selalu dapat menangkap sebagian besar isi bahan simakan. Hal itu terbukti dari hasil rangkuman penyimak yang disampaikan secara lisan atau tertulis setelah proses menyimak selesai.
(14) Menilai
Penyimak yang baik selalu menilai, menguji, mengkaji, atau menelaah isi bahan simakan yang diterimanya. Fakta yang diterima dikaitkan atau dibandingkan dnegan pengetahuan dan pengalamannya.
(15) Merespons
Sebagai tindak lanjut dari kegiatan penilaian hasil simakan, penyimak menyatakan pendapat terhadap isi pembicaraan tersebut. Yang bersangkutan mungkin setuju atau tidak setuju, sependapat atau tidak sependapat dengan si pembicara. Reaksi atau tanggapn penyimak itu dapat berwujud dalam bentuk mengagguk-angguk, menggeleng-geleng, mengerjakan sesuatu, dan sebagainya.
Ciri-ciri penyimak ideal biasanya diterapkan kepada orang lain. Artinya, bila seseorang menilai apakah orang lain penyimak ideal atau tidak, maka penilai memeriksa karakteristik penyimak yang dinilainya. Patokan penilaian adalah ciri penyimak yang sudah dibicarakan
Penyimak Yang Ideal
Menyimak pernah dianggap dan diperlakukan oleh para ahli, guru bahasa, dan orang awam sebagai suatu hal yang akan dikuasai oleh manusia normal pada waktunya. Perlakuan demikian didasari oleh asumsi bahwa keterampilan menyimak akan dikuasai secara otomatis. Sebagai mana orang dapat bernafas tanpa mempelajari cara bernafas, begitu pula menyimak tidak perlu dipelajari karena pada saatnya orang akan dapat menyimak. Penelitian mengenai menyimak jarang dilakukan. Buku teks jarang ditulis. Pada gilirannya pengajaran menyimak diabaikan.
Lama-kelamaan para ahli menyadari bahwa asumsi yang dipegang selama ini mengenai menyimak, ternyata keliru. Manusia memang dilahirkan dengan potensi dapat menyimak. Namun, potensi itu perlu dikembangkan melalui latihan sistematis, terarah, dan berkesinambungan supaya menjadi kenyataan. Potensi itu akan tetap merupakan potensi bila tidak dipupuk, dikembangkan, atau dibina.
Mulai tahun lima puluhan, menyimak mulai banyak diperhatikan. Menyimak dengan segala aspeknya diteliti. Buku teks menyimak bermunculan. Pengajaran menyimak mulai diperhatikan. Bahkan lebih dari itu, menyimak diperlakukan sebagai mata pelajaran yang mandiri. Sebagai mata pelajaran yang mandiri, menyimak dilaksanakan tersendiri. Tujuan, bahan, metode, media, dan penilaian menyimak direncanakan, dilaksanakan, dan dinilai tersendiri pula.
Dalam pokok bahasan faktor penentu keberhasilan menyimak, sudah dijelaskan faktor-faktor penentu keberhasilan menyimak itu mencakup:
(1) pembicara
(2) pembicaraan
(3) situasi
(4) penyimak
Faktor penyimak ini akan dibicarakan sekali lagi. Fokus pembicaraan mengenai ciri-ciri atau karakteristiknya.
Pengenalan, pemahaman, dan penghayatan ciri-ciri penyimak yang baik atau ideal sangat berguna bagi setiap penyimak. Bagi penyimak yang belum berpengalaman, pengetahuan tentang ciri penyimak ideal itu dapat digunakan sebagai pedoman dalam melatih diri menjadi penyimak yang ideal. Bagi penyimak yang sudah berpengalaman, pengetahuan tersebut dapat digunakan sebagai bahan perbandingan. Yang bersangkutaan dapat menggunakan hal yang dianggap perlu dan membuang hal yang dianggap tak perlu.
Dari hasil pengamatan penulis, paling sedikit ada lima belas ciri penyimak ideal. Berikut ini akan disajikan ciri-ciri tersebut beserta penjelasannya.
(1) Siap fisik dan mental
Penyimak yang baik adalah penyimak yang benar-benar bersiap untuk menyimak. Fisiknya segar, sehat, atau dalam kondisi prima. Mentalnya stabil, pikiran jernih.
(2) Berkonsentrasi
Penyimak yang baik adalah penyimak yang dapat memusatkan perhatiannyakepada bahan simakan. Yang bersangkutan harus dapat menyingkirkan hal-hal lain selain materi simakan.
(3) Bermotivasi
Penyimak yang baik selalu mempunyai motivasi yang kuat dalam menyimak. Yang bersangkutan mungkin mempunyai tujuan menambah pengetahuan, mau belajar tentang sesuatum mau menguji tentang sesuatu dan sebagainya. Hal itulah yang dijadikannya sebagai motivasi atau pemacu, pendorong, penggerak, dalam menyimak.
(4) Objektif
Penyimak yang baik adalah penyimak yang berprasangka, tidak berat sebelah. Yang bersangkutan bukan melihat siapa yang berbicara tetapi apa yang dikatakannya. Bila yang dikatakan itu memang benar, ia terima, bila salah, ia menolak siapapun yang mengatakannya.
(5) Menyeluruh
Penyimak yang baik ialah penyimak yang menyimak bahan simakan secara lengkap, utuh, atau menyeluruh. Ia tidak menyimak meloncat-loncat ataupun terputus-putus, atau hanya menyimak yang disenangi saja.
(6) Menghargai pembicara
Penyimak yang baik ialah penyimak yang menghargai pembicara. Ia tidak menganggap enteng, menyepelakan apa yang disampaikan oleh pembicara. Ia pun tidak mengaggap diri tahu segalanya dan pengetahuannya melebihi pembicara. Penyimak yang baik selalu menghargai pendapat pembicara, walaupun mungkin pendapat itu berbeda dengan pendapatnya.
(7) Selektif
Penyimak yang baik tahu memilih bagian-bagian penting dari bahan simakan yang perlu diperhatikan da diingat. Tidak semua bahan yang diterima diteln mentah-mentah, tetapi dipilihnya bagian–bagian yang bersifat inti.
(8) Sungguh-sungguh
Penyimak yang baik selalu menyimak bahan simakan dengan sesungguh hatinya. Ia tidak akan berpura-pura menyimak padahal hatinya dan perhatiannya ke tempat lain. Yang bersangkutan benar-benar menyimak pesan pembicara walau pesan itu kurang menarik baginya.
(9) Tak mudah terganggu
Penyimak yang baik tak mudah diganggu oleh hal-hal lain di luar bahan simakan. Yang bersangkutan dapat membentengi diri dari berbagai gangguan kecil seperti kebisingan. Kalaupun sekali waktu ia mendapat gangguan yang tak terelakan, ia dengan cepat kembali kepada tugas semula, yakni menyimak.
(10) Cepat menyesuaikan diri
Penyimak yang baik ialah penyimak yang tanggap terhadap situasi. Ia cepat menghayati dan menyesuaikan diri dengan inti pembicaraan, irama pembicaraan, dan gaya pembicara.
(11) Kenal arah pembicaraan
Penyimak yang baik selalu mengenal arah pembicaraan, bahkan sudah dapat menduga ke arah mana pembicaraan berlangsung. Biasanya, pada menit-menit pertama awal pembicaraan, penyimak yang baik sudah mengetahui arah pembicaraan dan barangkali sudah dapat menduga isi pembicaraan.
(12) Kontak dengan pembicara
Penyimak yang baik selalu mengadakan kontak dengan pembicara. Misalnya dengan cara memperhatikan pembicara, memberikan dukungan atau dorongan kepada pembicara melalui ucapan singkat, ya, ya; benar, saya setuju, atau saya sependapat, dan sebagainya. Hal yang sama dapat pula disampaikan melalui gerak-gerik tubuh seperti mengagguk-angguk, mengacungkan jempol dan sebagainya.
(13) Merangkum
Penyimak yang selalu dapat menangkap sebagian besar isi bahan simakan. Hal itu terbukti dari hasil rangkuman penyimak yang disampaikan secara lisan atau tertulis setelah proses menyimak selesai.
(14) Menilai
Penyimak yang baik selalu menilai, menguji, mengkaji, atau menelaah isi bahan simakan yang diterimanya. Fakta yang diterima dikaitkan atau dibandingkan dnegan pengetahuan dan pengalamannya.
(15) Merespons
Sebagai tindak lanjut dari kegiatan penilaian hasil simakan, penyimak menyatakan pendapat terhadap isi pembicaraan tersebut. Yang bersangkutan mungkin setuju atau tidak setuju, sependapat atau tidak sependapat dengan si pembicara. Reaksi atau tanggapn penyimak itu dapat berwujud dalam bentuk mengagguk-angguk, menggeleng-geleng, mengerjakan sesuatu, dan sebagainya.
Ciri-ciri penyimak ideal biasanya diterapkan kepada orang lain. Artinya, bila seseorang menilai apakah orang lain penyimak ideal atau tidak, maka penilai memeriksa karakteristik penyimak yang dinilainya. Patokan penilaian adalah ciri penyimak yang sudah dibicarakan
Sabtu, 15 Januari 2011
RANGKUMAN TEORI SASTRA
RANGKUMAN TEORI SASTRA
SIFAT – SIFAT SASTRA
Salah satu batasan “Sastra” adalah segala yang tertulis dan tercetak.Edwin Greenlaw mendukung gagasan ini “Segala sesuatu yang berkaitan dengan sejarah kebudayaan termasuk dalam wilayah kita “.Ilmuwan sastra tidak terbatas pada cetakan atau tulisan dalam mempelajari periode atau kebudayaan dan kerja ilmuwan sastra harus dilihat dari sumbangannya pada sejarah sastra.Istilah “sastra”paling tepat diterapkan pada seni sastra,yaitu sastra sebagai karya imajinatif.Istilah lain “fiksi” dan “puisi” terlalu sempit pengertiannya.Istilah “Imajinatif” agak kurang cocok dan bias memberikan pengertian yang keliru.Sedangkan Bahasa adalah bahan baku kesusastraan, seperti batu dan tembaga untuk seni patung,cat untuk lukisan dan bunyi untuk seni musik.Tetapi harus disadari bahwa bahasa bukanlah benda mati melainkan ciptaan manusia dan mempunyai muatan budaya serta linguistik dari kelompok pemakai bahasa tertentu.
Bahasa Sastra penuh dengan ambiguitas dan homonim serta memiliki kategori-kategori yang tidak beraturan dan tidak rasional.Dengan kata lain bahasa sastra sangat konotatif sifatnya.Bahasa sastra bukan sekadar bahasa referential yang hanya mengacu pada satu hal tertentu.Bahasa sastra mempunyai fungsi ekspresif,menunjukkan nada dan sikap pembicara atau penulisnya.Bahasa sastra berusaha mempengaruhi ,membujuk dan pada akhirnya mengubah sikap pembaca.Yang dipentingkan dalam bahasa sastra adalah tanda,simbolisme suara dari kata-kata untuk mempengaruhi atau menarik perhatian pembaca kepada kata-kata karya sastra.
Sifat-sifat khas sastra muncul paling jelas bila dilihat dari aspek referensialnya.Genre sastra tradisional seperti lirik, epik, dan drama.Dalam ketiga jenis sastra itu, acuannya adalah dunia fiksiPernyataan dalam sebuah novel, puisi atau drama tidak dapat dianggap benar secara harfiah dan juga bukan merupakan proposisi logis.Organisasi, ekspresi pribadi, pengolahan dan penyampaian melalui medium, tujuan yang tidak praktis, fiksionalitas merupakan pengulangan dari istilah-istilah estetika yang sudah tua seperti kesatuan dalam keragaman, penciptaan kerangka seni, ciptaan, imajinasi dan kreasi.Tiap istilah mengacu pada aspek karya sastra,satu sifat khas dari kecenderungan semantik karya sastra tetapi tidak satu pun istilah di atas dengan sempurna menerangkan sifat sastra.Ada sebuah kesan umum yang timbul yaitu karya sastra bukan objek yang sederhana melainkan objek yang kompleks dan rumit.
Sastra mencerminkan kenyataan yang berarti Mimesis.Mimesis mempunyai maksud perhatian diarahkan kepada hubungan antara gambar dan apa yang digambarkan.Tetapi bila kita membaca teks-teks sastra,kita berhadapan dengan dengan tokoh-okoh dan situasi-situasi yang hanya terdapat dalam khayalan si pengarang. Tidak setiap teks mengandung unsur khayalan lalu menjadi teks fiksi.Bila kita menegaskan bahwa sebuah teks fiksi menciptakan suatu dunia sendiri yang harus kita bedakan dari kenyataan maka seketika timbul pertanyaan bagaiman ahubungan antara dunia itu dengan kenyataan.Dengan kata lain sejauh mana dunia fiksi berbeda dengan dunia nyata.Di sini fiksionalitas dijadikan tolak ukur untuk menentukan apa yang termasuk sastra dan apa yang tidak.
Tetapi tidak kurang pentingnya keterikatan seorang penulis,demikian pula pembaca yang diakibatkan oleh bahan-bahan yang mau tidak mau harus dipakai dalam karya itu yaitu bahasa.Bahasa sebelum dipakai penulis sudah merupakan sisem tanda,sistem semiotik.Setiap tanda,unsur bahasa itu mempunyai arti tertentu yang secara konvensi disetujui,diterima oleh anggota masyarakat dan mempunyai sistem kemaknaan yang berbeda-beda menurut bahasa yang kita pakai sebagai anggota sebuah masyarakat tertentu.
Dalam ilmu sastra modern (yang disebut strukturalissemiotik) peranan konvensi dalam perwujudan sastra dan karya sastra sangat ditekankan bukan sebagai sistem yang beku dan ketat tetapi sistem yang luwes dan penuh dinamika.Konvensi itu sangat berbeda-beda sifatnya ada yang sangat umum ada pula yang sangat khas dan spesifik dan yang terbatas pada jenis atau golongan karya sastra tertentu.
SIFAT – SIFAT SASTRA
Salah satu batasan “Sastra” adalah segala yang tertulis dan tercetak.Edwin Greenlaw mendukung gagasan ini “Segala sesuatu yang berkaitan dengan sejarah kebudayaan termasuk dalam wilayah kita “.Ilmuwan sastra tidak terbatas pada cetakan atau tulisan dalam mempelajari periode atau kebudayaan dan kerja ilmuwan sastra harus dilihat dari sumbangannya pada sejarah sastra.Istilah “sastra”paling tepat diterapkan pada seni sastra,yaitu sastra sebagai karya imajinatif.Istilah lain “fiksi” dan “puisi” terlalu sempit pengertiannya.Istilah “Imajinatif” agak kurang cocok dan bias memberikan pengertian yang keliru.Sedangkan Bahasa adalah bahan baku kesusastraan, seperti batu dan tembaga untuk seni patung,cat untuk lukisan dan bunyi untuk seni musik.Tetapi harus disadari bahwa bahasa bukanlah benda mati melainkan ciptaan manusia dan mempunyai muatan budaya serta linguistik dari kelompok pemakai bahasa tertentu.
Bahasa Sastra penuh dengan ambiguitas dan homonim serta memiliki kategori-kategori yang tidak beraturan dan tidak rasional.Dengan kata lain bahasa sastra sangat konotatif sifatnya.Bahasa sastra bukan sekadar bahasa referential yang hanya mengacu pada satu hal tertentu.Bahasa sastra mempunyai fungsi ekspresif,menunjukkan nada dan sikap pembicara atau penulisnya.Bahasa sastra berusaha mempengaruhi ,membujuk dan pada akhirnya mengubah sikap pembaca.Yang dipentingkan dalam bahasa sastra adalah tanda,simbolisme suara dari kata-kata untuk mempengaruhi atau menarik perhatian pembaca kepada kata-kata karya sastra.
Sifat-sifat khas sastra muncul paling jelas bila dilihat dari aspek referensialnya.Genre sastra tradisional seperti lirik, epik, dan drama.Dalam ketiga jenis sastra itu, acuannya adalah dunia fiksiPernyataan dalam sebuah novel, puisi atau drama tidak dapat dianggap benar secara harfiah dan juga bukan merupakan proposisi logis.Organisasi, ekspresi pribadi, pengolahan dan penyampaian melalui medium, tujuan yang tidak praktis, fiksionalitas merupakan pengulangan dari istilah-istilah estetika yang sudah tua seperti kesatuan dalam keragaman, penciptaan kerangka seni, ciptaan, imajinasi dan kreasi.Tiap istilah mengacu pada aspek karya sastra,satu sifat khas dari kecenderungan semantik karya sastra tetapi tidak satu pun istilah di atas dengan sempurna menerangkan sifat sastra.Ada sebuah kesan umum yang timbul yaitu karya sastra bukan objek yang sederhana melainkan objek yang kompleks dan rumit.
Sastra mencerminkan kenyataan yang berarti Mimesis.Mimesis mempunyai maksud perhatian diarahkan kepada hubungan antara gambar dan apa yang digambarkan.Tetapi bila kita membaca teks-teks sastra,kita berhadapan dengan dengan tokoh-okoh dan situasi-situasi yang hanya terdapat dalam khayalan si pengarang. Tidak setiap teks mengandung unsur khayalan lalu menjadi teks fiksi.Bila kita menegaskan bahwa sebuah teks fiksi menciptakan suatu dunia sendiri yang harus kita bedakan dari kenyataan maka seketika timbul pertanyaan bagaiman ahubungan antara dunia itu dengan kenyataan.Dengan kata lain sejauh mana dunia fiksi berbeda dengan dunia nyata.Di sini fiksionalitas dijadikan tolak ukur untuk menentukan apa yang termasuk sastra dan apa yang tidak.
Tetapi tidak kurang pentingnya keterikatan seorang penulis,demikian pula pembaca yang diakibatkan oleh bahan-bahan yang mau tidak mau harus dipakai dalam karya itu yaitu bahasa.Bahasa sebelum dipakai penulis sudah merupakan sisem tanda,sistem semiotik.Setiap tanda,unsur bahasa itu mempunyai arti tertentu yang secara konvensi disetujui,diterima oleh anggota masyarakat dan mempunyai sistem kemaknaan yang berbeda-beda menurut bahasa yang kita pakai sebagai anggota sebuah masyarakat tertentu.
Dalam ilmu sastra modern (yang disebut strukturalissemiotik) peranan konvensi dalam perwujudan sastra dan karya sastra sangat ditekankan bukan sebagai sistem yang beku dan ketat tetapi sistem yang luwes dan penuh dinamika.Konvensi itu sangat berbeda-beda sifatnya ada yang sangat umum ada pula yang sangat khas dan spesifik dan yang terbatas pada jenis atau golongan karya sastra tertentu.
Rabu, 12 Januari 2011
Cerpen PACARKU TUKANG OJEK – KU
“PACARKU TUKANG OJEK – KU”
Oleh : Adipta Novamta M (Majalah Kreatif SMA Gondang Tulungagung Edisi 59)
OST Sheila On7::Sephia>>Mungkin sekarang banyak cowok tuh yang rela ngelakuin apa aja halal or haram asal sang pujaan hatinya klepek-klepek ke dirinya.Nah,seperti yang kisah yang satu ini yang bercerita perjalanan Cinca cowok yang rela ngelakuin apa aja demi sang cewek.
Sang Mentari mulai menampakkan batang hidungnya.Hari ini hari yang cerah untuk memulai segala aktivitas .Tapi tidak dengan Si Toton yang masih enak mlungker diatas ranjangnya.Nah,otomatis nich sang Babe langsung-ae nyiram pake air biar Toton bangun.”Weee..tolong-tolong banjir!”teriak Toton.”Banjir pale loe! Cepat sana mandi pergi kesekolah! ”O..h Babe to kirain ada banjir”
Si Toton ini terkenal bodoh,pemalas,jelek,item,pokoknya yang jelek-jelek deh tapi dia itu jagonya naklukin hati cewek(kok bisa ya?).Disekolah Si Toton punya genk namanya GTK(Genk Katrok Kommunity) yang beranggotakan Toton,Dono,Deren.Mereka disebut genk itu amarga mereka overacting banget gitu.
“Hey,Ton Met pagi,Kenapa tuh mat aloe masih tembeb gitu?enggak mandi ya?”kata Deren.”Enggak mandi pale loe! Tadi gue enak-enak tidur disiram Babe gue!”.”Weee bagus donk loe pasti tadi kayak ayam gering ya?”.Udah jo bahas itu lagi gue boring!”sahut Si Toton.Lalu Si Dono dateng”Hey,choy apa kabar loe-loe semua?”.Ini lagi kutu kupret dateng!”.”Eh,jangan gitu donk ton!gini-gini gue punya pacar 2 tahu!”.”O..alah pasti pacar loe model drum semuane?”.”Syut..diam ada cewek cakep tuh?”.”We..e..Onde-onde!”emang sapa ya dia?gue kok gak pernah liat?”kata Toton.”Kalo gak salah dia itu si Rere anak kelas X-9 yang terkenal zemox”.”Wuiih,emang body gitar dari atas kayak Lindsay Lohan,Tengah Dewi persik,bawah Trio Macan.Wee,Onde-onde!”sahut Toton.”Oh,gue entar Tp-Tp ah dikelas X-9.Kalo gue pasti bisa ini lho jagonya naklukin cewek”kata Toton dengan sombong.
Si Toton langsung aze ngelancarin agresi pedekatenye.Dia pun udah persiapan 1 hari 1 malem tirakat.Si Toton puny aide buat dapetin hatinya Si Rere.Dia nyuruh 3 orang preman buat godain si Rere.Rencana pun dilakukan.Preman-preman tadi godain Si Rere.Otomatiskan Si Rere minta tolong nich,lha Si Toton pun dating kayak Superman lalu menghajar preman-preman itu dengan actingnya.”Hay,thanks ya?mungkin kalo gak ada kamu,aku tadi gak tahu jadi apa!”.Oh,sama-sama .Kitakan sesame manusia jadi harus tolong menolong”.”Eh,kenalin namaku Rere,kamu sapa?”.”Kalo aku Tori nama kerennya Toton!Eh,aku anterin ya pulang sampe kerumah kamu?”.
Semenjak kejadian itu Si Toton dan Rere tambah akrab aza.Sampai akhirnya Si Toton udah jadian ama Rere.”Hey Ton!loe udah jadian to ama Si Rere?”Tanya si Deren.”Ya,Donk sapa dulu sang Penakluk?”.”Wee,Selamat dech tapi entar kalo udah bosen kasih ke aku ya?”.”Beres itu bisa diatur!”.Saking saying dan Cincanya ama Rere,Si Toton selalu setia antar jemput Rere kesekolah,Les,mall dsb pake motor kesayangannya Si Jagur.Entah kenapa dia tidak menjual motor zaman Belandanya tersebut padahal Orang tua Toton termasuk orang terkaya didesanya.Katanya motor tersebut adalah motor warisan yang jika dijual akan sial 7 turunan.Pokoknya Si Toton tadi kayak tukang ojeknya Rere gitu.Suatu malam di saat Ultahnya Rere,Si Toton bikin kejutan untuk Si Rere.Dia bikin Spanduk besar didepan rumah Rere bertuliskan”Happy Birthday My Angel”Oh..so.Sweat.Emang Si Toton tipe cowok nyang Romantis gitu.Udah deh tambah sayang tuh Si Rere ama Toton.
Waktu demi waktu terlewati udah 6 bulan Toton jadian ama Si Rere.Keduanya terlihat mesra-mesra aja.Tapi apa yang terjadi saudara..saudara ternyata dibelakang Toton,Rere selingkuh ama cowok yang guanteng 100% disbanding Toton.Si Toton sich awalnya enggak percaya tapi lama-kelamaan dia penasaran juga.Si Toton lalu mengikuti Rere ke suatu Cafe yang terkenal dikalangan anak muda.Disana Si Toton melihat Si Rere bermesraan dengan pria lain.Oh,hancur dech hati Si Toton.Dia langsung nyamperin cowok itu dan Si Rere.”Hey,Re apa sich maksud loe bermesra-mesraan dengan dia?Dasar cewek munafik loe enggak anggap gue pacar loe?”.”Cowok apa?Gue dari dulu itu cuma jadiin loe sebagai Tukang Ojek gue!Gue itu udah muak liat mika loe yang katrok gitu!.Loe dapetin gue itu Alhamdulillah tapi bagi gue itu Musibah tahu!”.”Dasar Cewek…(sensor)!!”.
Kasihan banget dech nasib Si Toton,semenjak kejadian itu dia termenung sedih.Udah dijadiin Tukang Ojek e…di duain juga.Ya,itulah Cinta kadang bisa bikin senang kadang juga bikin sedih.Jadi pesen pengarang pilih pasangan yang terbaik bagi loe bukan dari fisik doing tapi juga hatinya.Ok!
Oleh : Adipta Novamta M (Majalah Kreatif SMA Gondang Tulungagung Edisi 59)
OST Sheila On7::Sephia>>Mungkin sekarang banyak cowok tuh yang rela ngelakuin apa aja halal or haram asal sang pujaan hatinya klepek-klepek ke dirinya.Nah,seperti yang kisah yang satu ini yang bercerita perjalanan Cinca cowok yang rela ngelakuin apa aja demi sang cewek.
Sang Mentari mulai menampakkan batang hidungnya.Hari ini hari yang cerah untuk memulai segala aktivitas .Tapi tidak dengan Si Toton yang masih enak mlungker diatas ranjangnya.Nah,otomatis nich sang Babe langsung-ae nyiram pake air biar Toton bangun.”Weee..tolong-tolong banjir!”teriak Toton.”Banjir pale loe! Cepat sana mandi pergi kesekolah! ”O..h Babe to kirain ada banjir”
Si Toton ini terkenal bodoh,pemalas,jelek,item,pokoknya yang jelek-jelek deh tapi dia itu jagonya naklukin hati cewek(kok bisa ya?).Disekolah Si Toton punya genk namanya GTK(Genk Katrok Kommunity) yang beranggotakan Toton,Dono,Deren.Mereka disebut genk itu amarga mereka overacting banget gitu.
“Hey,Ton Met pagi,Kenapa tuh mat aloe masih tembeb gitu?enggak mandi ya?”kata Deren.”Enggak mandi pale loe! Tadi gue enak-enak tidur disiram Babe gue!”.”Weee bagus donk loe pasti tadi kayak ayam gering ya?”.Udah jo bahas itu lagi gue boring!”sahut Si Toton.Lalu Si Dono dateng”Hey,choy apa kabar loe-loe semua?”.Ini lagi kutu kupret dateng!”.”Eh,jangan gitu donk ton!gini-gini gue punya pacar 2 tahu!”.”O..alah pasti pacar loe model drum semuane?”.”Syut..diam ada cewek cakep tuh?”.”We..e..Onde-onde!”emang sapa ya dia?gue kok gak pernah liat?”kata Toton.”Kalo gak salah dia itu si Rere anak kelas X-9 yang terkenal zemox”.”Wuiih,emang body gitar dari atas kayak Lindsay Lohan,Tengah Dewi persik,bawah Trio Macan.Wee,Onde-onde!”sahut Toton.”Oh,gue entar Tp-Tp ah dikelas X-9.Kalo gue pasti bisa ini lho jagonya naklukin cewek”kata Toton dengan sombong.
Si Toton langsung aze ngelancarin agresi pedekatenye.Dia pun udah persiapan 1 hari 1 malem tirakat.Si Toton puny aide buat dapetin hatinya Si Rere.Dia nyuruh 3 orang preman buat godain si Rere.Rencana pun dilakukan.Preman-preman tadi godain Si Rere.Otomatiskan Si Rere minta tolong nich,lha Si Toton pun dating kayak Superman lalu menghajar preman-preman itu dengan actingnya.”Hay,thanks ya?mungkin kalo gak ada kamu,aku tadi gak tahu jadi apa!”.Oh,sama-sama .Kitakan sesame manusia jadi harus tolong menolong”.”Eh,kenalin namaku Rere,kamu sapa?”.”Kalo aku Tori nama kerennya Toton!Eh,aku anterin ya pulang sampe kerumah kamu?”.
Semenjak kejadian itu Si Toton dan Rere tambah akrab aza.Sampai akhirnya Si Toton udah jadian ama Rere.”Hey Ton!loe udah jadian to ama Si Rere?”Tanya si Deren.”Ya,Donk sapa dulu sang Penakluk?”.”Wee,Selamat dech tapi entar kalo udah bosen kasih ke aku ya?”.”Beres itu bisa diatur!”.Saking saying dan Cincanya ama Rere,Si Toton selalu setia antar jemput Rere kesekolah,Les,mall dsb pake motor kesayangannya Si Jagur.Entah kenapa dia tidak menjual motor zaman Belandanya tersebut padahal Orang tua Toton termasuk orang terkaya didesanya.Katanya motor tersebut adalah motor warisan yang jika dijual akan sial 7 turunan.Pokoknya Si Toton tadi kayak tukang ojeknya Rere gitu.Suatu malam di saat Ultahnya Rere,Si Toton bikin kejutan untuk Si Rere.Dia bikin Spanduk besar didepan rumah Rere bertuliskan”Happy Birthday My Angel”Oh..so.Sweat.Emang Si Toton tipe cowok nyang Romantis gitu.Udah deh tambah sayang tuh Si Rere ama Toton.
Waktu demi waktu terlewati udah 6 bulan Toton jadian ama Si Rere.Keduanya terlihat mesra-mesra aja.Tapi apa yang terjadi saudara..saudara ternyata dibelakang Toton,Rere selingkuh ama cowok yang guanteng 100% disbanding Toton.Si Toton sich awalnya enggak percaya tapi lama-kelamaan dia penasaran juga.Si Toton lalu mengikuti Rere ke suatu Cafe yang terkenal dikalangan anak muda.Disana Si Toton melihat Si Rere bermesraan dengan pria lain.Oh,hancur dech hati Si Toton.Dia langsung nyamperin cowok itu dan Si Rere.”Hey,Re apa sich maksud loe bermesra-mesraan dengan dia?Dasar cewek munafik loe enggak anggap gue pacar loe?”.”Cowok apa?Gue dari dulu itu cuma jadiin loe sebagai Tukang Ojek gue!Gue itu udah muak liat mika loe yang katrok gitu!.Loe dapetin gue itu Alhamdulillah tapi bagi gue itu Musibah tahu!”.”Dasar Cewek…(sensor)!!”.
Kasihan banget dech nasib Si Toton,semenjak kejadian itu dia termenung sedih.Udah dijadiin Tukang Ojek e…di duain juga.Ya,itulah Cinta kadang bisa bikin senang kadang juga bikin sedih.Jadi pesen pengarang pilih pasangan yang terbaik bagi loe bukan dari fisik doing tapi juga hatinya.Ok!
Unsur – unsur Intrinsik Karya Sastra
Unsur – unsur Intrinsik Karya Sastra
1. Tema
Merupakan gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra dan yang terkandung di dalam teks sebagai stuktur semantis dan yang menyangkut persamaan-persamaan atau perbedaan-perbedaan. Tema disaring dari motif- motif yang terdapat dalam karya yang bersangkutan yang menentukan hadirnya peristiwa-peristiwa, konflik, dan situasi tertentu. Tema dalam banyak hal bersifat ”mengikat” kehadiran atau ketidakhadiran peristiwa, konflik serta situasi tertentu termasuk berbagai unsur intrinsik yang lain. Tema menjadi dasar pengembangan seluruh cerita, maka tema pun bersifat menjiwai seluruh bagian cerita itu. Tema mempunyai generalisasi yang umum, lebih luas dan abstrak.
2. Alur Cerita
Sebuah cerpen menyajikan sebuah cerita kepada pembacanya. Alur cerita ialah peristiwa yang jalin-menjalin berdasar atas urutan atau hubungan tertentu. Sebuah rangkaian peristiwa dapat terjalin berdasar atas urutan waktu, urutan kejadian, atau hubungan sebab-akibat. Jalin-menjalinnya berbagai peristiwa, baik secara linear atau lurus maupun secara kausalitas, sehingga membentuk satu kesatuan yang utuh, padu, dan bulat dalam suatu prosa fiksi. Lebih lanjut Stanton mengemukakan bahwa plot ialah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab-akibat, peristiwa yang disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain.Plot ialah peristiwa-peristiwa yang ditampilkan dalam cerita yang tidak bersifat sederhana, karena pengarang menyusun peristiwa-peristiwa itu berdasarkan kaitan sebab-akibat.
Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa alur cerita ialah jalinan peristiwa yang melatari sebuah prosa fiksi yang dihubungkan secara sebab-akibat.
3. Penokohan
Dalam pembicaraan sebuah cerita pendek sering dipergunakan istilah-istilah seperti tokoh dan penokohan, watak dan perwatakan, atau karakter dan karakterisasi secara bergantian dengan menunjuk pengertian yang hampir sama. Tokoh cerita ialah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama , yang oleh pembaca ditafsirkan memilki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diespresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Sedangkan penokohan ialah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita Dengan demikian, istilah penokohan lebih luas pengertiannya daripada tokoh atau perwatakan, sebab penokohan sekaligus mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan, dan bagaimana penempatan dan pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca. Penokohan sekaligus menunjuk pada teknik perwujudan dan pengembangan tokoh dalam sebuah cerita.
4. Setting
Sebuah cerita pada hakikatnya ialah peristiwa atau kejadian yang menimpa atau dilakukan oleh satu atau beberapa orang tokoh pada suatu waktu tertentu dan pada tempat tertentu. Menurut Nadjid (2003:25) latar ialah penempatan waktu dan tempat beserta lingkungannya dalam prosa fiksi Menurut Nurgiyantoro (2004:227—233) unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, antara lain sebagai berikut.
a. Latar TempatLatar tempat mengacu pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang dipergunakan mungkin berupa tempat – tempat dengan nama tertentu serta inisial tertentu.
b. Latar WaktuLatar waktu berhubungan dengan masalah ” kapan ” terjadinya peristiwa – peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Masalah ”kapan” teersebut biasanya dihubungkan dengan waktuc. Latar SosialLatar sosial mengacu pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku social masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup yang cukup kompleks serta dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap. Selain itu latar sosial juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan.
5. Sudut Pandang
Sudut pandang (point of view) merupakan strategi, teknik, siasat, yang secara sengaja dipilih pengarang untuk mengemukakan gagasan dan ceritanya. Segala sesuatu yang dikemukakan dalam karya fiksi memang milik pengarang, pandangan hidup, dan tafsirannya terhadap kehidupan. Namun kesemuanya itu dalam karya fiksi disalurkan lewat sudut pandang tokoh, lewat kacamata tokoh cerita. Sudut pandang adalah cara memandang tokoh-tokoh cerita dengan menempatkan dirinya pada posisi tertentu.
Ada beberapa pertanyaan yang dapat digunakan untuk membedakan sudut pandang. Pertanyaan tersebut antara lain sebagai berikut.
1. Siapa yang berbicara kepada pembaca (pengarang dalam persona ketiga atau pertama, salah satu pelaku dengan ”aku”, atau seperti tak seorang pun)?2. Dari posisi mana cerita itu dikisahkan (atas, tepi, pusat, depan atau berganti – ganti)?3. Saluran informasi apa yang dipergunakan narator untuk menyampaikan ceritanya kepada pembaca (kata-kata, pikirn, atau persepsi pengarang; kata-kata, tindakan, pikiran, perasaan, atau persepsi tokoh)?4. Sejauh mana narator menempatkan pembaca dari ceritanya (dekat, jauh, atau berganti-ganti)? Selain itu pembedaan sudut pandang juga dilihat dari bagaimana kehadiran cerita itu kepada pembaca: lebih bersifat penceritaan, telling, atau penunjukan, showing, naratif atau dramatik. Pembedaan sudut pandang yang akan dikemukakan berikut berdasarkan pembedaan yang telah umum dilakukan orang yaitu bentuk persona tokoh cerita: persona ketiga dan persona pertama.a. Sudut pandang persona ketiga : ”Dia”Pengisahan cerita yang menpergunakan sudut pandang persona ketiga gaya ”Dia”, narator adalah seorang yang berada di luar cerita yang menampilkan tokoh-tokoh cerita dengan menyebut nama, atau kata gantinya: ia, dia, mereka. Nama-nama tokoh cerita, khususnya yang utama, kerap atau terus menerus disebut, dan sebagai variasi dipergunakan kata ganti. Hal ini akan mempermudah pembaca untuk mengenali siapa tokoh yang diceritakan atau siapa yang bertindak. Sudut pandang ”dia”dapat dibedakan ke dalam dua golongan berdasarkan tingkat kebebasan dan keterikatan pengarang terhadap bahan ceritanya. Di satu pihak, pengarang, narator dapat bebas menceritakan segala sesuatu yang berhubungan dengan tokoh ”dia”, jadi bersifat mahatahu, di lain pihak ia terikat, mempunyai keterbatasan ”pengertian” terhadap tokoh ”dia” yang diceritakan itu, jadi bersifat terbatas, hanya selaku pengamat saja.1) ”Dia” mahatahuDalam sudut pandang ini, cerita dikisahkan dari sudut ”dia”, namun pengarang, narator dapat menceritakan apa saja hal-hal yang menyangkut tokoh ”dia” tersebut. Narator mengetahui segalanya, ia bersifat mahatahu (omniscient). Ia mengetahui berbagai hal tentang tokoh, peristiwa, dan tindakan, termasuk motivasi yang melatarbelakanginya. Ia bebas bergerak dan menceritakan apa saja dalam lingkup waktu dan tempat cerita, berpindah-pindah dari tokoh ”dia”yang satu ke ”dia” yang lain, menceritakan atau sebaliknya ”menyembunyikan” ucapan dan tindakan tokoh, bahkan juga yang hanya berupa pikiran, perasaan, pandangan, dan motivasi tokoh secara jelas, seperti halnya ucapan dan tindakan nyata.2) ”Dia” terbatas, ”Dia” sebagai pengamatDalam sudut pandang ”dia” terbatas, seperti halnya dalam”dia”mahatahu, pengarang melukiskan apa yang dilihat, didengar, dialami, dipikir, dan dirasakan oleh tokoh cerita, namun terbatas hanya pada seorang tokoh saja atau terbatas dalam jumlah yang sangat terbatas. Tokoh cerita mungkin saja cukup banyak, yang juga berupa tokoh ”dia”, namun mereka tidak diberi kesempatan untuk menunjukkan sosok dirinya seperti halnya tokoh pertama.
b. Sudut Pandang Persona Pertama: ”Aku”
Dalam pengisahan cerita yang mempergunakan sudut pandang persona pertama (first person point of view), ”aku”. Jadi: gaya ”aku”, narator adalah seseorang yang ikut terlibat dalam cerita. Ia adalah si ”aku” tokoh yang berkisah, mengisahkan kesadaran dirinya sendiri, mengisahkan peristiwa atau tindakan, yang diketahui,dilihat, didengar,dialami dan dirasakan, serta sikapnya terhadap orang (tokoh) lain kepada pembaca. Jadi, pembaca hanya dapat melihat dan merasakan secara terbatas seperti yang dilihat dan dirasakan tokoh si ”aku” tersebut.
1) ”Aku” tokoh utama
Dalam sudut pandang teknik ini, si ”aku” mengisahkan berbagai peristiwa dan tingkah laku yang dialaminya, baik yang bersifat batiniah, dalam diri sendiri, maupun fisik, hubungannya dengan sesuatu yang di luar dirinya. Si ”aku”menjadi fokus pusat kesadaran, pusat cerita. Segala sesuatu yang di luar diri si ”aku”, peristiwa, tindakan, dan orang, diceritakan hanya jika berhubungan dengan dirinya, di samping memiliki kebebasan untuk memilih masalah-masalah yang akan diceritakan. Dalam cerita yang demikian,si ”aku” menjadi tokoh utama (firstperson central).2) ”Aku” tokoh tambahanDalam sudut pandang ini, tokoh ”aku” muncul bukan sebagai tokoh utama, melainkan sebagai tokoh tambahan (first pesonal peripheral). Tokoh ”aku” hadir untuk membawakan cerita kepada pembaca, sedangkan tokoh cerita yang dikisahkan itu kemudian ”dibiarkan” untuk mengisahkan sendiri berbagai pengalamannya. Tokoh cerita yang dibiarkan berkisah sendiri itulah yang kemudian menjadi tokoh utama, sebab dialah yang lebih banyak tampil, membawakan berbagai peristiwa, tindakan, dan berhubungan dengan tokoh-tokoh lain. Setelah cerita tokoh utama habis, si ”aku”tambahan tampil kembali, dan dialah kini yang berkisah. Dengan demikian si ”aku” hanya tampil sebagai saksi saja. Saksi terhadap berlangsungnya cerita yang ditokohi oleh orang lain. Si ”aku” pada umumnya tampil sebagai pengantar dan penutup cerita.
6. Gaya Bahasa dan Nada
Bahasa dalam cerpen memilki peran ganda, bahasa tidak hanya berfungsi sebagaipenyampai gagasan pengarang. Namun juga sebagai penyampai perasaannya. Beberapa cara yang ditempuh oleh pengarang dalam memberdayakan bahasa cerpen ialah dengan menggunakan perbandingan, menghidupkan benda mati, melukiskan sesuatu dengan tidak sewajarnya, dan sebagainya. Itulah sebabnya, terkadang dalam karya sastra sering dijumpai kalimat-kalimat khas. Nada pada karya sastra merupakan ekspresi jiwa.
1. Tema
Merupakan gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra dan yang terkandung di dalam teks sebagai stuktur semantis dan yang menyangkut persamaan-persamaan atau perbedaan-perbedaan. Tema disaring dari motif- motif yang terdapat dalam karya yang bersangkutan yang menentukan hadirnya peristiwa-peristiwa, konflik, dan situasi tertentu. Tema dalam banyak hal bersifat ”mengikat” kehadiran atau ketidakhadiran peristiwa, konflik serta situasi tertentu termasuk berbagai unsur intrinsik yang lain. Tema menjadi dasar pengembangan seluruh cerita, maka tema pun bersifat menjiwai seluruh bagian cerita itu. Tema mempunyai generalisasi yang umum, lebih luas dan abstrak.
2. Alur Cerita
Sebuah cerpen menyajikan sebuah cerita kepada pembacanya. Alur cerita ialah peristiwa yang jalin-menjalin berdasar atas urutan atau hubungan tertentu. Sebuah rangkaian peristiwa dapat terjalin berdasar atas urutan waktu, urutan kejadian, atau hubungan sebab-akibat. Jalin-menjalinnya berbagai peristiwa, baik secara linear atau lurus maupun secara kausalitas, sehingga membentuk satu kesatuan yang utuh, padu, dan bulat dalam suatu prosa fiksi. Lebih lanjut Stanton mengemukakan bahwa plot ialah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab-akibat, peristiwa yang disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain.Plot ialah peristiwa-peristiwa yang ditampilkan dalam cerita yang tidak bersifat sederhana, karena pengarang menyusun peristiwa-peristiwa itu berdasarkan kaitan sebab-akibat.
Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa alur cerita ialah jalinan peristiwa yang melatari sebuah prosa fiksi yang dihubungkan secara sebab-akibat.
3. Penokohan
Dalam pembicaraan sebuah cerita pendek sering dipergunakan istilah-istilah seperti tokoh dan penokohan, watak dan perwatakan, atau karakter dan karakterisasi secara bergantian dengan menunjuk pengertian yang hampir sama. Tokoh cerita ialah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama , yang oleh pembaca ditafsirkan memilki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diespresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Sedangkan penokohan ialah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita Dengan demikian, istilah penokohan lebih luas pengertiannya daripada tokoh atau perwatakan, sebab penokohan sekaligus mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan, dan bagaimana penempatan dan pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca. Penokohan sekaligus menunjuk pada teknik perwujudan dan pengembangan tokoh dalam sebuah cerita.
4. Setting
Sebuah cerita pada hakikatnya ialah peristiwa atau kejadian yang menimpa atau dilakukan oleh satu atau beberapa orang tokoh pada suatu waktu tertentu dan pada tempat tertentu. Menurut Nadjid (2003:25) latar ialah penempatan waktu dan tempat beserta lingkungannya dalam prosa fiksi Menurut Nurgiyantoro (2004:227—233) unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, antara lain sebagai berikut.
a. Latar TempatLatar tempat mengacu pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang dipergunakan mungkin berupa tempat – tempat dengan nama tertentu serta inisial tertentu.
b. Latar WaktuLatar waktu berhubungan dengan masalah ” kapan ” terjadinya peristiwa – peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Masalah ”kapan” teersebut biasanya dihubungkan dengan waktuc. Latar SosialLatar sosial mengacu pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku social masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup yang cukup kompleks serta dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap. Selain itu latar sosial juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan.
5. Sudut Pandang
Sudut pandang (point of view) merupakan strategi, teknik, siasat, yang secara sengaja dipilih pengarang untuk mengemukakan gagasan dan ceritanya. Segala sesuatu yang dikemukakan dalam karya fiksi memang milik pengarang, pandangan hidup, dan tafsirannya terhadap kehidupan. Namun kesemuanya itu dalam karya fiksi disalurkan lewat sudut pandang tokoh, lewat kacamata tokoh cerita. Sudut pandang adalah cara memandang tokoh-tokoh cerita dengan menempatkan dirinya pada posisi tertentu.
Ada beberapa pertanyaan yang dapat digunakan untuk membedakan sudut pandang. Pertanyaan tersebut antara lain sebagai berikut.
1. Siapa yang berbicara kepada pembaca (pengarang dalam persona ketiga atau pertama, salah satu pelaku dengan ”aku”, atau seperti tak seorang pun)?2. Dari posisi mana cerita itu dikisahkan (atas, tepi, pusat, depan atau berganti – ganti)?3. Saluran informasi apa yang dipergunakan narator untuk menyampaikan ceritanya kepada pembaca (kata-kata, pikirn, atau persepsi pengarang; kata-kata, tindakan, pikiran, perasaan, atau persepsi tokoh)?4. Sejauh mana narator menempatkan pembaca dari ceritanya (dekat, jauh, atau berganti-ganti)? Selain itu pembedaan sudut pandang juga dilihat dari bagaimana kehadiran cerita itu kepada pembaca: lebih bersifat penceritaan, telling, atau penunjukan, showing, naratif atau dramatik. Pembedaan sudut pandang yang akan dikemukakan berikut berdasarkan pembedaan yang telah umum dilakukan orang yaitu bentuk persona tokoh cerita: persona ketiga dan persona pertama.a. Sudut pandang persona ketiga : ”Dia”Pengisahan cerita yang menpergunakan sudut pandang persona ketiga gaya ”Dia”, narator adalah seorang yang berada di luar cerita yang menampilkan tokoh-tokoh cerita dengan menyebut nama, atau kata gantinya: ia, dia, mereka. Nama-nama tokoh cerita, khususnya yang utama, kerap atau terus menerus disebut, dan sebagai variasi dipergunakan kata ganti. Hal ini akan mempermudah pembaca untuk mengenali siapa tokoh yang diceritakan atau siapa yang bertindak. Sudut pandang ”dia”dapat dibedakan ke dalam dua golongan berdasarkan tingkat kebebasan dan keterikatan pengarang terhadap bahan ceritanya. Di satu pihak, pengarang, narator dapat bebas menceritakan segala sesuatu yang berhubungan dengan tokoh ”dia”, jadi bersifat mahatahu, di lain pihak ia terikat, mempunyai keterbatasan ”pengertian” terhadap tokoh ”dia” yang diceritakan itu, jadi bersifat terbatas, hanya selaku pengamat saja.1) ”Dia” mahatahuDalam sudut pandang ini, cerita dikisahkan dari sudut ”dia”, namun pengarang, narator dapat menceritakan apa saja hal-hal yang menyangkut tokoh ”dia” tersebut. Narator mengetahui segalanya, ia bersifat mahatahu (omniscient). Ia mengetahui berbagai hal tentang tokoh, peristiwa, dan tindakan, termasuk motivasi yang melatarbelakanginya. Ia bebas bergerak dan menceritakan apa saja dalam lingkup waktu dan tempat cerita, berpindah-pindah dari tokoh ”dia”yang satu ke ”dia” yang lain, menceritakan atau sebaliknya ”menyembunyikan” ucapan dan tindakan tokoh, bahkan juga yang hanya berupa pikiran, perasaan, pandangan, dan motivasi tokoh secara jelas, seperti halnya ucapan dan tindakan nyata.2) ”Dia” terbatas, ”Dia” sebagai pengamatDalam sudut pandang ”dia” terbatas, seperti halnya dalam”dia”mahatahu, pengarang melukiskan apa yang dilihat, didengar, dialami, dipikir, dan dirasakan oleh tokoh cerita, namun terbatas hanya pada seorang tokoh saja atau terbatas dalam jumlah yang sangat terbatas. Tokoh cerita mungkin saja cukup banyak, yang juga berupa tokoh ”dia”, namun mereka tidak diberi kesempatan untuk menunjukkan sosok dirinya seperti halnya tokoh pertama.
b. Sudut Pandang Persona Pertama: ”Aku”
Dalam pengisahan cerita yang mempergunakan sudut pandang persona pertama (first person point of view), ”aku”. Jadi: gaya ”aku”, narator adalah seseorang yang ikut terlibat dalam cerita. Ia adalah si ”aku” tokoh yang berkisah, mengisahkan kesadaran dirinya sendiri, mengisahkan peristiwa atau tindakan, yang diketahui,dilihat, didengar,dialami dan dirasakan, serta sikapnya terhadap orang (tokoh) lain kepada pembaca. Jadi, pembaca hanya dapat melihat dan merasakan secara terbatas seperti yang dilihat dan dirasakan tokoh si ”aku” tersebut.
1) ”Aku” tokoh utama
Dalam sudut pandang teknik ini, si ”aku” mengisahkan berbagai peristiwa dan tingkah laku yang dialaminya, baik yang bersifat batiniah, dalam diri sendiri, maupun fisik, hubungannya dengan sesuatu yang di luar dirinya. Si ”aku”menjadi fokus pusat kesadaran, pusat cerita. Segala sesuatu yang di luar diri si ”aku”, peristiwa, tindakan, dan orang, diceritakan hanya jika berhubungan dengan dirinya, di samping memiliki kebebasan untuk memilih masalah-masalah yang akan diceritakan. Dalam cerita yang demikian,si ”aku” menjadi tokoh utama (firstperson central).2) ”Aku” tokoh tambahanDalam sudut pandang ini, tokoh ”aku” muncul bukan sebagai tokoh utama, melainkan sebagai tokoh tambahan (first pesonal peripheral). Tokoh ”aku” hadir untuk membawakan cerita kepada pembaca, sedangkan tokoh cerita yang dikisahkan itu kemudian ”dibiarkan” untuk mengisahkan sendiri berbagai pengalamannya. Tokoh cerita yang dibiarkan berkisah sendiri itulah yang kemudian menjadi tokoh utama, sebab dialah yang lebih banyak tampil, membawakan berbagai peristiwa, tindakan, dan berhubungan dengan tokoh-tokoh lain. Setelah cerita tokoh utama habis, si ”aku”tambahan tampil kembali, dan dialah kini yang berkisah. Dengan demikian si ”aku” hanya tampil sebagai saksi saja. Saksi terhadap berlangsungnya cerita yang ditokohi oleh orang lain. Si ”aku” pada umumnya tampil sebagai pengantar dan penutup cerita.
6. Gaya Bahasa dan Nada
Bahasa dalam cerpen memilki peran ganda, bahasa tidak hanya berfungsi sebagaipenyampai gagasan pengarang. Namun juga sebagai penyampai perasaannya. Beberapa cara yang ditempuh oleh pengarang dalam memberdayakan bahasa cerpen ialah dengan menggunakan perbandingan, menghidupkan benda mati, melukiskan sesuatu dengan tidak sewajarnya, dan sebagainya. Itulah sebabnya, terkadang dalam karya sastra sering dijumpai kalimat-kalimat khas. Nada pada karya sastra merupakan ekspresi jiwa.
Sabtu, 08 Januari 2011
Cerpen Cinta"The Story of Love"
“The Story Of Love”
Saat tahun pelajaran baru aku pindah sekolah karena mengikuti orang tuaku yang pindah tempat kerja .Disinilah awal cerita cintaku dimulai.Bel tanda masuk telah berbunyi aku dengan sedikit ragu melangkahkan kaki ku kedalam kelas ditemani oleh seorang wali kelas.”Nah anak–anak hari ini kedatangan seorang murid baru dari Jogja,selanjutnya kita persilahkan dia untuk memperkenalkan dirinya“kata Bu Endang guru kimia yang merangkap sebagai wali kelas“Baiklah,saya akan memperkenalkan diri saya. Nama saya Diajeng Putri Ningtyas.Saya biasa dipanggil Tyas,saya pindah kesini karena mengikuti orang tua”kataku.“Ok,perkenalannya cukup segitu saja untuk selanjutnya kamu bisa duduk disamping Evant”suruh Bu Endang. Tiba –tiba seorang anak berdiri dan mengangkat tangan.Anak itulah yang bernama Evant.Sambil berucap”Saya tidak setuju Bu!saya tidak ingin dia duduk disebelah saya!ibu tahu sendirikan tidak ada yang bisa menggantikan tempat duduk Echa disebelah saya!”.“Evant,keras kepala sekali kamu padahal Tyas cuma berbagi tempat duduk dengan kamu tapi daripada menimbulkan masalah,Tyas lebih baik kamu duduk disebelah Junot!”kata Bu Endang dengan kesal.”Baik Bu”jawabku.Padahal kupikir bisa duduk disebelah Evant tapi dia sombong banget.
“Hai,gue Junot nama kamu Tyas ya?udah masalah Evant tadi gak usah dipikirin.Si Evant itu emang gitu orangnya.Sejak kematian ceweknya yang namanya Echa enggak ada seorang cewek pun yang bisa mendekatinya”kata Junot.”Ya ,namaku Tyas .Nama kamu Junot?nama yang bagus,maksud kamu tadi dengan kematian ceweknya itu apa? “tanyaku.“Nanti aku ceritain waktu istirahat di kantin dech,sebagai tanda perkenalan kita
aku akan traktir kamu.Sekarang mendingan kita dengerin pelajarannya bu Endang ini ,soalnya dia termasuk dalam 10 guru paling galak di SMAN ini” kata Junot. Saat istirahat tiba aku kekantin sama Junot membicarakan masalah tentang Evant yang tadi .”Eh ,Junot gimana tentang cerita kamu yang tadi?kamu lanjutin dong?”pintaku.“Ok-ok,gini ya ceritanya awalnya dulu si Evant itu punya cewek namanya Echa itu Tapi Evant itu dulunya play boy padahal Echa itu cewek yang perfect banget tapi sama Evant,Echa cuma dibuat main–main.Saat ulang tahunnya Echa,Evant itu malah dateng ke pestanya dengan menggandeng cewek lain.Ya,marahlah si Echa tadi terus dia lari kejalan tanpa mikirin keadaan sekitar.Tiba –tiba ada mobil yang melaju dengan kencang menuju ke arahnya. Echa meninggal akibat tabrakan itu, Evant yang sangat terpukul karena kejadian tersebut.Sejak saat itu menutup dirinya dari cewek dan berjanji enggak akan mendekati cewek manapun lagi dalam hidupnya dia hanya milik Echa seorang yang dulu pernah mencintainya dan duduk satu bangku dengannya.Kejadian itu terjadi setengah tahun yang lalu.Aku yang dari kecil udah kenal banget sama dia tahu banget sifatnya”kata junot. “jadi gitu ya?”pikirku yang tanpa sadar aku jadi trenyuh mendengar cerita dari Junot.Bel masuk pun berbunyi ,dikelas aku terus menatap Evant.Dia terus kuperhatikan sehingga tanpa sadar aku sudah dipanggil guruku sampe tiga kali.
Sampai dirumah aku masih terbayang cerita dari Junot tadi.Aku merasa dalam diri Evant dia diliputi rasa bersalah atas kematian Echa. Besoknya saat masuk sekolah tiba- tuba Junot datang dengan mengagetkanku.”Hai!,ini loh aku kasih kamu undangan ultahku.Dateng ya besok malem?acaranya seru kok,asik dech pokoknya.Evant juga dateng loh “.“Apa sich maksud loch?enggak penting banget”kataku.”Awas loh kalo enggak datang!gue kawinin ama kambing..he..he”katanya sambil berlari.Karena saat itu aku lempar dia pake kamus.
Pesta yang diadain sama Junot memang sangat meriah banget,yang mulai dari band,child,atau lainnya bener-bener asik.Tapi ada seorang cowok yang sejak tadi kuperhatikan.Dia terus menatap bintang yang ada dilangit seolah-olah bintang itu mengerti akan kesedihannya.Pesta yang meriah ini pun akhirnya selesai.Aku yang pulangnya tidak ada yang menjemput minta bantuan sama Junot agar mengantarku pulang.Tapi dia malah menyuruh Evant agar yang mengantarku pulang.Lalu terjadilah keributan antara Evant dengan Junot.”Heh, you kan tahu Not kalo gue enggak mau ngedeketin cewek selain Echa!”kata Evant.”Eh,Vant tapi Echa itu udah mati!kamu sadar enggak sich?”bentak Junot.”You itu kalo ngomong jangan sembarangan ya!bagiku selamanya Echa itu masih hidup.Kalo nomong itu diatur!jaga itu mulut!”kata Evant.”Heh!kalian berdua bisa enggak sich berhenti bertengkarnya!.Kalo enggak ada yang mau anterin ya udah aku engak apa-apa kok naik kendaraan umum”kataku.”Tapi Tyas malem-malem gini naik angkot itu berbahaya”kata Junot.”Junot ngapain juga kamu mikirin Tyas sampe segitunya,biarin aja dia naik angkot,peduli apa?”kata Evant.Aku yang saat itu kesal sama kata-katanya Evant barusan langsung lari meninggalkan mereka berdua.”Vant!loe nyadar enggak sich kata-kata loe yang barusan itu nyakitin Tyas tahu!.Mendingan loe kejar dech Tyas daripada dia ada apa-apa.Loe enggak mau kan kejadian yang dulu terulang lagi”kata Junot.
Saat itu aku berlari tanpa peduliin apapun dan tanpa sadar ada mobil yang melaju dengan cepat menuju kearahku.Saat itu kupikir aku akan mati tapi disaat-saat terakhir Evant menyelamatkanku.Dia mendorongku menjauh dari mobil itu tapi dia jadi tidak bisa menghindari mobil tersebut.
Evant langsung dilarikan kerumah sakit.Aku berharap tidak terjadi apa-apa.Karena perbuatankulah yang menyebabkan dia menjadi seperti sekarang ini.”Kumohon Evant kamu cepatlah sadar”kataku lirih.Beberpa saat kemudia Evant sadar.Aku dan Junot diberi kesempatan untuk menemuinya.”Tyas,maafin perbuatanku selama ini ke kamu ya?kamu tahu enggak aku tadi bertemu dengan Echa dalam mimpiku .Dia sudah maafin aku,dia juga punya satu permintaan untuk kamu.Dia pingin kamu menggantikannya disisiku”.
Saat tahun pelajaran baru aku pindah sekolah karena mengikuti orang tuaku yang pindah tempat kerja .Disinilah awal cerita cintaku dimulai.Bel tanda masuk telah berbunyi aku dengan sedikit ragu melangkahkan kaki ku kedalam kelas ditemani oleh seorang wali kelas.”Nah anak–anak hari ini kedatangan seorang murid baru dari Jogja,selanjutnya kita persilahkan dia untuk memperkenalkan dirinya“kata Bu Endang guru kimia yang merangkap sebagai wali kelas“Baiklah,saya akan memperkenalkan diri saya. Nama saya Diajeng Putri Ningtyas.Saya biasa dipanggil Tyas,saya pindah kesini karena mengikuti orang tua”kataku.“Ok,perkenalannya cukup segitu saja untuk selanjutnya kamu bisa duduk disamping Evant”suruh Bu Endang. Tiba –tiba seorang anak berdiri dan mengangkat tangan.Anak itulah yang bernama Evant.Sambil berucap”Saya tidak setuju Bu!saya tidak ingin dia duduk disebelah saya!ibu tahu sendirikan tidak ada yang bisa menggantikan tempat duduk Echa disebelah saya!”.“Evant,keras kepala sekali kamu padahal Tyas cuma berbagi tempat duduk dengan kamu tapi daripada menimbulkan masalah,Tyas lebih baik kamu duduk disebelah Junot!”kata Bu Endang dengan kesal.”Baik Bu”jawabku.Padahal kupikir bisa duduk disebelah Evant tapi dia sombong banget.
“Hai,gue Junot nama kamu Tyas ya?udah masalah Evant tadi gak usah dipikirin.Si Evant itu emang gitu orangnya.Sejak kematian ceweknya yang namanya Echa enggak ada seorang cewek pun yang bisa mendekatinya”kata Junot.”Ya ,namaku Tyas .Nama kamu Junot?nama yang bagus,maksud kamu tadi dengan kematian ceweknya itu apa? “tanyaku.“Nanti aku ceritain waktu istirahat di kantin dech,sebagai tanda perkenalan kita
aku akan traktir kamu.Sekarang mendingan kita dengerin pelajarannya bu Endang ini ,soalnya dia termasuk dalam 10 guru paling galak di SMAN ini” kata Junot. Saat istirahat tiba aku kekantin sama Junot membicarakan masalah tentang Evant yang tadi .”Eh ,Junot gimana tentang cerita kamu yang tadi?kamu lanjutin dong?”pintaku.“Ok-ok,gini ya ceritanya awalnya dulu si Evant itu punya cewek namanya Echa itu Tapi Evant itu dulunya play boy padahal Echa itu cewek yang perfect banget tapi sama Evant,Echa cuma dibuat main–main.Saat ulang tahunnya Echa,Evant itu malah dateng ke pestanya dengan menggandeng cewek lain.Ya,marahlah si Echa tadi terus dia lari kejalan tanpa mikirin keadaan sekitar.Tiba –tiba ada mobil yang melaju dengan kencang menuju ke arahnya. Echa meninggal akibat tabrakan itu, Evant yang sangat terpukul karena kejadian tersebut.Sejak saat itu menutup dirinya dari cewek dan berjanji enggak akan mendekati cewek manapun lagi dalam hidupnya dia hanya milik Echa seorang yang dulu pernah mencintainya dan duduk satu bangku dengannya.Kejadian itu terjadi setengah tahun yang lalu.Aku yang dari kecil udah kenal banget sama dia tahu banget sifatnya”kata junot. “jadi gitu ya?”pikirku yang tanpa sadar aku jadi trenyuh mendengar cerita dari Junot.Bel masuk pun berbunyi ,dikelas aku terus menatap Evant.Dia terus kuperhatikan sehingga tanpa sadar aku sudah dipanggil guruku sampe tiga kali.
Sampai dirumah aku masih terbayang cerita dari Junot tadi.Aku merasa dalam diri Evant dia diliputi rasa bersalah atas kematian Echa. Besoknya saat masuk sekolah tiba- tuba Junot datang dengan mengagetkanku.”Hai!,ini loh aku kasih kamu undangan ultahku.Dateng ya besok malem?acaranya seru kok,asik dech pokoknya.Evant juga dateng loh “.“Apa sich maksud loch?enggak penting banget”kataku.”Awas loh kalo enggak datang!gue kawinin ama kambing..he..he”katanya sambil berlari.Karena saat itu aku lempar dia pake kamus.
Pesta yang diadain sama Junot memang sangat meriah banget,yang mulai dari band,child,atau lainnya bener-bener asik.Tapi ada seorang cowok yang sejak tadi kuperhatikan.Dia terus menatap bintang yang ada dilangit seolah-olah bintang itu mengerti akan kesedihannya.Pesta yang meriah ini pun akhirnya selesai.Aku yang pulangnya tidak ada yang menjemput minta bantuan sama Junot agar mengantarku pulang.Tapi dia malah menyuruh Evant agar yang mengantarku pulang.Lalu terjadilah keributan antara Evant dengan Junot.”Heh, you kan tahu Not kalo gue enggak mau ngedeketin cewek selain Echa!”kata Evant.”Eh,Vant tapi Echa itu udah mati!kamu sadar enggak sich?”bentak Junot.”You itu kalo ngomong jangan sembarangan ya!bagiku selamanya Echa itu masih hidup.Kalo nomong itu diatur!jaga itu mulut!”kata Evant.”Heh!kalian berdua bisa enggak sich berhenti bertengkarnya!.Kalo enggak ada yang mau anterin ya udah aku engak apa-apa kok naik kendaraan umum”kataku.”Tapi Tyas malem-malem gini naik angkot itu berbahaya”kata Junot.”Junot ngapain juga kamu mikirin Tyas sampe segitunya,biarin aja dia naik angkot,peduli apa?”kata Evant.Aku yang saat itu kesal sama kata-katanya Evant barusan langsung lari meninggalkan mereka berdua.”Vant!loe nyadar enggak sich kata-kata loe yang barusan itu nyakitin Tyas tahu!.Mendingan loe kejar dech Tyas daripada dia ada apa-apa.Loe enggak mau kan kejadian yang dulu terulang lagi”kata Junot.
Saat itu aku berlari tanpa peduliin apapun dan tanpa sadar ada mobil yang melaju dengan cepat menuju kearahku.Saat itu kupikir aku akan mati tapi disaat-saat terakhir Evant menyelamatkanku.Dia mendorongku menjauh dari mobil itu tapi dia jadi tidak bisa menghindari mobil tersebut.
Evant langsung dilarikan kerumah sakit.Aku berharap tidak terjadi apa-apa.Karena perbuatankulah yang menyebabkan dia menjadi seperti sekarang ini.”Kumohon Evant kamu cepatlah sadar”kataku lirih.Beberpa saat kemudia Evant sadar.Aku dan Junot diberi kesempatan untuk menemuinya.”Tyas,maafin perbuatanku selama ini ke kamu ya?kamu tahu enggak aku tadi bertemu dengan Echa dalam mimpiku .Dia sudah maafin aku,dia juga punya satu permintaan untuk kamu.Dia pingin kamu menggantikannya disisiku”.
Langganan:
Postingan (Atom)